Usai Puisi, Sukmawati Dinilai Hina Nabi

VIVA –  Kasus dugaan penistaan agama kembali menjadi perbincangan hangat. Kali ini, Sukmawati Soekarnoputri yang menjadi pokok perbincangan. 

Sambil Cium Ka'bah, Isa Zega Doakan Nikita Mirzani Dapat Teguran Akibat Memfitnah Dirinya

Puteri Soekarno ini dianggap menistakan agama Islam karena membandingkan Nabi Muhammad dengan ayahnya, sang proklamator. Akibatnya ia dilaporkan ke polisi. Tak hanya Majelis Ulama Indonesia, sejumlah organisasi dan tokoh nasional ikut bersuara terkait kasus ini. 

Pernyataan kontroversial Sukmawati disampaikan dalam acara Focus Group Discussion (FGD) Divisi Humas Polri  bertajuk 'Bangkitkan Nasionalisme Bersama Kita Tangkal Radikalisme dan Berantas Terorisme,' yang digelar pada Senin 11 November 2019. Dalam forum itu ia menjelaskan apa itu nasionalisme dan sejarahnya yang pertama kali digaungkan sang proklamator Soekarno-Hatta. Menurut dia, jasa pahlawan terdahulu kini dilupakan generasi muda seiring berkembangnya teknologi dan informasi. 

Lina Mukherjee Jual Tas hingga Emas Buat Bertahan Hidup saat di Penjara

Sukmawati Soekarnoputri

Ia lalu melemparkan pertanyaan kepada peserta diskusi yang kebanyakan dihadiri mahasiswa. "Sekarang mau tanya nih semua, yang berjuang di abad 20 itu Nabi yang Mulia Muhammad atau Ir. Soekarno untuk kemerdekaan? Saya minta jawaban. Silakan siapa yang mau menjawab berdiri, jawab pertanyaan ibu ini," kata Sukmawati seperti dikutip VIVAnews lewat akun Facebook Dinasti Halal, Sabtu 16 November 2019. 

Polisi Bakal Panggil Isa Zega Usai Dilaporkan karena Kasus Dugaan Penistaan Agama

Sebelum melempar pertanyaan tersebut, Sukmawati, menceritakan bagaimana ayahnya Soekarno dan pahlawan lain berjuang memerdekakan bangsa dari belenggu penjajah. Melanjutkan pernyataannya, Sukmawati mengatakan, banyak cerita sejarah bangsa Indonesia luput dari ingatan masyarakat. Ia kemudian, mencontohkan mantan Presiden Amerika Serikat Thomas Jefferson, yang merupakan salah satu deklarator pendiri negara Paman Sam. Tidak hanya itu, contoh lain yang dikemukakan adalah Thomas Alva Edison, seorang ilmuwan pertama pembuat bola lampu dan pelopor kamera film dan proyektor pada akhir tahun 1880-an. 

"(Mereka) orang-orang mulia untuk kesejahteraan manusia. Saya kira itu pemikiran yang ndak benar kalau tidak boleh menghargai atau menghormati mereka yang berbudi mulia," kata dia. 

Namun pernyataan Sukmawati soal siapa yang memperjuangkan kemerdekaan Indonesia, apakah Nabi Muhammad atau Soekarno ternyata dianggap melecehkan nabi terakhir umat Islam tersebut. Ia dilaporkan ke Polda Metro Jaya atas ucapannya itu. 

Laporan dilakukan oleh Koordinator Laporan Bela Islam (Korlabi) pada Jumat, 15 November 2019. Laporan tersebut diterima Polda Metro Jaya dengan nomor laporan LP/7393/XI/2019/PMJ/Ditreskrimum. Dalam laporan ini, Sukmawati disangkakan pasal 156a KUHP soal penistaan agama.

Ketua Korlabi, Damai Hari Lubis membenarkan adanya laporan tersebut. "Ya Sukmawati dilaporkan oleh anggota Korlabi Ratih Puspa Nusanti," kata Damai kepada VIVAnews, Sabtu, 16 November 2019. Sekretaris Jenderal Koordinator Bela Islam (Korlabi), Novel Bamukmin berharap laporan sejumlah pihak bisa direspons Kepolisian. Ia berharap Kapolri Idham Aziz bisa adil dengan tetap memproses anak Presiden pertama RI tersebut. 

