Indonesia Kini Jadi Sasaran Hollywood
- Sony Pictures
VIVA – Bali, 27-28 Mei 2019 jadi hari liputan historis bagi saya. Bagaimana tidak, saya ikut menjadi bagian dari sejarah bahwa Indonesia untuk pertama kalinya jadi tuan rumah press junket film blockbuster Hollywood dari studio besar yang mendatangkan langsung artis-artis utamanya.
Bukan hanya satu film, acara yang disebut PAN Asia Media Summit Multi Junket ini menggelar acara jumpa penggemar dan pers untuk tiga film sekaligus; Spider-Man: Far From Home, MIB: International, dan Angry Birds. Semuanya adalah film musim panas Sony Pictures.
Level kerahasiaan acara ini pun supertinggi. Penggemar dan pers dilarang menyalakan lokasi GPS pada handphone selama berada di venue. Pun kami tidak diperbolehkan untuk menyebut atau menandai lokasi saat mengunggah keseruan ke media sosial. Kami bahkan berkumpul di satu lokasi yang sama lalu diangkut dengan bus yang disediakan tanpa tahu sebelumnya kemana tempat yang dituju.
Tentu saja hal tersebut demi kenyamanan dan keamanan para bintangnya, yakni Tom Holland dan Chris Hemsworth. Dua bintang yang sejak akhir April dielu-elukan para fans lewat Avengers: Endgame, untuk pertama kalinya mempromosikan film masing-masing di Indonesia. Mendengar kabarnya saja sudah terasa begitu menggairahkan, bukan?
Euforia saat event berlangsung berkali-kali lipat serunya dari sekadar kehebohan berita kedatangan atau beredarnya sejumlah foto mereka dengan fans di media sosial. Kemunculan Tom Holland dan Chris Hemsworth dari balik panggung saja sudah membuat penggemar histeris, berteriak sekeras mungkin, memanggil-manggil nama mereka.
Makin heboh lagi saat Chris Hemsworth pamer kemampuan Bahasa Indonesianya dan Tom Holland dengan 'i love 3.000'-nya. Singkatnya, Senin malam itu, suasana dalam ballroom hotel di Nusa Dua Bali, pecah menggelegar.
Nuansa terasa lebih tenang keesokan harinya, karena memang bukan lagi jumpa penggemar. Selasa pagi waktunya untuk media dan sejumlah influencer yang ternyata datang dari berbagai negara. Hampir semua perwakilan negara Asia hadir, ditambah Australia, New Zealand, dan Hollywood Foreign Press yang menurut Marketing Director Sony Pictures Indonesia, Nita Astara, adalah sebuah perkumpulan pers yang basisnya ada di Amerika, Eropa, Jepang dan Australia.
Jumpa pers diawali oleh presentasi dari John Cohen, produser film Angry Birds 2. Usai tanya jawab, hampir setengah pers dan undangan keluar ruangan hingga tersisa hanya media-media lokal Indonesia dan sejumlah pers dari beberapa negara, seperti Pakistan, Taiwan, Jepang, dan sebagainya untuk ikut sesi konferensi pers bersama Chris Hemsworth (MIB) yang dilanjutkan dengan Tom Holland (Spider-Man).
Mengapa Indonesia?
Bukan tanpa alasan Indonesia dipilih Sony Pictures sebagai tuan rumah PAN Asia Pacific Multi Junket ini. Nita Astara, Marketing Director Sony Pictures Indonesia, menjelaskan, ada beberapa pertimbangannya.
Pertama, Indonesia belum pernah sama sekali menggelar acara seperti ini sehingga antusiasme dari para fans dan persnya pasti lebih tinggi ketimbang Singapura, negeri tetangga yang jadi langganan kunjungan press junket dan fan event film-film Hollywood.
"Kalau belum pernah itu kan respons persnya lebih excited dan buat histori juga untuk Sony, kita belum pernah bikin seperti ini di Indonesia," ujar Nita saat ditemui di kantor Sony Pictures Indonesia, di kawasan Menteng, Jakarta Pusat, Kamis, 4 Juli 2019.
Dia menambahkan, suatu kehormatan bagi Indonesia karena bisa mendatangkan tiga film besar sekaligus. Negara-negara yang pernah jadi tuan rumah lain di Asia, biasanya hanya menggelar premiere untuk satu film saja, misalnya seperti di Malaysia untuk Baby Driver pada 2017 atau negara-negara langganan lain, seperti Singapura, Korea, Jepang, dan China.
Sebelumnya, Nita bercerita, Sony Pictures juga punya press junket tahunan yang digelar di Cancun, Meksiko. Tak main-main, acaranya digelar satu hingga dua minggu, mendatangkan pers dari seluruh dunia, dan merupakan junket untuk film-film sepanjang tahun Sony Pictures.
"Terakhir saya ikut kayaknya tahun 2015. Itu 8 atau 9 judul film sekaligus. Nah, ini jadi dibuat seperti mini Cancun gitu," tulisnya.
Selain itu, alasan lainnya adalah karena Indonesia adalah salah satu negara berkembang untuk industri sinema yang dianggap punya potensi yang bagus. Misalnya saja, menurut data yang dikutip dari @bicaraboxoffice, pendapatan Spider-Man: Homecoming (2017) di Indonesia masuk urutan keempat se-Asia atau bahkan yang terbesar di Asia Tenggara.
