Berebut Klaim Keberhasilan Pembangunan MRT

Presiden Jokowi Mencoba MRT Jakarta
Sumber :
  • ANTARA FOTO/Akbar Nugroho Gumay

VIVA – Minggu 24 Maret 2019, Presiden Joko Widodo meresmikan Moda Raya Terpadu (MRT) Jakarta rute Lebak Bulus-Bundaran Hotel Indonesia. Moda transportasi massal ini menjadi simbol peradaban baru Indonesia yang lebih maju dan modern. 

MRT diharapkan menjadi salah satu moda transportasi alternatif bagi warga DKI dalam beraktivitas. Serta bisa mengurai kemacetan ibu kota.

MRT akan resmi beroperasi secara komersial pada 1 April 2019. Sebanyak 16 rangkaian kereta besutan perusahaan Jepang, Nippon Sharyo, akan melayani mobilitas warga Jakarta.

"Sebuah peradaban baru akan dimulai dengan dioperasikannya MRT Jakarta. Ini adalah sebuah budaya baru karena merupakan yang pertama di negara kita, Indonesia," ujar Jokowi saat peresmian. 

Saat meresmikan, Jokowi menyatakan bahwa proyek bisa bergulir lancar lewat keputusan politik yang dibuatnya bersama Basuki Tjahaja Purnama alias Ahok ketika memimpin Jakarta. Namun, di saat yang sama, Gubernur DKI Jakarta, Anies Baswedan, menyampaikan terima kasih kepada semua mantan gubernur DKI Jakarta, mulai dari Sutiyoso hingga Djarot Saiful Hidayat.

Hal itu memicu polemik publik mengenai siapa sebenarnya yang berjasa dalam terwujudnya MRT. Pembangunan MRT mulai dari ide, perancangan, hingga pembangunan memang telah melalui jalan yang panjang dengan pasang surut selama puluhan tahun.

Presiden Joko Widodo (tengah) memberikan sambutan dalam acara Peresmian MRT Jaka

Presiden Joko Widodo meresmikan MRT

Ide awal transportasi massal ini dicetuskan pada 1985 oleh Bacharuddin Jusuf Habibie, yang saat itu menjabat sebagai kepala Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi. BJ Habibie telah mendalami berbagai studi dan penelitian demi menghadirkan MRT di Indonesia.  Namun sayangnya, mimpi Habibie membangun MRT kandas karena krisis moneter 1998. Ide pembangunan MRT ini kemudian berusaha diwujudkan kembali oleh Sutiyoso saat menjadi gubernur DKI Jakarta pada 1997-2007. 

Pada 2004, Sutiyoso mengeluarkan keputusan gubernur tentang pola transportasi makro untuk mendukung skenario penyediaan transportasi massal, salah satunya angkutan cepat terpadu yang akan digarap pada 2010. Pemerintah Pusat dan Pemerintah DKI Jakarta pun mulai mencari investor untuk mendanai mega proyek senilai Rp16 triliun itu. 

Pada 18 Oktober 2006, dasar persetujuan pinjaman dengan Japan Bank for International Coorporation pun dibuat. Dan, PT Mass Rapid Transit Jakarta resmi berdiri ketika Fauzi Bowo menempati Balai Kota Jakarta pada 2008. 

Tahun itu juga perjanjian pinjaman untuk tahap konstruksi diteken, termasuk studi kelayakan pembangunan MRT. Pada 26 April 2012, titik terang pembangunan muncul, Fauzi Bowo meresmikan pencanangan persiapan pembangunan MRT di Stadion Lebak Bulus, Jakarta. 

Namun, pembangunan proyek MRT baru resmi terealisasi ketika Jokowi menjabat sebagai gubernur DKI Jakarta. Pada 10 Oktober 2013, pengerjaan resmi proyek ini mulai digarap dengan peletakan batu pertama di Stasiun MRT Dukuh Atas. Pembangunan MRT berlangsung selama 5 tahun hingga akhirnya MRT resmi beroperasi pada 24 Maret 2019.

Setelah 34 tahun, akhirnya penantian panjang masyarakat Indonesia memiliki moda transportasi massa modern seperti negara-negara maju terwujud. "Negara sebesar Indonesia ini masa baru punya MRT sekarang. Itu pun, putusan politiknya kami putuskan saat saya jadi gubernur saat itu dengan Pak Ahok," ujar Jokowi. 

Terlambat

Rangkaian kereta Mass Rapid Transit (MRT) Jakarta fase I rute Lebak Bulus-Bundaran Hotel Indonesia melintas di kawasan Jakarta Selatan

Meski kini Jakarta telah memiliki MRT, harus diakui Indonesia sangat  terlambat membangun MRT dibanding negara-negara tetangga. Filipina telah mengoperasikan kereta ringan cepat atau LRT Metro Manila sejak 1984, Singapura sudah memiliki MRT sejak 1987, Malaysia memiliki kereta cepat pada 1996, dan BTS Skytrain Thailand beroperasi sejak 1999.  

