Corona Mewabah, WNI di Wuhan Berharap Bantuan
- tvOne
VIVA – Ratusan Warga Negara Indonesia [WNI] tengah “terjebak” di Kota Wuhan, China. Mereka tak bisa kemana-mana, apa lagi untuk pulang ke Indonesia. Kota tersebut diisolasi dan ditutup (lockdown) sejak ditemukan virus corona yang akhirya mewabah ke kota-kota lain di China, bahkan hingga ke mancanegara.
Yuliannova Chaniago, 26, sedang menjalani pendidikan doktoral dalam bidang Hubungan Internasional di Central China Normal University di kota itu. Ia mengatakan jika diberi pilihan, ia ingin keluar dari China. Namun demikian, ia memahami hal itu tidaklah mudah karena kebijakan pemerintah China yang menutup Wuhan dan sejumlah kota lain. Saat ini, ia hanya bisa menunggu hingga masa lockdown itu selesai.
"Sampai saat ini kita belum mendapatkan kabar apa-apa. Tapi orang Indonesia di sini itu saling support , kasih semangat, itu yang kami lakukan disini," ujar Yuli seperti dikutip dari BBC, Selasa, 28 Januari 2020.
Selain Yuli, ada Eva Talibe, 36, yang juga sedang belajar di universitas yang sama. Eva, yang sedang menjalani pendidikan doktoral psikologi tak tahu, sampai kapan situasi di Wuhan akan teratasi.
"Kita nggak tahu sampai kapan. Itu juga yang sebenarnya bikin khawatir, karena kita enggak tahu sampai kapan lockdown ini akan selesai," ujar Eva.
Selain Yuli dan Eva yang memang berada di Wuhan, ada juga Stepanus Salim (20 tahun), mahasiswa asal Kota Padang yang mengambil studi International Tourism di LCVC, Liuzhou. Stephanus menyebutkan, ia bersama puluhan mahasiswa asal Indonesia lainnya, saat ini hanya bisa berdiam diri di dalam kamar asrama. Karena, pemerintah setempat melarang siapa saja untuk keluar dari Liuzhou.
Kondisi warga terutama mahasiswa Indonesia di Liuzhou, kata Stepanus, saat ini sama sekali tidak ada masker. Termasuk juga logistik makanan yang kian menipis. Tak hanya itu saja, mereka sudah mulai mengalami krisis air bersih.
"Kalau di Liuzhou sudah ada empat orang yang terinfeksi. Satu orang sudah meninggal. Kita tidak boleh keluar. Hanya di asrama. Tidak ada masker,” kata Stepanus saat dihubungi melalui sambungan ponsel, Selasa 28 Januari 2020.
“Kemarin ada masker, tapi kan sudah dipakai. Logistik masih ada tapi juga sudah menipis. Sementara untuk air bersih, hanya bisa untuk mandi. Kalau minum kita sudah stok sejak jauh hari," tuturnya.
Menurut Stepanus, pemerintah China sudah mengeluarkan peringatan tentang bahaya virus corona ini sejak lima hari lalu. Namun, peringatan keras baru keluar kemarin. Seluruh warga diminta untuk tidak keluar rumah.
"Peringatan keras baru kemarin. Yang jelas, kita butuh masker karena tidak ada yang jual. Untuk makan, kantin masih buka. Kalau di supermarket tidak ada stok lagi, semakin dikit," ujar Stepanus.
Sementara itu, enam mahasiswa asal Universitas Negeri Malang yang sedang menempuh S1 di Guangxi Normal University di Guillin, China, juga terkena imbas. Mereka harus diisolasi sementara di asrama kampus. Direktur Kantor Hubungan Internasional Universitas Negeri Malang, Evi Eliyanah, mengungkapkan enam mahasiswa itu mengambil jurusan bahasa mandarin. Kini mereka harus diisolasi sementara di asrama milik Guangxi Normal University.
"Kegiatan kuliah untuk sementara di sana divakumkan. Hasil komunikasi kami dengan mereka di sana, tiga hari sekali ada pengecekan berkala. Siapapun yang masuk ke area di mana mahasiswa internasional tinggal, selalu di cek suhu temperatur badannya," ujar Evi.
Ratusan WNI Terdampak Menanti Tindakan Pemerintah
Kementerian Luar Negeri RI menyatakan ada sekitar 243 WNI yang tinggal di wilayah yang sedang dalam status karantina tersebut. Data tersebut mengacu pada informasi yang didapat Kemenlu dari Komisi Kesehatan Nasional China pada 26 Januari 2020 siang hingga pukul 13.48 WIB. Mayoritas adalah mahasiswa yang tersebar di Wuhan, Xianning, Huangshi, Jingzhou, Xianyang, Enshi, dan Shiyan.
Kemlu mengklaim kondisi mereka baik-baik saja, namun tak ada kepastian sampai kapan mereka bisa bertahan di tengah ancaman virus yang mematikan.
DPR mendesak agar pemerintah RI mengupayakan untuk segera mengevakuasi seluruh WNI karena merebaknya virus corona itu. Wakil Ketua Komisi I DPR RI, Teuku Riefky Harsya menyambangi kantor Kementerian Luar Negeri atau Kemlu untuk membahas nasib WNI yang masih berada di Wuhan, China. Teuku meminta pemerintah RI mengupayakan untuk segera mengevakuasi seluruh WNI.
Riefky menyebut setidaknya saat ini ada 12 mahasiswa Aceh yang masih berada di Wuhan. Ia meminta Kemlu dan Kedutaan Besar RI di China diminta terus berkoordinasi dengan Pemerintah China.