Indonesia meraih US$12,3 juta hanya di bawah China dengan US$116,2 juta, Korea Selatan US$51,5 juta, dan Jepang US$25,3 juta. Di bawahnya ada India dengan US$11,4 juta. Potensi untuk tumbuh berkembang lebih besar lagi juga didukung dengan penambahan layar bioskop setiap tahunnya.
Lalu Mengapa Bali, bukan Jakarta?
Situasi politik pada masa Pemilu tak ditampik Nita sebagai salah satu alasan mengapa Jakarta tidak mereka nominasikan. Namun Bali dengan keindahan alam dan budayanya makin menguatkan tim Indonesia untuk menjadikan kota tersebut sebagai destinasi junket beberapa waktu lalu.
"Mungkin karena Bali, wartawannya juga jadi lebih excited, sebab kan destinasi yang menarik. Keamanan, kenyamanan, itu sih. Kemarin juga pas lagi Ramadan, kan. Di Bali kebanyakan beragama Hindu jadi enggak terlalu mengganggu (bulan puasa)," terangnya kemudian.
Hambatan untuk Indonesia
Ada pekerjaan rumah lain yang penting dikerjakan demi mendapatkan kepercayaan Hollywood terhadap Indonesia. Sangat disayangkan, karena potensi pasar yang tinggi juga masih diiringi kasus pembajakan yang tak kunjung usai.
"Piracy jadi salah satu yang menghambat Indonesia di industri ini. Masih tinggi pembajakan, itu kasus yang masih belum sembuh dan masih harus pelan-pelan edukasi orang, bahwa bikin film itu enggak gampang," katanya.
Makin miris ketika kebiasaan membajak film masih dianggap lumrah oleh sejumlah masyarakat Indonesia. Padahal, dalam satu film, ada kerja keras ratusan orang yang tak bisa dibilang sepele. Sangat disayangkan, karena kasus-kasus pembajakan di Indonesia masih jadi sorotan kantor pusat.
"Sekarang ada teknologi, tiap studio punya watermark sendiri (di filmnya), jadi kayak sidik jari. Mereka bisa tahu ini direkam dari mana, teknologi tracking-nya sudah maju," tuturnya.
Jika dibandingkan dengan negara lain, tiket menonton di Indonesia tergolong lebih murah dengan kondisi bioskop yang jadi salah satu paling bagus. Bahkan jika tidak sempat menonton di bioskop, ada banyak cara legal, seperti streaming melalui Video on Demand.
"Piracy bisa memengaruhi level of trust dari dunia untuk Indonesia. Itu yang harus kita perangi," dia melanjutkan.
Akankah Indonesia Dipilih Lagi?
Nita mengungkap, respons kantor pusat dan jajaran artisnya senang dengan antusiasme dan sambutan orang Indonesia terhadap fan event dan press junket lalu. Mereka juga puas dengan hasil liputan dari media dan influencer yang datang.
Baik Tom Holland maupun Chris Hemsworth pun mengakui Indonesia adalah pasar besar dalam industri perfilman dunia. Mereka juga sangat terkesan datang ke Bali dan berharap Indonesia makin sering jadi tuan rumah acara semacam ini.
"Terima kasih sudah mengundang kami ke sini (Bali). Terima kasih Sony. Aku bilang ke Sony, menurutku, jangan biarkan acara ini jadi yang terakhir di sini (Indonesia)," seru Tom Holland yang disambut tepuk tangan meriah rekan-rekan media.
Sementara Chris Hemsworth, lewat Instagramnya, mengatakan sangat bangga bisa menjadi bagian dari sejarah Indonesia.
"Press tour MIB di Indonesia! Ini adalah pertama kalinya studio besar membawa cast untuk promosi film di Indonesia. Saya sangat senang bisa jadi bagian dari sejarah pekan ini, mengunjungi pasar sebesar Indonesia dalam industri film dunia," tulis aktor Thor tersebut.
Dalam beberapa bulan ke depan, Sony Pictures masih punya sejumlah film besar yang bertabur bintang papan atas Hollywood. Meski belum bisa memberi kabar apa-apa, namun Indonesia patut optimis, karena pasarnya dianggap sangat potensial.
"Generasi kita muda. Berdasarkan Nielsen, median age Indonesia itu muda dibanding Jepang atau Singapura yang generasinya banyak sudah tua. Makanya kita dianggap sangat potensial karena yang muda lebih banyak yang yang tua," jelas Nita.
Sony Pictures siap merilis Angry Birds 2 dan Once Upon a Time in Hollywood pada Agustus, Charlie's Angels pada November, dan Jumanji 3 pada Desember mendatang. Jumanji: Welcome to the Jungle sendiri pernah memecahkan rekor di Indonesia. Film yang dirilis pada penghujung 2017 tersebut menjadi film Sony terbesar di Indonesia kala itu. Mungkinkah Dwayne Johnson yang akan segera datang berikutnya?
"Belum tahu, mudah-mudahan kalau mereka senang, nanti kita bisa dinominasikan lagi," jawab Nita mengakhiri perbincangan. (ren)