Wakil Presiden, Jusuf Kalla mengakui, Indonesia terlambat membangun MRT. Menurutnya seharusnya MRT sudah dibangun pada tahun 1990-an. "Kita terlambat membangunnya. mestinya kita bangun, sebenarnya awalnya tahun 1990-an. Jadi kita apresiasi bahwa ini dibangun sekarang," katanya. 

JK mengatakan, ke depan ibu kota membutuhkan minimal 200 kilometer jalur MRT supaya kehidupan warga ibu kota Jakarta terjamin dari sisi sistem transportasi. Saat ini pembangunan rute MRT Bundaran HI-Lebak Bulus baru sejauh 16 kilometer. 

MRT akan resmi beroperasi komersial pada 1 April 2019. Saat ini masyarakat masih bisa menaiki MRT secara gratis hingga 31 Maret 2019 mulai pukul 05.30-22.30 WIB. Pemprov dan DPRD DKI Jakarta telah memutuskan tarif MRT sebesar Rp8.500 per 10 kilometer dan tarif LRT Velodrome-Kelapa Gading.

"Nominal (tarif MRT) Rp8.500. LRT Jakarta Rp5.000," ujar Ketua DPRD DKI, Prasetio Edi Marsudi, di Gedung DPRD DKI, Jalan Kebon Sirih, Jakarta Pusat, Senin, 25 Maret 2019.

Pemprov DKI memaparkan nilai keekonomian perjalanan satu orang penumpang dari Lebak Bulus ke Bundaran HI adalah Rp31.659. Pemprov DKI lantas mengusulkan tarif konsumen sebesar Rp10.000. Dengan demikian, Pemprov DKI menanggung subsidi sebesar Rp21.659 per penumpang.

Gubernur DKI, Anies Baswedan mengatakan, seluruh transportasi di Jakarta akan diupayakan terintegrasi. Dengan demikian, masyarakat bisa menggunakan satu kartu uang elektronik saja, seperti kartu Jak Lingko, untuk bepergian ke manapun di Jakarta menggunakan seluruh moda transportasi umum.

"Ke depan, tarif transportasi umum ini akan dijadikan satu, sehingga subsidi dari pemerintah bukan subsidi untuk tiap moda, tapi untuk keseluruhan sistem transportasi. Dengan begitu warga bisa menikmati satu tarif dengan harga yang lebih murah," ujar Anies.

Terintegrasi

Warga menunggu keberangkatan kereta MRT di Stasiun MRT Bundaran HI, Jakarta, Min

Selain meresmikan MRT Jakarta di Bundaran Hotel Indonesia, Presiden Jokowi pada hari yang sama juga melakukan penandatanganan prasasti groundbreaking pembangunan proyek MRT Fase II. Proyek tersebut pun ditargetkan akan rampung pada 2024 mendatang. 

Direktur Utama PT MRT Jakarta, William Sabandar mengatakan, pihaknya sudah menyelesaikan paket pembangunan stasiun bawah tanah fase II itu hingga stasiun di kawasan Monumen Nasional. William menjelaskan, dana yang akan digunakan untuk membangun proyek fase II didapatkan dari Pemerintah Jepang sebanyak Rp22,5 triliun. 

Presiden Jokowi optimistis, dalam 10 tahun ke depan moda transportasi di Jabodetabek akan sepenuhnya terintegrasi saat semua pembangunan MRT dan LRT selesai. Dia mengatakan, pembangunan MRT fase II rute Timur dan Barat akan dimulai tahun ini. Sedangkan proyek LRT Jakarta-Bekasi, LRT Kelapa Gading juga akan hadir di Jakarta pada tahun ini. 

Jokowi Ngevlog dan Jalan-Jalan Sama Cucu Naik MRT, Sempat Dihentikan Warga karena...

"Diharapkan di akhir tahun ini LRT kita akan terhubung, utamanya rute  Bekasi-Jakarta. Pokoknya kita bicara transportasi publik, LRT dan MRT akan terhubung," ujarnya. 

Jokowi menegaskan, proyek pembangunan fase II tidak mendapatkan masalah yang berarti. Ia berharap, semua proyek moda transportasi integrasi sepanjang 231 kilometer akan selesai dalam 10 tahun ke depan. 

Ini Alasan Gibran Langsung Blusukan di Jakarta Usai Dilantik Jadi Wapres

"Tidak ada masalah, ini yang kita harapkan nanti dalam 10 tahun 231 kilometer bisa diselesaikan. Insya Allah 10 tahun lagi, dengan kemarin anggaran juga sudah kita sampaikan Rp571 triliun termasuk penataan ruang, penataan permukiman dan permasalahan yang berkaitan dengan drainase." (mus) 

Ilustrasi Bus TransJakarta

Ini Jam Operasional Transjakarta, Mikrotrans, dan MRT Saat Pencoblosan Pilgub Jakarta

Indonesia akan menggelar Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) Serentak pada Rabu, 27 November 2024. Sejumlah moda transportasi akan melakukan penyesuaian jadwal operasional.

img_title
VIVA.co.id
26 November 2024