“Terus berkomunikasi setiap hari untuk memastikan kondisi kesehatan, kebutuhan logistik, dan mengupayakan evakuasi 243 WNI di provinsi yang diisolasi, termasuk 12 Mahasiswa Aceh di Wuhan,” kata Riefky, dalam keterangannya, Selasa, 28 Januari 2020.
Direktur Perlindungan WNI Luar Negri Kemlu RI, Judha Nugraha, menyampaikan WNI di China khususnya Wuhan memerlukan dorongan dan dukungan moril. Menurut Judha, saat ini sangat penting untuk tak menyampaikan pernyataan yang berpotensi meresahkan.
"Saat ini yang terpenting bisa memberikan semangat para WNI," ujarnya.
Plt Juru Bicara Kemlu, Teuku Faizasyah mengatakan pihak pemerintah berusaha memantau dan berkoordinasi dengan pemerintah China. Koordinasi juga terus dilakukan dengan Perhimpunan Pelajar Indonesia Tiongkok. Ia juga memastikan pemerintah Indonesia menjamin kemanan dan keselamatan WNI yang berada di Wuhan dan kota lainnya.
KBRI Beijing telah mendapatkan instruksi dari Presiden Joko Widodo agar membagikan masker kepada seluruh WNI di Tiongkok, akan tetapi stok masker di Negara Tirai Bambu tersebut tidak tersedia di hampir seluruh wilayah. Maka Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) akan memenuhinya.
Melalui bidang logistik dan peralatan akan mengirimkan bantuan 10 ribu lembar masker N95 untuk Warga Negara Indonesia (WNI) khususnya mahasiswa Indonesia yang berada di wilayah Wuhan, Provinsi Hubei, China, dan sekitarnya.
"Ada 10 ribu masker untuk WNI dikirim besok (Rabu, 29 Januari 2020)," kata Deputi Bidang Logistik dan Peralatan BNPB, Prasinta Dewi, melalui keterangan resminya, Selasa, 28 Januari 2020.
Belum Ada Rencana Evakuasi
Meski ratusan WNI terjebak di Wuhan dan kota sekitarnya, namun pemerintah belum mengambil keputusan untuk mengevakuasi mereka dan memulangkan segera ke tanah air.
Menteri Koordinator Politik Hukum dan Keamanan (Menkopolhukam) Mahfud MD mengatakan pemerintah belum akan mengevakuasi warga negara Indonesia yang berada di China, meski beberapa kota di Tiongkok telah diisolasi karena terjangkit virus Corona.
"Belum, belum dipikirkan karena belum ada negara lain pun yang evakuasi. (Jepang) baru, dia bilang tapi sampai hari ini tadi belum, cuma rencana rencana apa," kata Mahfud di kantornya di Jakarta, Selasa 28 Januari 2020.
Mahfud juga menegaskan, keputusan itu diambil melalui rapat di tingkat PMK lintas menteri. "Kesimpulannya kita belum perlu melakukan tindak tindakan darurat, karena nggak ada indikasi darurat itu sekarang," ujarnya.
Menteri Pendidikan dan Kebudayaan atau Mendikbud Nadiem Anwar Makarim mengajak para mahasiswa yang berada di wilayah isolasi untuk tetap tenang.
"Kami imbau agar mahasiswa kita di Wuhan dan di Tiongkok untuk tetap tenang, tidak perlu panik, dan mengikuti arahan dari KBRI," kata Nadiem di Jakarta, Selasa, 28 Januari 2020. Ia meminta mahasiswa untuk tidak khawatir karena pemerintah telah berkoordinasi dengan otoritas setempat untuk menyalurkan logistik sampai situasi kembali normal.
Ia juga meminta para mahasiswa untuk menjaga kondisi kesehatan dan terus berkoordinasi dengan KBRI dan memantau perkembangan melalui sarana komunikasi yang ada.
Menurut laporan Atase Pendidikan dan Kebudayaan (Atdikbud) di Beijing, Yaya Sutarya, pihak KBRI terus melakukan koordinasi melalui grup jejaring sosial gabungan Perhimpunan Pelajar Indonesia di Tiongkok (PPIT) dan Direktorat Perlindungan Warga Negara Indonesia dan Badan Hukum Indonesia (Dit. PWNI dan BHI) untuk memonitor perkembangan langsung dari lapangan serta berkoordinasi dengan otoritas setempat.
"Jadi masing-masing kampus kita bisa kontak dan update dua kali sehari, pagi dan malam hari," kata Yaya, Selasa, 28 Januari 2020.
Menurut Yaya, saat ini persediaan logistik masih mencukupi hingga 5-7 hari ke depan. KBRI, ujar Yaya, hingga hari ini juga telah menyalurkan bahan logistik ke WNI yang berada di Wuhan. Logistik yang telah disiapkan di antaranya makanan, obat, masker, dan alat kebersihan.
Sedangkan untuk evakuasi dan pemulangan WNI menurut Yaya ada aturan yang harus dilakukan, sesuai arahan pemerintah Beijing.
"Sesuai aturan kesehatan Tiongkok dan internasional, salah satu tahap untuk keluar dari wilayah isolasi adalah karantina 14 hari sebelum berangkat dan 14 hari setelah tiba di tempat baru," ujarnya.
Ia mengimbau agar masyarakat turut memberikan dukungan moril kepada mahasiswa yang sedang berada di rumah masing-masing, dan memastikan meski tinggal di asrama kampus, para mahasiswa dipastikan aman.
"Tinggal di (asrama) kampus juga aman. Karena setiap kampus menerapkan standar keamanan yang baik. Jadi misalkan mereka habis keluar beli makan, itu langsung diperiksa dulu suhu tubuhnya, sebelum keluar juga diimbau menggunakan masker. Jadi sebenarnya di kampus-kampus itu lebih aman mereka tinggal," tuturnya.