WhatsApp Tak Lagi 'Media Sosial Gratis'
- www.pixabay.com/Arivera
VIVA – Aplikasi pesan instan WhatsApp selangkah lagi menyiapkan fitur 'Status Iklan'. Fitur yang dinilai ‘paling mengganggu’ bagi pengguna ini disambut berbeda tak seperti pembaharuan fitur WhatsApp sebelumnya.
Selama ini, WhatsApp dikonotasikan sebagai 'media sosial gratis'. Namun, sebagai pemilik, Facebook tak rela membiarkan jejaring komunikasi yang sudah berumur sembilan tahun itu gratis.
Apalagi, sejak dibeli oleh Facebook seharga US$19,3 miliar, atau setara Rp280 triliun pada 2014, trafik pesan di WhatsApp kian hari kian meningkat.
Data statistik menunjukkan bahwa peningkatan trafik berjalan begitu cepat. Pada Mei 2018, 1,5 miliar pengguna WhatsApp sudah mengirim sebanyak 65 miliar pesan melalui aplikasi WhatsApp maupun WhatsApp web per hari.
Angka tersebut naik signifikan dibanding satu miliar pesan yang berseliweran di WhatsApp, dua tahun setelah aplikasi ini diluncurkan pada 2009.
Dilansir dari Metro, Rabu 28 November 2018, soal fitur kontroversial ini, memang akan muncul dalam pembaruan di Status tidak lama lagi.
Umumnya, setiap ada pembaruan yang dikeluarkan platform tersebut sebagian besar pengguna akan menyambutnya dengan gegap gempita, namun tidak untuk kali ini.
Iklan mulut ke mulut
Fitur ini sudah diprediksikan bakal mirip dengan Instagram Stories yang diadopsi dari Snapchat Stories. Pengguna dapat mengunggah foto, video, dan bahkan menambahkan GIF. Postingan akan hilang setelah 24 jam.
Facebook, selaku pemilik WhatsApp, mengatakan jumlah pemakai yang menggunakan halaman Status di aplikasi pesan instan terpopuler dunia itu jumlahnya saat ini mencapai 450 juta dari total pengguna WhatsApp global sebanyak 1,5 miliar orang.
Pembaruan yang telah lama menjadi bahan pembicaraan ini membuat orang-orang penting di WhatsApp hengkang dari aplikasi milik Facebook tersebut.
Dua pendiri WhatsApp, Brian Acton dan Jan Koum, telah mengucapkan selamat tinggal kepada perusahaan. Lalu, baru-baru ini Business Executive WhatsApp, Neeraj Arora, juga menyusul dua bosnya meninggalkan posisi strategis di WhatsApp.
“Sepertinya, semua orang meninggalkan WhatsApp, bahkan sebelum Status Iklan dirilis. Satu lagi setelah Jan dan Brian, kini Neeraj Arora meninggalkan WhatsApp. Terima kasih atas dedikasinya," kata akun pembocor fitur WhatsApp, WABetaInfo.
Salah satu pendiri WhatsApp yang telah hengkang, Brian Acton, mengatakan bahwa iklan akan mulai beroperasi di aplikasi tersebut pada tahun berikutnya.
"Iklan bertarget adalah alasan saya tidak suka berada di sana. Facebook menggambarkan serangkaian praktik bisnis, prinsip, etika, dan kebijakan yang belum tentu saya memiliki suara yang sama," kata Brian.
Aplikasi kirim pesan itu belakangan ini bukan lagi sekadar dimanfaatkan untuk berbagi curhat maupun informasi antar-teman atau kerabat, tapi sudah menjadi medium yang ampuh untuk memasarkan produk dengan pendekatan populer 'mouth-to-mouth advertising' atau iklan mulut ke mulut.
Platform call center
Itu sebabnya, Facebook ngebet ingin mendapat cipratan rezeki dari sistem iklan ala media sosial milik Mark Zuckerberg itu.
Walau nilai satuannya kecil, kalikan saja dengan 1,5 miliar pengguna setiap hari, maka jumlah dolar AS yang bakal diraup akan berbukit-bukit.
Melansir BBC, dengan layanan berbayar itu, WhatsApp akan membantu perusahaan untuk menjadi jembatan komunikasi dengan konsumen. Istilahnya, mereka akan menjadi salah satu platform pendukung call center sebuah perusahaan.
Perusahaan bisa menggunakan WhatsApp untuk berinteraksi dengan konsumen atau pelanggannya, baik untuk mengirimkan informasi atau hanya sekadar fast respons.
Misalnya, perusahaan jasa pengiriman yang bisa memberikan informasi kapan kiriman sampai, atau bisnis penerbangan yang bisa mengirimkan informasi konfirmasi order atau boarding pass melalui WhatsApp.
Semakin sering berkirim pesan, maka biaya yang dikenakan juga semakin mahal bila dibandingkan dengan layanan pesan singkat biasa.
Sama halnya dengan pesan-pesan lain yang dikirimkan lewat WhatsApp, percakapan tentang bisnis atau aktivitas jual beli ini juga akan dienkripsi.Â
Ini artinya, WhatsApp tidak akan dapat membacanya. Namun, melaporkan berbagai perusahaan akan diizinkan untuk menyimpan salinan pesan di tempat lain dalam keadaan didekripsi.
Tak hanya itu, pengguna atau konsumen bisa melakukan interaksi lebih dulu ke perusahaan melalui WhatsApp. Konsumen bisa meminta bantuan informasi atau meminta prosedur teknis dari perusahaan yang dituju.
"Dasarnya adalah menawarkan support atau respons secara cepat dan real-time kepada konsumen. Kami juga akan berhati-hati, sebisa mungkin tak akan membombardir mereka dengan pesan spam," ujar pihak WhatsApp.
Semua pengiriman pesan komersial itu tidak akan gratis lagi, tetapi dibayarkan oleh perusahaan yang bersangkutan. Artinya, biaya akan dibebankan jika pesan memperlihatkan centang dua biru.
Aplikasi alternatif bebas iklan
Menurut BGR, chat tersebut akan gratis dipakai pengguna, namun bagi pengusaha pengiklan akan dibebani biaya antara 0,5 hingga sembilan sen atau sekitar Rp72 sampai Rp1.300 per pesan. Kisaran harga ini tergantung dari kebijakan masing-masing negara.
Tetapi, rumor lainnya menyebutkan bahwa biayanya bisa setara Rp5.000 hingga Rp10 ribu per pesan terkirim. Sekitar 100 perusahaan telah melakukan uji coba fitur ini, seperti Singapore Airlines, Wish, dan Uber.
Namun, belum diketahui kapan penarikan biaya dari perusahaan untuk pengiriman pesan di WhatsApp ini akan berlaku. Meski tidak disambut meriah, mayoritas penggunanya mengaku setuju jika iklan masuk di WhatsApp.
Dalam jajak pendapat yang digelar WABetaInfo di akun Twitter menunjukkan, 60 persen dari 1.600 lebih responden tetap akan menggunakan WhatsApp.
Dalam jajak pendapat daring tersebut, 60 persen pengguna menilai iklan status di WhatsApp tidaklah mengganggu. Responden kategori ini merasa iklan di status tak begitu merisaukan.
Sebab, iklan tersebut tidak ‘nyampah’ di obrolan WhatsApp. Sementara itu, sisanya, 40 persen pengguna ingin beralih ke aplikasi lain.
Nah, bagi pengguna yang ogah menerima iklan di WhatsApp, ada lima aplikasi alternatif yang bebas iklan. Dikutip dari Mybroadband, berikut lima aplikasi yang bisa dijajal:
Telegram
Platform ini dikenal sebagai salah satu pesaing serius dari WhatsApp. Aplikasi ini menawarkan sejumlah fitur keamanan privasi yang juga menjadi nilai pada WhatsApp.
Bicara fitur privat, Telegram punya Secret Chat, enkripsi end to end, pencegah screenshot, dan aplikasi yang lenyap dalam waktu tertentu. Aplikasi ini tersedia lintas platform, yakni Android, iOS, Windows Phone, Windows, macOS, Web sampai Linux.
Signal
Aplikasi ini tampilan antarmukanya sangat mirip dengan Telegram. Soal fitur privasi, aplikasi multi platform ini menggunakan enkripsi end-to-end untuk semua pesan. Signal juga menggunakan protokol enkripsi open source, artinya pesan dijamin lebih privasi.
Signal juga punya fitur seperti WhatsApp, yakni voice call dan video call. Bedanya, pada Signal tidak tersedia emotikon. Signal tersedia di Android, iOS, Windows, macOS, Linux.
Threema
Platform ini mendefinisikan diri sebagai aplikasi pesan instan yang fokus pada privasi. Threema menjamin pesan yang dikirim pengguna akan dihapus dari server mereka, tak lama setelah pesan terkirim.
Aplikasi ini menawarkan enkripsi end to end untuk semua pesan teks, voice call, transfer file, dan obrolan grup. Menariknya, pengguna aplikasi ini bisa mengunci obrolan tertentu dengan proteksi password.
Pengguna tak perlu mendaftarkan nomor ponsel mereka untuk menggunakan platform ini, cukup memasukkan 8 digit yang dikirimkan untuk mendaftar. Threema tersedia pada Android, iOS, Windows Phone, dan web.
Wire
Aplikasi pesan instan ini tak jauh beda dengan yang lainnya. Cuma Wire hadir dengan antarmuka modern, enkripsi end-to-end untuk akun tertentu. Aplikasi ini diciptakan oleh salah satu pendiri Skype, Janus Friss.
Untuk memakai aplikasi ini perlu nomor ponsel atau email. Wire punya fitur unik yakni pengguna profesional atau personal.
Untuk akun profesional, pengguna bisa menggunakan aplikasi ini untuk kepentingan administratif, konferensi video terenkripsi, dan ruangan obrolan khusus yang aman.
Sementara itu, akun personal tak memiliki fitur enkripsi end to end dan tak perlu butuh bandwidth yang berat. Tapi yang jelas aplikasi ini sepenuhnya bebas dari iklan.
Semua metode komunikasi pada platform ini dilapisi enkripsi. Aplikasi ini tersedia di Android, iOS, Windows, macOS, Web, dan Linux.
Status
Platform ini unik, salah satu aplikasi obrolan smartphone yang menjalankan pada jaringan Blockchain Ethereum.
Penggunaan platform ini memungkinkan pengguna mengelola node Ethereum mereka pada smartphone dan memfungsikannya sebagai dompet uang digital serta platform obrolan yang terdesentralisasi dan tak bisa disensor.
Untuk mengamankan pesan, Status memakai protokol enkripsi end-to-end yang bernama Whisper. Karena menerapkan Blockchain, pesan yang terkirim pada platform ini tanpa perlu melalui server yang tersentralisasi.