Ini bukan kasus pertama Sukmawati menuai kontroversi. Sebelumnya, puisi Sukmawati juga pernah menilmbulkan kemarahan dan kontroversi. Namun itu berhasil diredam. 

Ulama Bereaksi, Sukma Diminta Memohon Maaf

Majelis Ulama Indoensia menilai, pernyataan Sukmawati Soekarnoputri soal peran Nabi Muhammad SAW dengan almarhum Presiden Soekarno menyinggung hati dan perasaan umat Islam. Alasannya karena telah mengusik ranah keyakinan umat.

"Bahwa nabi dan rasul tidak bisa dibandingkan dengan tokoh lain dalam hal ini membandingkan Nabi Muhammad dengan Bung Karno," kata Sekjen MUI, Anwar Abbas, di kantornya Jakarta Pusat, Selasa, 19 November 2019.

Menteri Agama Fachrul Razi memilih menolak berkomentar soal kasus tersebut. "Saya belum dengar langsung jadi enggak mau (komentar). Takut salah, ya," kata Fachrul Razi di kantor Kemenag, Jakarta Pusat, Selasa, 19 November 2019.

Sementara Wakil Menteri Agama Zainut Tauhid meminta agar publik tak langsung terpancing. Menurutnya, masalah ini sangat sensitif sehingga publik juga harus berhati-hati menempatkannya. Wamenag juga meminta agar para pejabat dan tokoh bangsa tak sembarangan melontarkan pernyataan, apalagi jika itu terkait kedudukan seorang nabi.

"Muatan yang itu nanti kontraproduktif. Muatan yang misalnya berkaitan dengan masalah isu agama misalnya. Saya kira ini harus betul-betul diminta oleh tokoh-tokoh bangsa ini lebih hati-hati menyampaikannya statement-nya," ujar Zainut.

Organisasi Nahdlatul Ulama juga menyesalkan pernyataan Sukmawati. Sekjen PBNU bahkan mengeluarkan pernyataan keras. "Pernyataan Sukmawati dalam forum tersebut sangat tidak tepat dan keliru besar. Pernyataan itu tidak kontekstual, dan tidak ada manfaatnya sama sekali," kata Sekjen PBNU, Helmy Faishal Zaini, di Jakarta, Senin, 18 November 2019.

"Justru hal itu hanya akan menimbulkan kesalahpahaman dan ketersinggungan di kalangan umat," ujarnya menambahkan. 

Sekjen PBNU, Ahmad Helmy Faishal Zaini.Sekjen PBNU, Helmy Faishal Zaini

Sekretaris Fraksi PKS MPR, Andi Akmal Pasluddin, juga menanggapi pernyataan Sukmawati yang membandingkan Soekarno dengan Nabi Muhammad. Menurutnya, Sukmawati harus introspeksi diri karena kejadian hampir serupa sudah pernah terjadi. Andi juga menyarankan agar Sukmawati meminta maaf pada publik.

"Ini menjadi pelajaran bagi beliau, sudah dua kali ya. Saya kira juga banyak tuntutan, banyak juga respons karena beliau juga sudah dua kali yang selalu berkomentar mengenai hal yang tidak dipahami, masalah agama ini kan privat," kata Andi di kompleks parlemen, Jakarta, Senin 18 November 2019.

Menurutnya, persoalan agama merupakan wilayah privat. Karena itu, sebaiknya tak membandingkan satu hal dengan lainnya yang dianggap privat. "Jadi ibu Sukmawati perlu introspeksi dan mengambil pelajaran ini dan kita menyarankan juga agar bisa maaf," kata Andi.

