KRL Commuter Line Celaka, Apa Sebab?
- ANTARA FOTO/Yulius Satria Wijaya
VIVA – Dua dari delapan rangkaian kereta commuter line jurusan Stasiun Jatinegara menuju Stasiun Bogor anjlok di dekat pintu perlintasan Kebon Pedes, Bogor, Jawa Barat, pukul 10.15 WIB, Minggu, 10 Maret 2019.
Saat peristiwa terjadi, gerbong paling depan dari rangkaian KRL 1722 itu menabrak tiang listrik aliran atas. Sebanyak 17 penumpang langsung dilarikan ke Rumah Sakit Salak, Bogor, Jawa Barat.
Peristiwa ini menambah deretan kecelakaan kereta rel listrik di Jabodetabek. Bahkan, sebelumnya pada titik yang berdekatan dengan peristiwa saat ini juga pernah terjadi anjlok KRL pada 4 Oktober 2012.
Berdasarkan data Komite Nasional Keselamatan Transportasi (KNKT), kecelakaan pada 4 Oktober 2012 silam terjadi di petak Jalan yang sama atau tak jauh dari titik anjlok saat ini antara Stasiun Bogor dan Cilebut. Anjloknya KRL waktu itu disebabkan gumpalan rel antar sambungan.
Tak hanya itu, sejak 2016 juga sejumlah anjloknya KRL terekam oleh VIVA. Yaitu pada 6 April 2016 anjlok di Stasiun Manggarai, 18 Mei 2016 di petak Jalan Manggarai-Sudirman, 15 Maret 2017 di Stasiun Jatinegara dan 3 Maret 2018 di petak jalan antara Stasiun Sudimara dan Stasiun Serpong.
Ketua KNKT Soerjanto Tjahjono yakin bisa mengungkap penyebab kecelakaan kereta KRL 1722 dalam dua bulan ke depan karena bukti ada semua, sehingga proses penyelidikan diharapkan tak akan lama.
"Mungkin enggak lama lah, masalahnya juga evidunya ada semua. Cuma kita butuh detail apa namanya, detail temuan-temuannya. Kami (Dari KNKT) ada empat orang," katanya saat meninjau lokasi, Minggu 10 Maret 2019.
Berdasarkan pantauan VIVA, tim KNKT memeriksa lokasi dari mulai gerbong dan jalur rel. Termasuk menggali keterangan warga di sekitar lokasi kejadian yang diharapkan bisa mendapatkan titik terang atas kejadian tersebut.
Namun demikian, Soerjanto mengatakan pihaknya urung menebak-nebak sebelum memeriksa seluruh komponen di lokasi. Hanya saja, kata dia, hasilnya akan diselesaikan KNKT selama dua bulan.
"Belum, belum, (diketahui) kita enggak nebak-nebak. Rodanya diukur, relnya nanti diukur detail. Ya mungkin kalau ada yang diperiksa di lab mungkin sekitar dua bulanan. (Saat ini KNKT) Laporannya, (hanya) laporan singkat karena enggak ada korban (jiwa) ada ini," ujarnya.
***
Beroperasi Lagi
Sementara itu, Menteri Perhubungan, Budi Karya Sumardi saat meninjau lokasi KA 1722 commuter line yang terguling di pintu perlintasan Kebon Pedes mengatakan sudah berkordinasi dengan PT Kereta Api Indonesia (PT KAI). Dalam proses evakuasi yang telah dilakukan adalah mendatangkan kereta crane dari Bandung, sehingga jalur kereta sudah bisa digunakan lagi pada Senin siang pukul 14.00.
Sementara, Direktur Utama PT KAI, Edi Sukmoro, mengatakan,, beberapa gerbong yang langsung dibawa ke masuk Stasiun Depok dan Manggarai.
"Saya ingin sampaikan, kami dari semua tim dari dirjen dan KAI berupaya supaya menyelesaikan ini semua," kata Edi Sukmoro.
Mengenai penyebab celaka, kata dia, KNKT akan menyelidiki atau mencari penyebabnya sehingga tidak terjadi lagi.
Perbaikan Prasarana KRL
Beberapa hari sebelum kecelakaan KRL 1722, Presiden Joko Widodo sempat mencoba KRL saat pulang kantor dari Stasiun Tanjung Barat menuju ke Stasiun Bogor.
Dalam kegiatan mendadak itu, Presiden Joko Widodo sempat menanyakan sejumlah pertanyaan kepada para penumpang yang berdesakan. Di mana sejumlah penumpang menginginkan adanya tambahan jadwal kereta hingga tambahan gerbong.
Presiden mengakui banyak masukan masyarakat yang disampaikan terkait pelayanan kereta commuter line Jakarta-Bogor saat jam padat. Sehingga, Jokowi berharap bisa segera menyelesaikan masalah yang dirasakan penumpang.
Seperti diketahui, KRL commuter line saat ini sudah menjadi transportasi massa primadona pilihan masyarakat. Antusias tinggi masyarakat menggunakan KRL belum sebanding dengan jumlah sarana gerbong yang tersedia.
Direktur Utama PT KAI, Edi Sukmoro menjelaskan, saat ini ada 160 gerbong baru yang masih dalam tahap uji untuk penambahan KRL Jabodetabek.
"Setiap tahun kereta selalu nambah gerbong. Tahun ini schedule-nya datang 160 gerbong. Jadi kita memang berupaya masyarakat yang menggemari KRL ini bisa dibantu," kata Edi, Minggu, 10 Maret 2019.
Edi menjelaskan, gerbong KRl baru masih dalam proses sertifikasi hingga uji kelaikan di Direktorat Jenderal Perkeretaapian Kementerian Perhubungan. Menurutnya, dalam teknis sertifikasi membutuhkan waktu. Dalam prosesnya, melalui uji berkala dan uji bersama.
Sementara itu, Wakil Ketua Masyarakat Transportasi Indonesia (MTI), Djoko Setijowarno mengatakan tak cukup hanya andalkan tambahan prasarana kereta api dan mengabaikan sisi keselamatan lainnya.
Sebab, menurut dia, meski sarana transportasi ditambah tanpa dorongan dari Standar Operasional Prosedur (SOP) yang baik, kejadian anjlok atau kecelakaan kereta bisa saja terjadi kembali.
"Artinya SOP-nya harus diperketat lagi, meski kita tahu kondisi kecelakaan saat ini dan saat dahulu berbeda jauh. Sehingga, kehati-hatian personil penting dilihat lagi," tegasnya kepada VIVA.
Selain itu, Djoko juga mempertanyakan terkait anggaran pemeliharaan sarana dan prasarana dari pemerintah yang berkurang setiap tahunnya. Sebab, bisa saja hal ini berdampak pada keselamatan penumpang.
Untuk itu, ke depan anggaran pemeliharaan ini harus diperjelas lagi, karena ini tugas pemerintah terkait pemeliharaan yang berdampak pada keselamatan penumpang kereta api.
"Dana pemeliharaan ini sebaiknya mengikuti jumlah kereta yang bertambah maka anggaran tersebut ikut dinaikkan. Ini semua berdampak pada pemeliharaan sarana prasarana dan keselamatan penumpang," ujarnya.