Menyoal Harga Tiket Pesawat Mudik
- ANTARA FOTO/Nyoman Budhiana
VIVA – Menjelang libur Lebaran, masyarakat mulai berburu tiket pesawat untuk mudik ke kampung halaman. Namun, betapa kagetnya Chamad, seorang karyawan swasta, ketika melihat harga tiket pesawat di sebuah situs travel untuk penerbangan Jakarta menuju Pekanbaru mencapai Rp6,5 juta.
Harga tersebut merupakan tiket penerbangan Jakarta-Pekanbaru dengan rute transit di Bandara Internasional Kualanamu, Medan pada 31 Mei 2019. Sementara itu, penerbangan langsung dari Jakarta-Pekanbaru pada tanggal tersebut telah habis terjual.
"Saya cek harga tiket pagi ini pukul 09.00 WIB penerbangan dari Jakarta ke Pekanbaru tanggal 29, 30 Mei sudah habis terjual. Sedangkan tanggal 31 Mei mencapai Rp6,5 juta, sangat mahal," ujar Chamad kepada VIVA di Jakarta, Selasa 28 Mei 2019.
Menurut dia, harga itu terlalu mahal, karena lima kali lipat dari harga normal Jakarta-Pekanbaru, yang hanya sekitar Rp1,3 juta. Tahun lalu saja harganya hanya sekitar Rp500-600 ribu.
Diutarakannya, kalaupun menggunakan rute transit di Kualanamu, harga tiket pesawat Jakarta-Pekanbaru seharusnya tidak mencapai lebih dari Rp6 juta, melainkan sekitar Rp3 juta.
"Harganya lebih mahal daripada tiket pesawat ke Hong Kong yang hanya Rp4 juta," katanya.
Akibat harga tiket yang selangit. Chamad pun terpaksa menunda rencananya pulang kampung saat hari Lebaran. Dia memilih menunggu harga tiket kembali normal setelah libur Idul Fitri untuk pulang kampung.
Hal yang sama juga diutarakan oleh Armadita. Perempuan berusia 34 tahun itu mengeluhkan harga tiket yang melonjak tinggi menjelang hari raya Lebaran.
Armadita mengungkapkan, harga tiket Batam-Yogyakarta di sebuah situs travel bisa mencapai Rp8 juta dengan penerbangan transit di Jakarta. Harga tiket termurah untuk penerbangan Batam-Yogyakarta Rp4,3 juta pada 31 Mei 2019.
"Sejak kenaikan harga tiket pesawat awal tahun ini, harga tiket semakin mahal. Normalnya sebelum harga naik sekitar Rp1 jutaan, naik Lion Air, Garuda Indonesia Rp1,4 juta-1,6 juta," katanya.
Armadita dan Chamad pun berharap pemerintah bisa menormalkan kembali harga tiket pesawat, sehingga terjangkau bagi masyarakat. Penetapan batas atas dan batas bawah tarif pesawat ini memang telah dikeluhkan oleh masyarakat selama bertahun-tahun.
Harga tiket pesawat domestik bahkan cenderung lebih mahal dibanding harga tiket pesawat ke luar negeri.
"Kenapa harga tiket pesawat di luar negeri lebih murah daripada di dalam negeri?" kata Armadita.
***
Sesuai aturan?
Masih tingginya harga tiket pesawat menunjukkan keputusan menteri perhubungan menurunkan tarif batas atas harga tiket pesawat belum berdampak signifikan. Menteri Perhubungan, Budi Karya Sumadi, mengakui harga tiket pesawat masih relatif mahal.
Menanggapi harga tiket yang mahal, Dirjen Perhubungan Udara, Polana B Pramesti, kembali menegaskan bahwa harga tiket sudah diatur dengan mekanisme batas atas dan batas bawah. Kementerian Perhubungan bahkan sudah menyiapkan 36 posko mudik di bandara untuk memantau pergerakan harga tiket pesawat hingga 13 Juni 2019.
Polana menuturkan, terkait harga tiket masih dimonitor. Sejauh ini, menurutnya, masih sesuai dengan Keputusan Menteri Nomor 106 Tahun 2019.
"Harga tiket masih kita monitor, masih sesuai dengan KM 106 Tahun 2019," ucapnya.
Sementara itu, pihak maskapai Garuda Indonesia, membantah harga tiket pesawat melonjak tajam hingga lebih dari Rp6 juta. Direktur Niaga Garuda Indonesia, Pikri Ilham Kurniansyah, menegaskan pihaknya tidak akan menetapkan harga tiket melebihi tarif batas atas (TBA) yang sudah ditetapkan pemerintah.
"Kalau Garuda enggak ada harga segitu. Kita enggak mungkin melebihi TBA, harga sudah diturunkan oleh menteri, kalau transit katanya murah. Jadi prinsipnya Garuda tidak mengambil keuntungan, sesuai dengan harga yang ditetapkan pemerintah, karena ini hajat hidup orang banyak," ucapnya.
Menghadapi mudik Lebaran tahun ini, diungkapkannya, Garuda telah menyiapkan armada pesawat-pesawat besar, seperti Airbus 300, untuk melayani melonjaknya permintaan penumpang. Garuda juga telah menyediakan 100 ribu kursi penerbangan tambahan mulai 29 Mei 2019 hingga 10 Juni 2019.
Corporate Communications Strategic Lion Air Group, Danang Mandala Prihantoro, mengatakan, harga tiket maskapainya sudah sesuai aturan regulator. Ditegaskannya, Lion Air tidak menjual melebihi batas atas.
“Lion Air Group tidak menjual yang melebihi batas atas atau maksimum atau menjual masih berada di bawah koridor tarif batas atas layanan kelas ekonomi domestik. Perihal tersebut (harga pesawat yang mahal) karena transit (singgah) di suatu kota,” ujarnya.
***
Penurunan drastis
Mahalnya tiket pesawat domestik telah menyebabkan jumlah penumpang transportasi udara mengalami penurunan drastis. Kementerian Perhubungan mencatat permintaan akan penambahan penerbangan untuk arus mudik Lebaran 2019 mengalami penurunan dibanding tahun lalu.
Polana menuturkan, hingga saat ini, Kementerian Perhubungan baru menyetujui 400 extra flight atau penerbangan tambahan pada periode angkutan Lebaran tahun 2019.
"Secara keseluruhan baru 400 (extra flight), dibandingkan tahun lalu ada penurunan. Karena tahun lalu itu ada 700 yang kita setujui untuk penambahan jadwal penerbangan," katanya.
Berdasarkan posisi data per 27 Mei 2019, Ditjen Perhubungan Udara telah mengeluarkan 313 flight approval untuk rute domestik, sedangkan 47 flight approval untuk rute internasional. Extra flight akan terus bertambah sejalan dengan permintaan maskapai untuk memenuhi kebutuhan masyarakat.
Meski begitu, Menteri Perhubungan, Budi Karya Sumadi, memprediksi hal itu tidak akan berpengaruh pada pergerakan penumpang transportasi udara khususnya di Bandara Soekarno-Hatta, Tangerang. Bahkan, dia memperkirakan ada kenaikan sekitar tiga persen dibanding tahun lalu.
Namun, kenaikan ini lebih kecil dibanding arus mudik 2018 yang mengalami kenaikan 10 persen dibanding tahun sebelumnya.
"Tidak ada pengaruhnya, bahkan diprediksi naik sekitar tiga persen dari angka tahun lalu," katanya di Terminal 1B, Bandara Soekarno-Hatta.
Pergerakan pada 2018 di Bandara Soekarno-Hatta tercatat kurang lebih sebanyak 3 juta penumpang, dan diprediksi mengalami peningkatan pada 2019 berkisar 3 persen atau sekitar 150 ribu penumpang.
Budi menyebutkan, terdapat penambahan pada pergerakan pesawat sekitar 1.470 per hari jelang musim mudik Lebaran 2019.
"Di mana pada hari biasa hanya ada 1.300 take off dan landing, sedangkan saat ini bisa naik 1 sampai 2 persen. Kita harapkan semua dapat berjalan dengan baik," ujarnya. (art)