Pertamax Tembus Rp8000, Premium Diburu

Premium habis
Sumber :
  • ANTARA/Arief Priyono

VIVAnews - Harga Pertamax naik lagi. Kali sudah menyentuh level Rp8000 per liter. Harga baru itu diumumkan Pertamina, Selasa 1 Februari 2010. Kenaikan itu, kata Pertamina, digeret oleh harga minyak mentah dunia yang terus merangkak ke bilangan US$ 100 per barel.

Sopir Pikap yang Tabrak Pemotor hingga Tewaskan Bayi di Lenteng Agung Ditangkap

Minyak jenis Pertamax ini melonjak di segenap wilayah Indonesia. Jumlah kenaikan berbeda setiap daerah. Kenaikan terendah di Pulau Batam, yang naik menjadi Rp8000, dan tertinggi di Kabupaten Berau. Di wilayah  Kalimantan Timur itu Pertamax bertengger di bilangan Rp10.400 per liter. (Lihat daftar lengkap harga tiap daerah)

Dalam keterangan resmi Pertamina, untuk wilayah Jakarta dan sekitarnya, harga Pertamax naik sebesar Rp200 per liter menjadi Rp8.050. Pertamax Plus naik Rp350 menjadi Rp8.450 per liter.

Kasus Penggerebekan Gudang Miras Ilegal di Cisauk, Polisi Diminta Usut Tuntas

Kenaikan harga Pertamax ini adalah untuk yang kesekian kali dalam beberapa bulan terakhir. Pada awal dan pertengahan Januari lalu, harga Pertamax malah naik Rp450 dan Rp350 per liter.  Lantaran harga minyak mentah dunia terus naik, Pertamina memutuskan akan merevisi harga Pertamax setiap dua pekan sekali.

Tren kenaikan harga Pertamax yang terus berlanjut ini sudah mencemaskan banyak kalangan. Bukan cuma konsumen, tapi juga pengamat dan lembaga resmi seperti Badan Pusat Statistik yang saban hari memantau pergerakan harga semua komoditas.

Kepala BPS, Rusman Heriawan, cemas rencana pemerintah mengalihkan bahan bakar minyak bersubsidi jenis Premium ke Pertamax pada 1 April mendatang bakal tidak berjalan mulus. Selisih harga yang lebar antara Premium dan Pertamax, kata Rusman, bisa memicu aksi pembelian Premium besar-besaran.
 
"Saat selisih harga masih Rp2.000, memang banyak orang yang beralih ke Pertamax," kata Rusman. Tapi karena sekarang bedanya Rp3.500, "Orang akan berpikir tidak beli Pertamax tapi Premium."

Keberadaan Smelter Bisa Tekan Penyelundup Timah dan Topang Ekonomi Babel

Dari pantauan VIVAnews.com di lapangan, kenaikan harga Pertamax yang terus berlanjut mengejutkan para konsumen. Dengarlah apa yang disampaikan Agus Sanjaya, pengawas stasiun pengisian bahan bakar umum di Jalan MT Haryono di Jakarta.  Banyak konsumen yang kaget dan mengeluh. "Mereka banyak mengeluh, kok harganya naik terus," kata Agus, Selasa 1 Februari 2011.
 
Lantaran harga Pertamax terus naik, para pembeli beralih ke Premium. Jumlah konsumsi minyak jenis ini meningkat.  Di SPBU MT Haryono, kata Agus, penjualan Premium melonjak hingga 7 persen. Meningkat dari 70 ton menjadi 75 ton per hari.

Sebaliknya, penjualan Pertamax berangsur-angsur menurun. Jika sebelumnya pom bensin ini bisa menjual 10 ton per hari, kemarin hingga pukul  3 sore, SPBU ini baru bisa menjual 4 ton Pertamax.

Beberapa konsumen yang ditemui VIVAnews.com juga mengaku kaget dengan harga Pertamax yang terus melambung. "Aduh saya kaget banget, harga Pertamax naik lagi," kata Yusuf  yang ditemui di pom bensin di MT Haryono itu, sore kemarin.  Pembeli lain bernama Agus mengaku tengah berpikir untuk beralih ke Premium. "Saya akan lihat dompet dulu, kalau lagi ada pakai Pertamax, kalau nggak Premium."

Pembatasan Premium Jalan terus

Kendati harga Pertamax terus melambung, Menteri Koordinator Bidang Perekonomian, Hatta Rajasa, memastikan bahwa pembatasan Premium akan tetap berlaku tanggal 1 April nanti. Meski sebelum pembatasan itu diberlakukan, pemerintah akan membahasnya dengan Dewan Perwakilan Rakyat.  Kata Hatta, "Ini sesuai dengan permintaan DPR."

Pembatasan itu, lanjut Hatta, semata-mata demi rasa keadilan dalam masyarakat. Pemerintah berjanji akan melindungi masyarakat yang berhak.  Di tengah anggaran yang terbatas, pemasaran minyak bersubsidi seperti Premium harus tepat sasaran.

Di tengah kenaikan harga minyak mentah dunia yang terus berlanjut, "Kita masih perlu banyak anggaran untuk perlindungan sosial bagi masyarakat yang rentan oleh pergerakan harga itu," kata Hatta.

Harga minyak mentah dunia memang terus melonjak. Konflik politik yang terus menyala di Mesir turut melecut harga minyak dunia. Jalur angkutan minyak yang melewati Terusan Zues,  yang menghubungkan Laut merah dan Laut Tengah, terganggu beberapa hari belakangan. Itu sebabnya sejumlah pengamat menilai bahwa harga Pertamax bukan tidak mungkin akan terus melonjak.

Pengamat energi Pri Agung Rakhmanto, menghitung bahwa harga Pertamax yang berlaku saat ini,  yakni sekitar  Rp8.050  di Jakarta dan sekitarnya, masih berpatokan pada harga minyak mentah dunia yang berkisar pada US$90 per barel. Ini harga rata-rata pada 15-31 Januari.

Bila rata-rata dalam 15 hari ke depan harga minyak mentah sebesar US$100, harga Pertamax akan melonjak mendekati Rp9.000 per liter.
"Padahal kalau konflik Mesir tak kunjung berakhir, sangat mudah harga minyak tembus US$110," kata Pri Agung kepada VIVAnews.com.

Selain berdampak pada kenaikan harga Pertamax, lanjutnya, kenaikan harga minyak dunia juga akan semakin membebani pemerintah. Bila harga minyak menyentuh US$100 per barel, subsidi BBM akan membengkak sebesar Rp66 triliun. Meski, kata dia, lonjakan harga minyak dunia juga akan berdampak pada kenaikan pendapatan pemerintah sebesar Rp52 triliun.

Itu berarti pemerintah masih defisit Rp14 triliun. Tahun ini, pemerintah menganggarkan subsidi energi sekitar Rp88 triliun. Tapi itu dengan asumsi harga minyak mentah dunia cuma US$80 per barel.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya