Semangat UNBK, Belum Semua Pakai Komputer
- Dokumentasi Kemendikbud
UVIVA – Ujian Nasiona tingkat Sekolah Menengah Atas dan sederajat digelar mulai hari ini 1 April 2019 hingga empat hari ke depan. Pelaksanaan UN secara nasional diikuti 2 juta siswa di 21.700 satuan pendidikan.
Adapun mata pelajaran yang diujikan adalah Bahasa Indonesia dilaksanakan pada tanggal 1 April 2019, Matematika pada tanggal 2 April 2019, Bahasa Inggris pada tanggal 4 April 2019, dan satu mata pelajaran sesuai jurusan pada tanggal 8 April 2019.
Data yang diterima VIVA dari Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, ada 22 provinsi yang telah melaksanakan ujian nasional berbasis komputer 100 persen di antaranya Aceh, Bali, Bangka Belitung, Banten, Bengkulu, D.I. Yogyakarta, DKI Jakarta, Gorontalo, Jambi, Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, Kalimantan Barat, Kalimantan Selatan, Kalimantan Tengah, Kalimantan Utara, Lampung, Nusa Tenggara Barat. Selanjutnya, Sulawesi Selatan, Sulawesi Tengah, Sulawesi Utara, dan Sulawesi Barat.
Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Muhadjir Effendy meninjau langsung pelaksanaan UNBK di SMA Negeri 1 Makassar dan SMA Negeri 21 Makassar. Dalam kunjungannya, dia mengatakan telah berupaya agar UNBK bisa digelar serentak di seluruh Indonesia. Salah satunya lewat program internet masuk sekolah di daerah terdepan, terluar, dan tertinggal (3T) bersama Kementerian Informasi dan Komunikasi (Kominfo).
Muhadjir mengatakan, beberapa tahun lalu, masih ada 18 ribu sekolah yang tidak tersentuh internet. Kini, menurutnya, jumlah tersebut terus berkurang. "Daerah 3T ini akan didahulukan satu-dua tahun ini. Karena memang wilayah Indonesia terlalu besar, makanya harus secara bertahap,” kata Muhadjir di lokasi.
Selain mengunjungi langsung, dia juga melakukan teleconference ke 11 sekolah yang menyelenggarakan UNBK di Sulawesi Selatan. "Saya lihat secara keseluruhan penyelenggaraan UNBK berjalan dengan lancar, ada semangat gotong royong dalam memenuhi kebutuhan komputer di masing-masing sekolah. Semoga penyelenggaraan UNBK di Provinsi Sulawesi Selatan dapat menjadi contoh bagi daerah-daerah lain,” ujar Mendikbud
Dia juga menambahkan penyelanggaraan UNBK ini berhasil berkat kerja Dinas Pendidikan setempat. "Walaupun ada yang masih menggunakan resource sharing, tetapi hal tersebut baik, saling membantu,” ucap dia.
Perbaiki fasilitas
Gubernur Sumatera Utara, Edy Rahmayadi juga ikut memantau pelaksanaan UNBK di daerah kekuasaannya. Tercatat ada 146.888 siswa SMA dan sederajat di Sumatera Utara melaksanakan UNBK. Mantan Ketua Umum PSSI itu mengatakan akan memprioritaskan pendidikan untuk pembangunan dalam sektor sumber daya manusia. UN menjadi salah satu evaluasi pelaksanaan pendidikan untuk mengukur tingkat keberhasilan atau kemajuannya.
Ia pun berjanji akan memperbaiki dan melengkapi fasilitas pendidikan di Sumut agar lebih baik, termasuk meningkatkan kompetensi dan kemampuan guru dalam proses belajar dan mengajar.
"Untuk UNBK SMA (di Sumatera Utara) sudah 97 persen. Tahun depan harus 100 persen. Harusnya tahun ini 100 persen. Saya akan ikuti dan cermati hasilnya bagaimana.
Siswa-siswa kita memiliki kemampuan untuk bersaing untuk berbuat masa depan," ujar dia.
Sementara itu, di Kabupaten Bantul, peserta UNBK di SMA 1 dan SMA 2 sempat terkendala masalah listrik. Listrik padam sekitar lima menit. Hal ini diungkapkan Kepala Balai Pendidikan Menengah (Dikmen) Dinas Pendidikan Pemuda dan Olahraga (Dikpora) DIY Wilayah Bantul, Suhirman.
"Kendala tadi di SMA 1 dan SMA 2 Bantul sempat terjadi gangguan listrik, tapi hanya selama 5 menit saja dan saat ini sudah lancar kembali. Dan untuk secara keseluruhan, pelaksanaan UNBK di Bantul tidak ada gangguan yang berarti," kata dia.
Tuai Kritik
Di Depok, Jawa Barat, ada sekira 20 siswa berkebutuhan khusus yang mengikuti Ujian Akhir Sekolah Berstandar Nasional (UASBN) dan Ujian Nasional Kertas Pena (UNPK). Mereka tersebar di beberapa Sekolah Luar Biasa atau SLB di kota tersebut. Salah satunya adalah Deka (24 tahun).
Sama seperti siswa kebanyakan, murid SLB Dharma Asih itu pun tampak sangat serius mengisi tiap lembar kertas ujian agar kompetensi akademiknya diakui oleh negara.
Deka mengaku lega, lantaran yakin dapat mengerjakan seluruh soal ujian nasional tersebut dengan mulus. “Ada yang susah ada yang gampang,” katanya dengan bahasa isyarat.
Salah satu kendala yang ditemui Deka adalah kesulitan memahami soal ujian dengan narasi yang cukup panjang. “Yang soalnya panjang susah karena bahasanya agak tinggi, yang soalnya pendek gampang,” ucapnya.
Namun, Deka tetap optimis dirinya akan lulus dengan nilai yang terbaik. “Lulus dong, kan sudah belajar tiap malam. Saya ingin bekerja jadi penata rias atau fotografer setelah lulus nanti,” kata dia.