Pembelaan dan pemakluman atas pernyataan Sukmawati justru datang dari Partai Persatuan Pembangunan. Pelaksana tugas (Plt) Ketua Umum Partai Persatuan Pembangunan, Suharso Monoarfa menilai, pernyataan Sukmawati Soekarnoputri yang membandingkan peran Nabi Muhammad SAW dengan Soekarno hanyalah sebuah keseleo lidah. Menurut Suharso, Sukmawati tak bermaksud menistakan seperti yang menjadi polemik.

"Saya kira, bukan begitu maksud Bu Sukma untuk menyamakan identik. Sebab, tidak saya kira, tidak bisa. Saya kira, itu kan mungkin beliau (Sukmawati) sudah mengklarifikasi bahwa tidak begitu maksudnya," kata Suharso, usai acara Peringatan Maulid Nabi Muhammad SAW, sekaligus doa Bersama Mengenang 100 Wafatnya Almaghfirullah KH. Maemoen Zubair dan Tasyakuran atas Penganugerahan Gelar Pahlawan Nasional kepada KH. Masykur di Kantor DPP PPP, Jakarta, Minggu 17 November 2019.

Sukma Bantah Nista Agama

Sukmawati Soekarnoputri berusaha menetralisir masalah yang terlanjur ramai. Ia membela diri dengan mengatakan, tujuannya bertanya soal itu adalah ingin mengetahui apakah generasi muda paham dengan sejarah Indonesia atau tidak.

“Ya bertanya, saya ingin tahu jawabannya seperti apa, fakta sejarahnya, pada ngerti enggak sejarah Indonesia? Terus dijawab mahasiswa itu Insinyur Soekarno,” ujar Sukma, saat dihubungi VIVAnews, Jumat, 15 November 2019.

Sukmawati menegaskan tidak ada maksud untuk melakukan penghinaan terhadap Nabi Muhammad SAW dengan membandingkannya pada Soekarno. Dia menjelaskan, pertanyaan itu konteksnya terkait kemerdekaan Republik Indonesia di awal abad ke-20. Sementara para Nabi sudah meninggal dunia sejak berabad-abad sebelumnya.

“Ibu hanya bertanya, menurut fakta sejarah di abad 20 di mana pastinya kan nabi sudah tidak ada. Selama ini kan saya agak merasa generasi muda tahu sejarah kemerdekaan yang berdarah-darah enggak sih, itu yang saya ingin tahu juga. Saya mau bertanya saja, di awal abad 20,” tuturnya.

Aksi unjuk rasa terkait puisi Sukmawati Soekarno PutriDemo Sukmawati terkait puisi yang dinilai merendahkan Islam

Meski berusaha membela diri, namun Sukmawati siap memenuhi panggilan polisi. Petrus Selestinus selaku kuasa hukum Sukmawati mengatakan bahwa kliennya siap untuk memenuhi panggilan polisi untuk mempertanggungjawabkan pernyataannya. Ia meminta agar semua pihak bisa menahan diri. 

"Pertama, laporan sudah disampaikan ke polisi. Kedua, Ibu Sukma siap memenuhi panggilan untuk memberikan pertanggungjawaban bahwa dalam diskusi itu sesuatu yang utuh, tidak bermaksud dan tidak ada konten yang sifatnya menista agama," kata Petrus saat berbincang di Kabar Petang tvOne, Selasa 19 November 2019.

Petrus menjelaskan, hingga saat ini Sukma belum meminta maaf karena Sukma menilai pegangan pelapor merupakan potongan naskah.

"Biarlah proses hukum yang akan memproses ini karena apa, yang dijadikan pegangan oleh pelapor di mata Ibu Sukmawati merupakan potongan naskah yang utuh, sehingga menimbulkan tafsir bahwa itu masuk dalam klasifikasi penistaan agama," ucapnya.

Menurut Petrus, Sukmawati memiliki rekaman hasil diskusi yang utuh. Nantinya akan disampaikan kepada polisi ketika dimintai keterangan.

"Ibu Sukma punya rekaman dari hasil diskusi itu secara utuh, yang pada waktunya nanti akan disampaikan juga kepada pihak Kepolisian, mana kala kepolisian meminta Ibu Sukma tahap pertama memberikan klarifikasi." [mus] 
 

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya