Menanti 'Pukulan Jab' Avanza Baru ke Xpander
- Istimewa
VIVA – Istilah mobil keluarga dipakai untuk menggambarkan kendaraan, yang biasa digunakan untuk aktivitas sebuah keluarga sehari-hari. Mulai dari menuju kantor hingga mengantar anak ke sekolah.
Karena sifatnya yang multiguna, tidak jarang mobil keluarga disebut juga dengan multi purpose vehicle atau MPV. Padahal, ada model lain yang fungsinya juga lebih dari satu, yakni sport utility vehicle atau SUV.
Perbedaan keduanya ada tiga, yaitu bentuk, kenyamanan, dan kemampuan. SUV memiliki tampilan yang gagah dan bisa merambah medan yang tidak dilapisi aspal dengan mudah, sedangkan keunggulan MPV adalah kenyamanannya.
Sejak 2013, ada satu model lagi yang meramaikan pasar mobil keluarga di Indonesia, yakni low cost green car atau LCGC. Wujudnya mirip MPV, hanya saja harga yang ditawarkan lebih murah. Soal kualitas, tentunya ada harga ada rupa.
MPV di Indonesia terbagi lagi menjadi tiga segmen, yakni rendah, menengah, dan atas. Segmen yang paling laris sudah bisa ditebak, yaitu low MPV.
Dengan harga jual Rp140-250 jutaan, segmen ini menjadi penyumbang terbesar industri otomotif nasional dalam hal kendaraan penumpang.
Kiprah low MPV dimulai pada 2003 akhir, saat Toyota dan Daihatsu berkolaborasi menghadirkan Avanza dan Xenia. Dua tipe ini dibuat untuk memenuhi kebutuhan masyarakat akan kendaraan pribadi yang nyaman dan harganya terjangkau.
Pengamat otomotif dari Institut Teknologi Bandung, Yannes Martinus, mengatakan, kunci sukses Toyota adalah saat mereka membuat inovasi desain yang tepat, pada waktu yang tepat pula.
“Usai krisis moneter parah melanda Indonesia, pasar membutuhkan mobil baru dengan tambahan harga yang murah atau terjangkau. Datanglah duet Avanza-Xenia. Lengkap dengan desain keren dan daya tampung banyak,” ujarnya kepada VIVA beberapa waktu lalu.
Meski kompetitor berusaha menyaingi kedua tipe itu, nyatanya Avanza dan Xenia masih terus merajai pasar low MPV. Hingga, Mitsubishi tiba-tiba membuat kejutan di pameran Gaikindo Indonesia International Auto Show 2017.
Adalah Xpander, mobil keluarga berkapasitas tujuh penumpang yang digadang-gadang bakal menjegal laju mobil sejuta umat itu. Meski awalnya banyak yang sangsi, namun fakta menunjukkan hal yang sebaliknya.
Berbekal desain yang tidak umum untuk mobil keluarga, Xpander sukses menyalip angka distribusi Avanza dan Xenia pada Februari 2018. Padahal, mobil itu baru resmi meluncur pada Agustus 2017.
Kesuksesan itu berlanjut hingga Mei 2018. Setelah kalah saat musim libur panjang pada Juni, Xpander kembali unggul mulai dari Juli hingga September tahun lalu. Lalu, tiba-tiba angkanya turun drastis.
Head of Sales and Marketing Group PT Mitsubishi Motors Krama Yudha Sales Indonesia, Imam Choeru Cahya punya alasan khusus.
“Oktober turun sedikit, di Desember sedikit mengurangi produksi. November juga sedikit kami kurangi. Karena, biasanya orang Indonesia mempertimbangkan tahun depan. Rata-rata menahan buat beli (mobil baru),” tuturnya di Jakarta.
Meski penjualan Avanza pada periode Januari hingga November 2018 masih unggul dari Xpander, sepertinya TAM tidak mau berpangku tangan. Mereka sudah menyiapkan Avanza baru, yang akan diluncurkan di awal 2019.
