Menanti Bus Listrik Mengaspal di Ibu Kota

Bus listrik diuji coba di Jakarta, Senin, 29 April 2019.
Sumber :
  • VIVA.co.id/ Adinda Purnama Rachmani

VIVA – Bus berkelir putih dipadu hijau itu bergerak meninggalkan Balai Kota DKI  Jakarta. Kendaraan lantas melintasi Jalan Thamrin menuju Bundaran HI. Tiba di sana, bus memutar arah kembali ke titik start.

Dalam bus tampak tempat duduk plastik berwarna oranye. Bus berkapasitas 30 penumpang duduk dan 20 penumpang berdiri. Bus juga dilengkapi dengan berbagai fasilitas. Di antaranya, kursi prioritas, air conditioning (AC), serta tombol darurat.

Ada yang beda dengan bus tersebut. Bus berjalan tak menggunakan bahan bakar minyak (BBM), melainkan tenaga listrik. Sepanjang perjalanan, bus melaju mulus, suara mesin terdengar halus.

Bus listrik itu tengah diuji coba mengaspal di Jakarta, Senin 29 April 2019.  Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan bersama jajarannya, serta pihak terkait dari PT Transjakarta dan PT Bakrie & Brothers Tbk menjajal kendaraan itu. 

Anies bangga bus listrik akan hadir di Jakarta. Armada bus ini dinilai sangat unik karena tidak terdengar suara mesin. "Uji coba pertama. Ini yang unik kalau jalan enggak ada suaranya," ujarnya di Jalan Medan Merdeka Selatan, Jakarta, Senin, 29 April 2019.

Bakrie & Brothers dan pemprov DKI kenalkan bus listrik TransJakarta.

Rencananya, bus listrik itu akan digunakan PT Transjakarta sebagai armadanya. Saat ini, perusahaan menyediakan tiga armada bus listrik untuk diuji coba. Bus akan beroperasi di sekitar Monas sebagai ekshibisi. 
Nantinya, ada 10 bus listrik yang bakal diuji coba pada Juni hingga Juli 2019, di Ibu Kota. Pemerintah daerah juga akan menyiapkan proyeksi trayek bus listrik ini. 

Uji coba akan dilaksanakan hingga enam bulan ke depan. Jika ditemukan kekurangan, uji coba akan dilanjutkan hingga 12 bulan. "Secara administratif sekarang masih dalam proses, mudah-mudahan bulan Juni-Juli itu selesai kemudian bisa beroperasi," ujar Anies.

Bus listrik yang diuji coba dibekali baterai berkapasitas 324 kWh. Kekuatan baterai itu mampu digunakan untuk menempuh jarak operasional rata-rata 250 km. 

Bila menggunakan sumber listrik industri, bus listrik tersebut membutuhkan waktu 3,5-4 jam dengan daya 40 kW. Sedangkan jika menggunakan fast charging 90 ampere, hanya membutuhkan waktu 2-3 jam.

Bus Listrik Buatan Bakrie

Anies berharap, keberadaan bus listrik dapat membawa dampak perubahan. Terutama perubahan perilaku warga Jakarta untuk lebih memilih menggunakan transportasi massal yang ramah lingkungan.

Tak hanya itu. Kehadiran bus listrik diharapkan juga bisa memberikan dampak secara langsung  kepada lingkungan, khususnya kualitas udara di Jakarta.

Mitra Transjakarta

Adalah PT Bakrie & Brothers Tbk yang menawarkan bus listrik merek BYD C6 buatan China tersebut. “Kami menjadi salah satu mitra dari TransJakarta dalam pengembangan armada baru ini,” kata Direktur Utama PT Bakrie & Brothers Tbk, Bobby Gafur Umar dalam keterangan tertulis, Senin 29 April 2019.

80 Tahun di Industri Manufaktur, BNBR Siap Rambah 3 Bisnis Baru Ini

Bus ini, menurut Presiden Direktur PT Bakrie Autoparts, Dino A. Ryandi, sangat cocok beroperasi di Jakarta karena dapat menjaga lingkungan dari polusi. "Bus ini memang cocok untuk feeder. Nah kalau yang di dalam BYD K9 baru untuk bus intracity," ujarnya di Balai Kota, Jakarta Pusat, Senin, 29 April 2019.

Sebelum ke Jakarta, bus BYD C6 ini juga sudah pernah diuji coba selama satu bulan di Bali. "Hampir satu bulan enggak ada masalah sama sekali," ujarnya.

