Menakar Positif dan Negatif Tren Gymnastic Anak
- Viva.co.id/Anisa W
VIVA – Salah satu anjuran untuk melatih motorik anak adalah bergerak aktif. Ada banyak manfaat bila anak rajin bergerak aktif. American Academy of Pediatrics menyebut bahwa anak yang ikut serta dalam kegiatan olahraga akan berkembang kemampuannya secara fisik maupun sosial.
Banyak kegiatan fisik yang disarankan, salah satunya adalah senam gymnastic. Belakangan senam jenis ini mulai populer di kalangan anak-anak. Pasalnya, olahraga ini mulai populer lantaran beberapa selebriti mem-posting kegiatan buah hati mereka saat berlatih gymnastic.
Sebut saja pasangan Nia Ramadhani dan Ardi Bakrie. Beberapa waktu lalu putri mereka Mikhayla Zalindra Bakrie berhasil menjadi juara 1 di kejuaraan Gymnastic Bangkok.
Tak hanya Nia, penyanyi Nola B3 juga men-support dua putrinya, Naura dan Neona untuk berlatih gymnastic.
Selain Nola B3, artis sinetron Cut Tari juga belakangan aktif menemani putrinya Sidney Azkassyah Yusuf, yang sering mengikuti ajang kejuaraan internasional cabang olahraga gymnastic. Rajin mengikuti lomba di kejuaraan bergengsi, Sidney diketahui juga mengantongi banyak medali dari prestasinya dalam cabang olahraga tersebut.
Baru-baru ini Cut Tari kembali membagikan potret Sidney yang tengah bertarung di ajang Competition for Pre-Junior WAG (Floor) di Kuala Lumpur.
"When she was at competition for Pre-Junior WAG (Floor) in Kuala Lumpur. #gymnastics #competition #july #2018 #malaysia," tulis @cuttaryofficial, bangga.
Ramainya selebriti yang mengikutkan anaknya dalam kegiatan gymnastic juga memicu munculnya berbagai pusat kebugaran khusus anak. Hal itu mungkin menjadi inspirasi baik bagi para orangtua yang peduli akan tumbuh kembang buah hatinya. Namun, apakah sebenarnya manfaat mengikutkan anak ke kelas-kelas gymnastic? Namun sebelumnya kenali dulu, apa sih olahraga gymnastic itu.
Senam yang melatih kekuatan fisik
Dilansir KidsKiddle, gymnastic merupakan cabang olahraga senam yang melibatkan performa gerakan dengan kekuatan, kecepatan dan keserasian. Pesenam juga dituntut untuk menyuguhkan gerakan fisik teratur, ketahanan dengan gaya dan keanggunan.
Dalam olahraga senam terdapat dua cabang yaitu senam artistik dan senam ritmik. Gymnastik masuk dalam kategori senam artistik yang penerapannya terkait menggunakan alat seperti palang horizontal, palang sejajar, kuda-kuda lompat, hingga gelang-gelang.
Sedangkan senam ritmik para pesenamnya kerap menampilkan gerakan-gerakan indah dengan diiringi musik di atas matras dengan alat tambahan berupa tali, hoop, bola, tongkat dan pita.
Head Coach Fast Gym (Club Gymnastic Anak), Sepri Haryadi, kepada VIVA beberapa waktu lalu, menuturkan bahwa gerakan-gerakan gymnastic juga berpotensi mengembangkan keterampilan gerak dasar, sebagai landasan penting bagi penguasaan keterampilan teknik suatu cabang olah raga.
"Dengan aktivitas ini, anak-anak juga lebih disiplin, atraktif, dan percaya diri saat tampil maupun bersosialisasi," kata Sepri.
Tak hanya itu, Sapri juga mengatakan ada beberapa keuntungan jika anak-anak bisa mengikuti senam gymnastic sejak dini. "Kelebihan lain, anak akan memiliki kesadaran akan tubuhnya, termasuk bagaimana mengontrol dan mengoordinasi setiap anggota tubuhnya," ujarnya.
Bukan hanya fisik semata, gymnastic juga baik bagi mental anak. Hanya saja membutuhkan komitmen dan konsentrasi penuh.
"Pengalaman positif selama latihan akan membangun kepercayaan diri anak. Anak juga akan belajar memahami aturan dalam gymnastic untuk keamanannya dan orang-orang di sekitarnya," ujar Sepri.
Sepri menilai bahwa aktivitas gymnastic juga mampu melatih kemampuan sosial anak. Berlatih secara teratur di kelas gymnastic memberi kesempatan pada anak untuk bersosialisasi dengan teman sebaya, sekaligus bekerja sama dalam tim.
The Gymnastic Academy of Boston percaya bahwa senam akan membuat anak belajar kemampuan sosial, seperti mendengarkan orang lain, mengikuti arahan, bergantian giliran, bersikap tenang, dan menghargai orang lain. Anak-anak juga bisa bersenang-senang, bertemu dengan teman-teman baru, serta belajar menjadi lebih mandiri.
Menimbang kondisi tubuh yang belum tumbuh sempurna, maka berapa sih usia yang ideal untuk anak mengikuti olahraga gymnastic? Dilansir laman KidsKiddle, anak-anak di bawah usai 6 tahun belum siap dengan olahraga yang memiliki banyak aturan, seperti futsal atau basket.
Namun sejak usia 2 tahun, anak-anak disarankan melakukan gerakan untuk melatih motorik kasar, seperti berlari, berjalan, melompat, atau berguling. Maka, kegiatan yang disarankan untuk anak usia 2 – 5 tahun adalah gymnastic. Apalagi sekarang ini sudah banyak kelas gymnastic untuk balita.
Senior trainer yang juga founder Circle Gymanstic Club Veronica Yosinta, juga mengatakan demikian. Ia menyebut bahwa olahraga gymnastic ini memang sebaiknya dimulai sejak dini karena usia tersebut adalah waktunya anak-anak melatih motorik kasar.
"Sebaiknya dimulai di usia 4 tahun di mana masa tersebut merupakan saat yang tepat melatih motorik kasar anak," katanya.
Ia mengatakan bahwa usia 4 tahun anak sudah dapat berkomunikasi dengan lancar dan dapat mengerti instruksi.
"Gymnastic bisa membentuk mental anak, juga untuk mengenalkan disiplin, solidaritas, berjuang dan sportivitas," ujarnya.
Bukan hanya bagi anak-anak usia dini, menurut Veronica, gymnastic juga disarankan oleh beberapa ahli sebagai olahraga terapi bagi anak-anak berkebutuhan khusus.
Meski bisa sebagai terapi, namun ternyata bagi anak-anak berkebutuhan khusus tidak ada perbedaan dalam proses berlatih.
"Setiap pelatih memiliki metode masing-masing. Namun, semua memiliki prioritas yang sama, yaitu keamanan. Kelas gymnastic harus dibuat menyenangkan karena akan menjadi pengalaman positif bagi anak dan setiap gerakan yang dilakukan anak harus diawasi pelatih."
Berbahayakah ikut kelas ikut kelas gymnastic?
Meski sedang populer di kalangan selebriti, namun nyatanya gymnastic adalah olahraga yang cukup berbahaya. Veronica Yosinta mengatakan bahwa olahraga ini bukan sekadar main-main.
"Gynastic itu enggak main-main. Ini olahraga danger. Buat saya pribadi, gymnastic itu tidak fun," ujarnya kepada VIVA beberapa waktu lalu.
Bagi para pemula, menurutnya, olahraga gymnastic sangat rentan dengan cedera. Misalnya, patah tulang hingga luka sobek. Karena itu, dalam berlatih para coach selalu menerapkan ketegasan dan kedisiplinan.
"Bagi pemula itu ada rules secara general. Tidak hanya coach dan si anak, tapi berlaku juga untuk orangtua," ujarnya.
Dilansir dari website resmi Kementerian Kesehatan, dokter spesialis olahraga, Dr Imran Nurali SpKO, yang juga adalah Kasubdit Bina Kapasitas Kerja Direktorat Bina Kesehatan Kerja dan Olahraga Kementerian Kesehatan justru mengatakan sebaliknya. Menurutnya, dalam rangka tumbuh kembang fisik dan psikologis, anak usia balita sampai dengan batas pubertas membutuhkan banyak aktivitas gerak yang tidak menjadi pembeban bagi tulang.
Kata Imran, olahraga yang banyak melompat dan melawan gravitasi itu justru mempercepat penutupan pertumbuhan tulang.
"Sendi-sendi tulang akan cepat mengeras jika sering berbenturan akibat aktivitas yang melawan gravitasi seperti melompat. Akibatnya, tulang menjadi cepat mengeras dan pertumbuhan fisik anak bisa menjadi terbatas," ujarnya.
Oleh karena itu, aktivitas yang banyak melompat atau melawan gravitasi tidak disarankan untuk anak di bawah usia 10 tahun. Sebab, mereka masih membutuhkan waktu untuk tumbuh kembang organ vital seperti paru-paru dan jantung.
Setelah usia 8-9 tahun, baru anak-anak mulai diperkenalkan pada latihan kecepatan. Pada dasarnya, ada 4 unsur keterampilan dasar yang dibutuhkan oleh anak yaitu, lari, loncat, lempar, dan lontar untuk melatih tangan dan kaki.
"Jadi, olahraga seperti itu dianjurkan untuk anak balita sampai dengan usia sekolah. Kalau balita, aktivitasnya lebih baik yang berupa permainan. Baru setelah tingkat SD atau SMP mulai dijuruskan untuk berolahraga menggunakan alat,” jelasnya.
Telepas dari hal itu, anak yang tidak terbiasa beraktivitas fisik atau terlalu banyak berdiam diri akan mengalami hambatan pada pertumbuhan tulang dan otot, termasuk paru-paru dan jantung. Jadi agar tumbuh kembang mereka optimal harus ditunjang dengan aktivitas fisik yang tidak terlalu berat dan tidak dipaksakan. (ase)