Dari foto-foto bocoran yang sudah beredar di media sosial, PT Astra Daihatsu Motor sebagai pembuat Avanza dan Xenia hanya melakukan ubahan pada eksteriornya. Tampilan Avanza dan Xenia baru dibuat lebih modern, dengan menambahkan aksen lancip pada bumper.
Sayangnya, hal itu membuat beberapa pengguna versi lawasnya kecele. Setelah lama tidak mendapatkan pembaruan, mereka berharap Avanza baru tampil sangat beda.
"Saya baru lihat sekilas fotonya di berita online, kurang menarik. Kirain setelah bertahun-tahun tidak keluar versi baru, desainnya berubah total," ungkap Abet, pengguna Avanza tipe E tahun 2014 kepada VIVA, Kamis 3 Januari 2019.
Rasa percaya diri yang ditunjukkan Toyota dengan hanya memoles tampilan Avanza tampaknya cukup tinggi. Mereka mengaku, mobil tersebut dirancang sesuai kebutuhan mayoritas masyarakat Indonesia.
Executive General Manager PT Toyota Astra Motor (TAM), Fransiscus Soerjopranoto mengatakan, salah satu fitur andalannya adalah penggerak roda belakang, yang bisa membuatnya melaju di berbagai macam kondisi jalan.
"Rasanya, Avanza punya karakteristik yang sesuai kebutuhan masyarakat. Makanya, dia masih bertahan,” tuturnya.
Tentu saja, TAM tidak akan mengandalkan tampilan untuk memikat konsumen. Strategi lain yang mereka lakukan adalah melalui harga jual. Menurut salah satu wiraniaga diler Toyota di Jakarta, harga Avanza edisi 2019 tidak berbeda dari versi lamanya.
“Harga tidak naik. Tipenya ada E, G dan Veloz,” ungkap wiraniaga yang enggan dicantumkan namanya itu kepada VIVA.
Apa yang dilakukan TAM mirip dengan langkah MMKSI. Di awal 2018, agen pemegang merek Mitsubishi tersebut memberi subsidi Bea Balik Nama (BBN) kepada pembeli Xpander. Namun, hal itu hanya bertahan beberapa bulan.
Langkah MMKSI lain agar konsumen tertarik dengan Xpander, yakni menghadirkan beberapa varian baru di lini yang sudah ada. Satu tipe mendapatkan tambahan varian transmisi manual, sedangkan satu lagi matik.
Selain itu, MMKSI kini merambah pasar fleet. Tidak tanggung-tanggung, konsumen pertama mereka adalah maskapai pelat merah, Garuda Indonesia. Ditambah lagi, mereka harus mengirim ribuan unit per bulan ke luar negeri untuk pasar ekspor.
Kendala MMKSI saat ini adalah kapasitas produksi. Permintaan akan Xpander lebih banyak dari yang mereka bisa buat saat ini. Tak heran, konsumen harus rela antre hingga satu bulan lamanya untuk tipe tertentu.
Mereka sempat berencana mengimpor Pajero Sport dan menggunakan jalur produksinya untuk merakit Xpander. Namun, proses mendatangkan SUV gagah itu dari Thailand tidak mendapat persetujuan dari Kementerian Perindustrian.
“Mereka datang ke Kemenperin, bilang permintaan ekspor Xpander tinggi. Enggak hanya kebutuhan lokal, tapi juga ekspor. Tapi saya bilang, pakai saja fasilitas yang ada dulu,” ujar Direktur Jenderal Industri Logam, Mesin, Alat Transportasi, dan Elektronika Kemenperin, Harjanto.
Artinya, jika pada 2019 Mitsubishi masih kesulitan memenuhi permintaan pasar, bukan tidak mungkin Xpander bakal kesusahan mengejar laju Avanza baru, yang jumlah produksinya hingga saat ini tidak mengalami kendala. (art)