Black Box, dari Pesawat Turun ke Bus
- Dirlantas Polda Jawa Barat
VIVA – Salah satu jalan darat di Kabupaten Subang dikenal sebagai jalur tengkorak di Jawa Barat, karena sering terjadi kecelakaan. Sedikitnya sudah 55 orang tewas di jalur itu dalam delapan kasus kecelakaan lalu lintas sejak 2004.
Namun, insiden maut pada Februari 2018 menjadi peristiwa kecelakaan paling banyak korban meninggal dunia, 27 orang. Di antara tujuh insiden serupa di tempat yang sama tahun-tahun sebelumnya, satu kasus yang cukup banyak korban tewas, yakni sembilan orang, pada 17 Juni 2014.
Pada April 2017, di turunan Selarong, kawasan Megamendung, Bogor, Jawa Barat juga terjadi kecelakaan hebat. Sebuah bus yang tengah melaju kencang dari arah Jakarta hilang kendali, akibat rem blong.
Beberapa saat sebelum kejadian, sopir sempat berteriak bahwa bus tidak bisa direm alias blong. "Kami yang ada di dalam bus langsung pegangan, tidak lama kemudian busnya menabrak kendaraan yang ada di depannya," ungkap salah satu penumpang bus, Nuryati.
Dari hasil olah tempat kejadian perkara (TKP) yang dilakukan petugas gabungan dari Polres Bogor, Polda, dan Dinas Perhubungan Jawa Barat, ditemukan fakta bahwa bus melaju dengan kecepatan tinggi.
Maraknya kecelakaan yang melibatkan angkutan umum dinilai karena penerapan regulasi yang diatur pemerintah, khususnya di daerah, masih sangat longgar. Contohnya, kondisi kendaraan yang buruk masih saja diberi izin beroperasi oleh otoritas yang berwenang.
Toleransi lainnya mengenai jalur operasi angkutan umum yang sudah dibekukan. Seringkali petugas di lapangan 'tutup mata' melihat ada angkutan umum yang tetap beroperasi, meski izin trayeknya sudah dibekukan.
"Toleransinya sudah sangat tinggi," kata pengamat transportasi, Djoko Setijowarno, beberapa waktu lalu.
Tak hanya bus, tingkah ugal-ugalan juga berkali-kali dilakukan oleh pengemudi angkutan umum di dalam kota. Saling salip dan melawan arus sudah menjadi ‘makanan’ mereka sehari-hari.
Bahkan, pembatas jalur busway tak segan mereka geser, demi bebas dari macet yang melanda jalanan setiap harinya.
Pemantau digital
Menurut data kepolisian, sepanjang semester awal 2018 tercatat ada 51.989 kecelakaan, dengan jumlah korban meninggal dunia mencapai 12.674 jiwa.
Melihat dari data kecelakaan dan banyaknya sopir bus yang tidak memperhatikan keselamatan penumpangnya, Kementerian Perhubungan berencana untuk memasang alat semacam kotak hitam atau black box.
Direktur Angkutan dan Multimoda Ditjen Perhubungan Darat Kemenhub, Ahmad Yani mengatakan, untuk tahap awal pemasangan Global Positioning System dan black box difokuskan untuk kendaraan angkut besar, baik bus maupun truk.
"Kalau saya prioritasnya kendaraan yang besar dulu, seperti bus dan angkutan B3, (bahan berbahaya dan beracun). Bus termasuk di dalamnya yang umum maupun pariwisata," kata Yani kepada VIVA, Selasa 30 Oktober 2018.
Black box merupakan sekumpulan perangkat yang digunakan dalam bidang transportasi. Biasanya, alat itu dipasang di pesawat terbang untuk merekam data penerbangan.
Yani menjelaskan, alat tersebut dipakai untuk merekam aktivitas kendaraan umum. Sementara itu, GPS digunakan untuk memantau rute yang dilalui. Gabungan data dari keduanya akan bisa digunakan untuk mengetahui penyebab dari kecelakaan.
Selain itu, tim pemantau bisa melihat bagaimana kendaraan dijalankan oleh sopir. Jika terlihat melanggar aturan dan membahayakan, rekaman itu akan dijadikan sebagai alat bukti untuk pemberian teguran dan sanksi yang lebih tegas.
"Jelas untuk mencegah kecelakaan, agar para pengusaha tahu juga ulah pengemudi, caranya dia mengendarai kendaraan tersebut, ngebut atau enggak dan lainnya," tuturnya.
Nantinya, kata Yani, kewajiban untuk memasang alat black box juga akan ditetapkan untuk angkutan umum kecil. Saat ini, kata dia, sudah ada perusahaan otobus yang memanfaatkan alat ini.
Soal sanksi dan tingkat keefektifan perangkat canggih tersebut, kata dia, masih dalam tahap pembahasan. Sebab, harganya tidak murah dan butuh sarana penunjang yang memadai.
"Nanti ada punishment kalau ngebut atau membahayakan, masih dalam pembahasan," ujarnya.
Pemasangan black box pada kendaraan bukanlah hal yang baru. Langkah itu sudah mulai diterapkan oleh beberapa produsen mobil sejak era 1990-an, di antaranya Volvo dan Saab.
Menurut data yang dilansir dari laman ec.europea.eu, pemasangan kotak hitam dapat mengurangi tingkat kecelakaan sebesar 20 persen. Angka itu bisa lebih tinggi lagi, jika dibarengi dengan tindakan tegas dari perusahaan dan juga aparat penegak hukum.