Taji Abdul Selepas Indonesian Idol
- VIVA/Zahrotustianah
VIVA – Lost Stars dari Adam Levine, memang jadi favorit puluhan juta pendengar musik di dunia. Tapi bagi Ahmad Abdul, Lost Stars lebih dari sekadar lagu biasa. Lagu itu punya momen tersendiri, karena dibawakannya saat audisi pertama Indonesian Idol 2018.
Baca Juga : Melisha Sidabutar Meninggal
Dalam balutan kemeja flannel berwarna hitam dengan gitar yang disandangnya, Abdul berdiri di hadapan Judika, Maia Estianty, Ari Lasso, dan Armand Maulana. Tak butuh waktu lama bagi mereka mengakrabkan diri. Selembar sketsa karikatur para juri yang digambarnya, jadi pencair suasana sebelum Abdul menunjukkan tajinya.
Audisi perdana di penghujung 2017 itu berjalan mulus buat Abdul. Lagu Lost Stars yang dinyanyikannya berhasil membius keempat juri di depannya. Para musisi top Indonesia itu terpikat dengan suara falset milik Abdul.
Baca Juga : Kata-kata Terakhir Melisha Sidabutar di Panggung Indonesian Idol
"Gue udah tegang aja. Soalnya ini lagu yang paling bahaya di situ. I thought I saw you out there crying. Ternyata...." Armand tampak begitu puas.
"Banyak penyanyi yang enggak berani bawaan lagu ini, karena itu," Judika menambahkan.
Lost Stars pun akhrinya membawa Abdul melenggang ke babak-babak lain ajang tersebut. Kemampuan bermusik dan bernyanyinya bukan hanya memesona para juri, tetapi juga penonton dan pemirsa Indonesia.
Pria kelahiran Kupang itu makin dikenal lewat penampilan-penampilan spektakuler lagu-lagu hit yang mendunia. All I Want, Don't Look Back in Anger, History, You Are the Reason adalah beberapa yang membuat nama Ahmad Abdul trending di jagat maya.
Sosoknya kian disorot, setelah mendapat pengakuan para musisi penyanyi asli, seperti Kodaline, Calum Scott, bahkan Adam Levine. Perjalanan Abdul di panggung Idol pun berakhir di babak tertinggi yang membawanya menjadi juara kedua Indonesian Idol 2018.
Seperti kata Ari Lasso di pertemuan audisi perdananya, "Maybe you are the lost star that we found," Ahmad Abdul benar-benar makin bersinar.
Hampir setahun setelah gegap gempita Indonesian Idol 2018, Abdul perlahan unjuk gigi, melebur dalam persaingan industri musik yang sesungguhnya. Coming Home, jadi taji perdananya di bawah payung Universal Music Indonesia.
Bagi Abdul, lagu yang ditulisnya sendiri itu menggambarkan proses perjalanan hidupnya yang begitu panjang hingga seperti sekarang. Home, adalah rumah yang juga dimaknai sebagai diri sendiri, keluarga, lingkungan, atau apapun yang membuatnya nyaman.
Coming Home, menjadi tanda kesiapan Abdul memperdengarkan karya-karya lainnya di masa depan. Menyandang gelar Idol, Abdul siap melebarkan sayap kariernya sendiri dan berlaga di medan tarung sesungguhnya.
Dalam sebuah kesempatan pada pertengahan Januari 2019 kemarin, Abdul duduk bersama saya di kantor redaksi VIVA, Jakarta Timur. Bersama Denis, sahabatnya, dan seorang manajer, Abdul terlihat santai dengan kaus putih dan kemeja tartan birunya. Sesekali merapikan rambut dan topinya, Abdul bersiap sebelum wawancara dimulai.
Setelah menyesap sedikit air, penyanyi 28 tahun ini berbagi cerita tentang kelahirannya di industri musik, perjuangan selepas Idol, hingga pembuktian lewat manuver-manuver baru demi mimpi di masa mendatang.
Apa kabar Dul, lagi sibuk apa sekarang?
Kesibukannya sekarang lagi biasa on-air ,off-air terus mau siapin single baru, setelah Coming Home.
Kapan rencana perilisannya?
Kemarin take studionya udah, vokal, terus video klip sekitar tanggal dua puluh berapa gitu, lagi dicari jadwalnya terus mungkin rilisnya Februari lah.
Ceritain sedikit tentang single baru Coming Home yang kemarin dong?
Isinya simple aja sih. Itu lagunya mengingatkan kita ke tempat yang paling nyaman untuk kembali adalah rumah, nah rumah di sini tergantung yang mendefinisikan sih yang dengerin, bisa rumah bisa keluarga. pokoknya tempat paling nyaman aja.
Kenapa pakai Bahasa Inggris?
Sebenarnya enggak ada alasan sih, cuma memang lebih nyaman aja kalau nyanyi Bahasa Inggris, terus nulis juga. Bukan karena saya pinter Bahasa Inggris, cuma kayak lebih nyaman aja kalau pakai Bahasa Inggris dan kebetulan lagu itu vibes-nya lebih cocok pakai Bahasa Inggris.
Kalau single selanjutnya?
Next lagunya Bahasa Indonesia, tapi iriknya bukan saya yang nulis, yang nulis Lale Ilman Nino
Kamu kan sering dikritik juri selama di Indonesian Idol yang bilang kalau kamu lebih bagus nyanyi Bahasa Inggris dibanding Indonesia, gimana tanggapan kamu sekarang?
Sebenarnya, saya enggak pernah pusing dengerin kritik itu. Bahasa Indonesia juga bagus, nadanya juga, mungkin pelafalannya aja yang agak kaku gitu. Tapi semakin ke sini semakin baik, terus dibilang, 'ternyata oke ya, nyanyi lagu Indonesia.'
Enggak ada masalah, memang mungkin karena jarang (nyanyi Bahasa Indonesia), jadi tekniknya atau kuncinya buat ambil satu kata yang bikin jelas banget agak susah gitu, kalau Bahasa Inggris memang sudah makanan sehari-hari kan.
Tapi terbukti, di lagu yg selanjutnya, di single ini kejawab semua sih. Jadi, kayak pengin nunjukin juga ke orang-orang kalau Abdul bisa kok nyanyi Bahasa Indonesia dan lagunya harus cocok, kebetulan lagunya cocok.
Pengalaman selama tampil di Indonesian Idol, berpengaruh enggak sama penampilan kamu sekarang?
Pengaruhnya mungkin kalau di TV, kita hadapannya sama kamera kan. Bedanya sih kita tahu flow-nya di atas stage kayak gimana. Tetapi, kalau sebelumnya kan saya manggungnya cuma di restoran, dulu saya terserah mau nyanyi apa aja boleh bebas dan itu biasanya akustikan sendiri, berdualah.
Tapi sekarang udah ada teman-teman yang mendukung juga kayak punya band sendiri jadi kita lebih ke konsep gimana caranya orang merasa terhibur.
Banyak dapat apresiasi dari penyanyi-penyanyi luar, gimana kamu memaknainya?
Dapat kejutan kayak gitu rezeki aja udah, tapi sampai saat ini apapun yang aku dapetin semua enggak mengubah siapa Abdul. teman-teman juga udah pada tahu kayak siapa saya sebelumnya sama hari ini tetep sama aja.
Kalau misalnya ada videonya viral terus di-notice sama penyanyi aslinya menurut saya cuma bonus. Itu prestasi tersendiri sih. Kalau buat orang lain membanggakan, pasti buat saya membanggakan juga. Mereka salah satu bagian dari perjuangan saya juga.
Lalu, setelah lulus dari Idol, apakah ekspektasi kamu sesuai realita?
Waktu itu enggak ada ekspektasi sama sekali, jadi tujuannya setelah idol saya mikirnya Alhamdulillah punya label, karena satu-satunya wadah untuk nge-share karya kan dari situ.
Alhamdulillah dapat label di bawah Universal terus dikasih kesempatan nulis lagu sendiri, nyetor beberapa lagu dan yang dipilih Coming Home, dipilih juga kerja samanya sama siapa. Itu milihnya Mas Tohpati sama Mas Irvnat.
Feedback lagunya bagus banget, cuma sayangnya, karena Bahasa Inggris mungkin jadi segmented, enggak semua orang bisa nikmatin. Tapi kalau dibilang based on data, penikmatnya lebih ke menengah ke atas. Lagunya berhasil dan kemarin sempat manggung di Garuda (Indonesia).
Sekarang ada progress-nya di YouTube. Dari luar negeri kayak pelan tapi pasti, enggak harus meledak langsung, cuma kalau ekspektasi saya ya itu. Punya label, punya wadah buat nyalurin karya, dan selebihnya kembali lagi ke bonus. Alhamdulillah off-air lancar, ramai, orang dari mulut ke mulut, 'Wah ternyata si Abdul live-nya asik tuh.' Jadi sampai hari ini masih jalan terus sih.
Gimana prosesnya sampai ketemu Universal?
Prosesnya waktu itu kan kita ada perjanjian 3 bulan enggak boleh ke mana-mana, karena kerja samanya sama Universal. Yang pasti dipilih yang juara, tapi selebihnya selama tiga bulan itu Universal berhak memilih beberapa talent dari Idol itu.
Setelah idol, saya sebagai salah satunya. Jadi, setelah ajang itu saya buat lagu di kamar terus dari situ dikabarin buat ke kantor, sign kontrak, saya langsung nyodorin lagu.
Sempat struggling enggak pas keluar dari Idol sebelum ketemu label?
Untungnya prosesnya enggak lama ya. Mungkin struggling-nya pertama kali di Ibu kota. Dari pulau lain terus ke sini. Keluar dari Idol kan posisi saya enggak kerja, kalau dulu kan ada kerjaan. Jadi, kayak untuk hidup sebulan dua bulan pertama itu terasa banget.
Bagaimana tanggapan kamu soal 'medan perang' sesungguhnya memang justru setelah keluar dari Indonesian Idol?
Kalau buat saya itu emang bener. Selama di Idol kita juga bersaing secara sehat. Banyak orang di luar yang menjadikan kita hari ini, tapi kalau sekarang, tanggung jawabnya full di kita. Jadi kalau misalnya kita ngasih penampilan yang buruk, omongannya juga akan buruk dan lambat laun juga akan tenggelam.
Jadi real battle field-nya bener-bener sekarang ini, dari lagu, secara performance, attitude. Kalau di Idol kan dalam satu wadah orang tahunya dari layar kaca aja, sekarang kan kita beredar.
Dengan kesibukan yang mulai padat, bagaimana kamu merawat hubungan dengan orang-orang tersayang, seperti keluarga, teman, dan sebagainya?
Saya lahir di Kupang, tapi besar di Bali. Bahasa, budaya, teman, semua dari Bali. Pulang juga ke Bali. Sebulan sekali pulang ke Bali, karena Alhamdulillah-nya ada job di Bali, jadi sekalian pulang.
Hubungan dengan teman lama, enggak terlalu di-maintain dengan baik sih sebenarnya, hehehe. Paling ya, janjian aja kalau lagi free, ketemu teman.
Sebelum di Idol, pekerjaan kamu apa?
Sebelum masuk Idol saya desainer grafis 2,5 tahun di hotel. Dulu kebetulan desain grafisnya arahnya ke ilustrator jadi saya yang pegang untuk event, poster segala macam.
Kangen enggak sama masa-masa dulu?
Kalau kangen pasti kangen, itu kan jadi cerita tersendiri. Orang mungkin lihatnya instan, si Abdul jadi Idol udah jadi, padahal di balik itu ceritanya panjang banget. Jadi, aku yang sekarang enggak gampang, prosesnya panjang Alhamdulillah.
Si Denis (gitaris yang selama ini sering manggung bareng Abdul) ini juga teman dari Bali, teman ngamen dari dulu banget. Saya ajak ke Jakarta, jadi seru aja sih perjalanan hidupku.
Kenapa ajak Denis?
Karena dia teman dari kecil, udah tujuh tahun main musik bareng dan secara personal orang yang ngerti musik aku, dia. Nyari orang lain juga belum tentu dapat. Kalau enggak cocok secara personal juga enggak akan jadi apa-apa, kebetulan dia paket lengkap.
Kamu ada ritual bikin lagu enggak?
Dulu awal keluar Idol rajin banget ya, nulis (lagu), main (musik). Mungkin beberapa hari ke depan udah balik lagi. Ajak Denis bikin lagu.
Satu lagu yang menggambarkan Abdul banget?
Coming Home. Rumah buat saya lebih ke diri sendiri sama lingkungan, karena di lirik itu udah menjawab bagaimana saya menjalani proses hidup yang panjang sampai dengan saat ini. Proses itu juga saya bagi ke orang-orang yang udah mendukung saya.
Selain itu?
Mungkin lagu-lagu yang punya momen ada, kayak Lost Stars (Adam Levine) dan All I Want (Kodaline). Karena Lost Stars itu lagu pertama audisi, All I Want itu titik pertama pecah bangetnya. Orang pada cari tahu siapa sih Abdul itu.
Ada tips untuk teman-teman di luar sana yang ikut mengikuti jejak Abdul, populer lewat ajang pencarian bakat?
Kalau dari saya, nikmatin aja prosesnya. Apapun yang dihadapi, jalanin aja. Enggak usah banyak mikir.
Kalau berhenti di tengah jalan?
Aku mungkin cuma bisa share pengalaman hidup sih. Untuk menjadi sesuatu bukan harus lewat ajang pencarian bakat. Benar juga sih kalau mau dikenal ya lewat ajang pencarian bakat, buat dikenal lewat TV. Tapi kan, jalan lainnya juga banyak, jadi enggak usah putus asa.
Lalu bagaimana menurut kamu, Abdul dalam lima tahun ke depan?
Akan tua pasti, hahaha. Enggak ada bayangan sih. Yang pasti fokus ke musik.
Dalam tahun-tahun ke depan, akan lahir idol-idol baru yang siap menambah persaingan saat ini dan pastinya akan lebih banyak rintangan lainnya. Gimana kamu mempersiapkan diri untuk menghadapi masa-masa tersebut?
Pemikiran saya simple sih, rezeki enggak ke mana. Kalaupun ada Idol baru ya silakan, yang penting saya tetap berkarya, karena sekarang kerjaannya memang musik. Terus, gimana caranya punya satu karya yang siapa tahu bisa legend kan.
Tapi mimpinya selama ini punya album sendiri, pengin nyanyi lagu yang saya ciptain sendiri. Pengin punya konser sendiri, di mana saya nyanyiin full lagu-lagu saya sendiri. Itu sih mimpi saya. (asp)