Arus Kas Lebih Kuat, BNBR Berhasil Turunkan Liabilitas 38 Persen, Ekuitas Naik 62,7 Persen

PT Bakrie Autoparts, anak perusahaan PT Bakrie & Brothers Tbk, diketahui telah menjalin kerja sama dengan BYD Auto, pabrikan kendaraan listrik terkemuka asal Tiongkok.

Bus Listrik Buatan Bakrie

Kuasi Reorganisasi Rampung, BNBR Kini Bisa Fokus Jalankan Bisnis dengan Lebih Baik

Bahkan, PT Bakrie Autoparts berencana untuk mengembangkan industri bus listrik secara bertahap. Hal itu  akan dimulai dengan importasi unit utuh (CBU) dari BYD. Kemudian, secara bertahap mereka akan melakukan pendalaman struktur industri ini di dalam negeri, hingga beberapa tahun ke depan.

“Untuk tahap awal ini kita memang harus impor, tapi kami yakin proses pengembangannya relatif akan berjalan cepat. Dalam tiga tahun ke depan, local content kami diharapkan dapat mencapai 55 persen," ujar  Bobby.

Bobby memastikan, langkah ini sejalan dengan visi pemerintah, di mana kemampuan industri pendukung otomotif di dalam negeri secara bertahap harus terus ditingkatkan.

Saat ini, konsumsi BBM Indonesia sekitar 1,6 juta barel per hari. Hal itu berbanding terbalik dengan kemampuan produksi minyak nasional yang saat ini baru di kisaran 760 ribu barel per hari. Sementara sisanya masih harus dipenuhi dari impor. "Tentu, ini membebani negara secara signifikan, karena besarnya beban subsidi untuk impor migas,” ujar Bobby. 

Biaya Lebih Murah

Lantaran itu, menurut Bobby, langkah Pemprov DKI Jakarta  dengan mulai memanfaatkan kendaraan listrik sebagai alat transportasi umum, akan mengurangi beban tersebut. Dalam jangka panjang hal itu membawa dampak positif untuk negara.

Direktur Utama PT Bakrie & Brothers Tbk, Bobby Gafur Umar

Biaya operasional bus listrik, menurut Direktur Utama PT Transportasi Jakarta (TransJakarta) Agung, akan lebih murah dibandingkan dengan biaya bus berbahan bakar minyak. "Di masa depan biaya operasionalnya akan lebih murah, apa lagi kalau kita memperhitungkan dampaknya kepada lingkungan," ujar Agung di Balai Kota, Jakarta Pusat, Senin, 29 April 2019.

Menurut dia,  Transjakarta bukan membeli armada. Nantinya, armada dimiliki dan dioperasikan oleh operator yang menjadi mitra. Kita hanya membayar operasionalnya saja,” ujar Agung.

Namun, pengoperasian bus listrik ini masih harus dilakukan penyesuaian terlebih dahulu karena armada tersebut belum memiliki Surat Tanda Nomor Kendaraan. Sebab, dalam STNK harus ada ukuran cc, padahal bus listrik bukan memakai  cc tapi watt. 

Saat ini,  pihaknya masih merencanakan kerja sama dengan PT PLN Persero terkait pengisian energi untuk bus listrik. "Akan disiapkan oleh operator yang mengoperasikan dengan didukung oleh PLN," ujar Agung. 

CEO PT TransJakarta Agung Wicaksono (kiri) dan Dirut BNBR Bobby Gafur Umar.

Beberapa waktu lalu, PT PLN mengungkapkan rencana membangun stasiun pengisian listrik umum atau SPLU empat unit, di sejumlah wilayah. Di antaranya, di Bandara Internasional Soekarno-Hatta. Investasi untuk pembangunan empat SPLU ini diperkirakan mencapai Rp2 miliar.

Pembangunan itu bekerja sama dengan Perum Damri dan PT Jakarta Propertindo (Jakpro). Tetapi investasi sebesar Rp2 miliar itu sedang dipertimbangkan skema terbaiknya. "Masih kita diskusikan. Bisa jadi (investasi dengan Jakpro dan Damri). Skema bisnisnya kita lagi diskusikan," kata Direktur Perencanaan Korporat PLN, Syofvi Felienty Roekman, di kantor pusat PLN, Jakarta, Senin 18 Maret 2019.

Pembangunan infrastruktur itu, menurut Direktur Bisnis Regional Jawa Timur, Bali dan Nusra PLN, Djoko R Abumanan, akan membantu operasional bus listrik bandara Damri maupun Transjakarta. 

Dengan adanya bus ini, dia yakin biaya angkut operasional akan lebih murah dibanding menggunakan BBM. SPLU yang dibangun ini merupakan model fast charging sehingga kendaraan tidak perlu menunggu lama saat mengisi energi listriknya. (ren)

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya