Ramuan Jawara Bohemian Rhapsody

Film Bohemian Rhapsody.
Sumber :
  • 20th Century Fox

VIVA – "We are the champions
We are the champions
No time for losers
‘Cause we are the champions of the world”

Bohemian Rhapsody, kini bukan lagi hanya dikenal sebagai mahakarya Queen yang fenonemal, tetapi juga film biopik yang menceritakan sosok Freddie Mercury, sang vokalis, dan secuil cerita dari balik tirai kesuksesan hit-hit band asal Inggris itu.

Dibesut di bawah payung 20th Century Fox, Bohemian Rhapsody sukses merebut hati para penonton dengan raupan untung mendulang di pekan debutnya.

Di Amerika saja, film ini sudah menghasilkan US$50 juta dari 4.000 teater. Film ini juga disebut-sebut sebagai film biopik musisi terbesar kedua setelah Straight Outta Compton, yang bercerita tentang grup musik hip hop N.W.A di 2015. Film itu memperoleh US$60,2 juta di pekan debutnya.

Perolehan tersebut melebihi ekspektasi awal 20th Century Fox yang hanya menargetkan US$35-40 juta. Terlepas dari drama dipecatnya Bryan Singer, sang sutradara, di tengah produksi dan digantikan oleh Dexter Fletcher, Bohemian Rhapsody, bahkan berhasil memperoleh total keseluruhan US$141,7 juta dari box office sedunia di pekan perdananya, laporan Deadline pada 4 November 2018. Angka ini jauh melampaui modal produksi US$52 juta.

Kebesaran nama Queen, memang tak dimungkiri memegang salah satu faktor besarnya sorotan dan antusiasme para penggemar band, serta pecinta film. Tetapi, bagaimana film itu dihadirkan juga tak kalah pentingnya.

Performa Rami Malek

Sebagai film biopik, aktor utamanya kerap jadi penentu kesuksesan pembawaan karakter yang diceritakan. Seperti ketika Eddie Redmayne memboyong piala Oscar, setelah berhasil membawakan sosok Stephen Hawking di film biopiknya, Theory of Everything, Jamie Foxx sebagai Ray Charlee dalam Ray, dan Michelle Williams sebagai Marilyn Monroe di My Week with Marilyn, Rami Malek pun punya tanggung jawab besar, ketika dipercaya untuk memerankan Freddie Mercury dalam Bohemian Rhapsody.

Rami Malek Resmi Jadi Musuh Daniel Craig di Film Bond 25

Tanggung jawab itu, diakui Rami Malek, dalam sebuah wawancara adalah tantangan terbesarnya. Dia pun berusaha untuk tidak terbebani dengan ekspektasi jutaan, bahkan miliaran penggemar Queen di dunia.

Rami pun serius berlatih untuk bisa mendapatkan 'feel' seorang Freddie Mercury. Bersama pelatihnya, Rami menghabiskan banyak waktu untuk mempelajari setiap detail perangai, gerakan, bahkan tatapan matanya. Rami juga seolah tak kenal waktu dalam berlatih, karena rekan-rekannya bilang, mereka sampai tak mengenali Rami Malek selama proses pengambilan gambar. 

Kisruh Film Terbaru James Bond, Hingga Rami Malek Ikut Berperan

Film Bohemian Rhapsody

"Kau tak harus meniru Freddie, kau hanya perlu mengerti mengapa dia melakukan ini itu. Aku punya sejumlah koreografer terkenal dan menyadari, mereka tak membantuku. Yang ku butuhkan adalah pelatih gerakan," kata Rami Malek dalam wawancaranya dengan Fox.

Rami Malek Terjatuh dari Panggung Oscar 2019

Upaya Rami Malek, termasuk pakai gigi palsu, hingga 50 jam fitting kostum pun membuahkan hasil yang positif. Aktor kelahiran Los Angeles, Amerika itu panen pujian. Penampilannya sebagai Mercury diapresiasi bukan hanya penonton, bahkan pengamat.

Rami Malek, bahkan digadang-gadang bisa masuk bursa Academy Awards untuk memperebutkan Piala Oscar kategori Aktor Terbaik tahun depan.

 Film Bohemian Rhapsody

Bukan hanya Rami Malek yang dipuji. Rekan-rekan bintang lainnya pun tak kalah memukau. Gwilym Lee sebagai Brian May, Ben Hardy sebagai Roger Taylor, dan Joseph Mazzello sebagai John Deacon juga sangat mirip dengan aslinya.

Live Aid (Awas Spoiler!)

Aksi pamungkas, penampilan Queen di acara Live Aid dalam Bohemian Rhapsody, tak terelakkan jadi bagian paling mengesankan dari film ini. Acara tersebut, sesungguhnya terjadi pada 13 Juli 1985, dan merupakan konser amal yang digelar di Wembley Stadium, London. Mereka menyanyikan enam lagu hari itu, yakni Bohemian Rhapsody, Radio Ga Ga, Hammer to Fall, Crazy Little Thing Called Love, We Will Rock You, dan We Are the Champions.

Dalam proses pembuatannya, dikutip dari USA Today, tim menghadirkan 2.000 audiens yang kemudian digandakan dengan teknologi CGI, agar terlihat menjadi 70 ribu orang. Pengambilan gambar dilakukan, saat cuaca masih terasa dingin dan hujan pada pertengahan Juli di London Utara. 

Semangat dan antusias penonton serta kru, berhasil memanaskan set. Disertai kehadiran produser Liva Aid asli, Bob Geldof, gitaris Queen Brian May, dan sang drummer Roger Taylor, suasana konser legendaris itu makin terasa hidup.

Film Bohemian Rhapsody.

Para pemeran member Queen melakukan persiapan selama enam minggu sebelum syuting Liva Aid. Mereka mempelajari aksi panggung Queen lewat YouTube begitu detail dan latihan membawakan lagu yang berbeda setiap harinya. Mereka pun melakukan latihan tiga kali berturut-turut di hari syuting sebelum aksi sesungguhnya direkam.

Bohemian Rhapsody sebenarnya bukan film yang akan membawa penonton menyelami kehidupan di balik panggung Freddie Mercury. Film ini tak dalam menggali sosok sang vokalis, hanya saja cukup merangkum apa yang terjadi dengan dirinya dan Queen.

Bohemian Rhapsody mendapat skor 60 persen di Rotten Tomatoes dan sejumlah kritik menyebut, film ini bukan untuk mereka yang berekspektasi mendapat cerita utuh, asli, dan mendalam tentang Freddie. Tetapi, film ini cukup untuk mengangkat kisah hidupnya dalam durasi kurang lebih dua jam 18 menit.

Ya, tentu saja, dalam film, tak semua bisa diceritakan dan tak semua dituturkan sesuai kejadian sebenarnya. Selalu ada dramatisasi dan penyesuaian-penyesuaian lain yang mempertimbangkan sektor bisnis, jangkauan demografi penonton, dan sebagainya.

Misalnya, di film, konser Live Aid ini menjadi comeback Queen setelah diceritakan ‘terbelah’, karena Freddie berkarier solo. Konser ini juga jadi makin mengharukan, karena terjadi usai pengakuan Freddie kepada teman-temannya soal penyakit AIDS yang dideritanya.

Faktanya, dari berbagai sumber, Freddie didiagnosa AIDS pada 1987, dua tahun setelah acara Live Aid. Dia juga baru mengungkapnya kepada Queen, dua tahun kemudian dan kepada pubik pada 1991.

Film Bohemian Rhapsody

Meski Bohemian Rhapsody terlihat seperti sebuah rangkuman perjalanan musik Freddie dan Queen, namun film ini mengusung nuansa nostalgia yang sukses memanjakan mata dan telinga penontonnya. Seperti kata senior media analyst untuk Comscore, Paul Dergarabedian, audiens tak pernah bosan dengan film yang diramu dengan musik. 

Sebelumnya, ada The Greatest Showman dan saingan Bohemian Rhapsody, A Star is Born, yang juga sukses dengan formula film-musik seperti ini. Dan, Live Aid adalah puncak kenikmatan menonton Bohemian Rhapsody yang jalan ceritanya penuh balutan musik sang legendaris.

"Ini adalah selebrasi Queen dan musik mereka," kata Chris Aronson, kepala Distribusi 20th Century Fox. (asp)

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya