Joni, Pahlawan Cilik dari Timur
- VIVA/Shalli Syartiqa
VIVA – Raut bahagia terus terpancar dari wajah bocah itu. Ia tidak henti-hentinya tersenyum. Johannes Adekalla Marcal namanya.
Joni, sapaan Johannes, tengah menjadi buah bibir publik, beberapa hari terakhir ini. Berbagai kalangan memuji siswa kelas 7, di SMP Negeri Silawan, Belu, Nusa Tenggara Timur tersebut.
Itu lantaran Joni melakukan aksi heroik saat upacara bendera peringatan HUT ke-73 RI, di daerah Pos Lintas Batas Indonesia dengan Timor Leste, Provinsi Nusa Tenggara Timur, Jumat pagi, 17 Agustus 2018. Remaja 14 tahun ini memanjat tiang bendera lantaran talinya tersangkut saat Merah Putih akan dikibarkan.
Video aksi bocah tersebut diunggah di channel Youtube Esra Alfred Soru. Video lantas menjadi viral di media sosial. Seketika nama putra dari pasangan Victorino Marchal dan Lorenca Gama itu melambung.
Kabar aksi Joni sampai ke Istana. Menteri Pemuda dan Olah Raga Imam Nahrawi memuji anak bungsu dari sembilan bersaudara itu. Bahkan, Joni disebut sebagai pahlawan sesungguhnya saat ini. "Kalau ada yang bertanya siapa pahlawan hari ini, saya mengatakan Joni Belu," kata Imam, di Istana Merdeka, Jakarta, Jumat, 17 Agustus 2018.
Kementerian Pertahanan pun bangga dengan aksi Joni. Tindakan spontan Joni dinilai cara untuk mencintai Tanah Air agar bendera Merah Putih tetap berkibar. "Dalam sistem pertahanan, setiap warga negara Indonesia tentu memiliki cara masing-masing dalam membela Tanah Air. Johanes dengan kemampuannya bisa membuat Merah Putih berkibar saat kondisi darurat," ujar Pejabat Perwakilan Kementerian Pertahanan Nusa Tenggara Timur (NTT) Kolonel Friski Suatan.
Atas keberanian Joni, Menteri Imam mengajak dia menyaksikan pembukaan Asian Games 2018, di Stadion Gelora Bung Karno, Sabtu malam, 18 Agustus 2018. Di arena stadion, Joni ‘diserbu’ para menteri Kabinet Kerja untuk foto bareng.
Dikutip dari akun Twitter resmi Sekretaris Kabinet Pramono Anung, Joni tampak selfie foto dengan Menko bidang Kemaritiman Luhut Binsar Panjaitan dan Menko bidang Polhukam Wiranto. Menteri BUMN Rini Soemarno dan Panglima TNI Marsekal Hadi Tjahjanto tak ketinggalan menggandeng bocah berjaket merah itu, untuk foto bersama.
Panglima TNI Marsekal TNI Hadi Tjahjanto angkat jempol kepada Joni. Aksi yang dilakukan Joni dinilai membangun rasa nasionalisme. Panglima TNI pun siap memberikan penghargaan berupa beasiswa hingga lulus SMA. “Panglima TNI memberikan apresiasi berupa beasiswa atas keberanian dan aksi heroik Johannes Adekalla sehingga bendera Merah Putih dapat dikibarkan dalam upacara tersebut,” kata Kapuspen TNI Mayjen TNI M Sabrar Fadhilah dalam keterangannya, Sabtu, 18 Agustus 2018.
Tak hanya itu apresiasi terhadap Joni. Menteri Imam berencana mempertemukan Joni dengan Presiden RI Joko Widodo (Jokowi), Senin, 20 Agustus 2018. “Mau, mau banget ketemu Presiden Jokowi," kata Joni sambil tersenyum malu.
Jika bertemu orang nomor satu di Indonesia itu, Joni ingin menyampaikan agar pemerintah memperhatikan sekolah-sekolah. Dia pun mau mengajukan beasiswa hingga lulus sekolah kepada Presiden. Niat itu dikemukakan Joni saat bertemu pengacara kondang Hotman Paris di sebuah kedai kopi di kawasan Kelapa Gading, Jakarta Utara, Minggu, 19 Agustus 2018.
Joni diundang Hotman Paris ke lokasi tersebut. Tak sekadar mengajak makan, Hotman juga memberikan uang “permen” kepada Joni senilai Rp25 juta. Adik Hotman, Duma yang juga seorang pengacara, turut memberikan hadiah dengan nilai serupa sehingga total yang diterima Joni Rp50 juta.
Hotman menuturkan, melihat video viral Joni saat sedang berdansa di sebuah klub di Bali. Menyaksikan hal itu, Hotman mengaku terharu. "Karena apa saya dari dulu ceramah, kunci sukses itu adalah nyali. Ternyata nyali ini anak murni, manjat begitu tinggi dan dia (Joni) menyelamatkan muka para pejabat saat itu," ujar Hotman.
Demi Merah Putih
Joni mengungkapkan memanjat tiang bendera atas kemauan sendiri dan spontan. Padahal ketika upacara berlangsung, kondisinya sedang tidak fit. Namun karena dibutuhkan, dia mengabaikan sakitnya.
"Saat upacara berlangsung, saya lagi sakit perut dan berada di dalam tenda. Terus saya dengar dari Bapak Wakil Bupati, 'Siapa yang bisa panjat tiang bendera ini', langsung saya lari, lepas sepatu dan panjat itu tiang bendera," ujarnya.
Tanpa pikir panjang, Joni merangsek naik ke tiang setinggi 30 meter. Dia mengaku tidak takut karena dia memiliki satu keinginan, "Saya ingin melihat bendera Merah Putih berkibar.”
Bagi Joni, soal memanjat bukan hal baru. Dia terbiasa memanjat pohon. Berasal dari keluarga miskin, ayah Joni hanya seorang petani. Mereka tinggal di Dusun Halimutu, Desa Silawan, Belu, NTT.
Keluarga Joni hidup serba kekurangan. Bahkan, rumah tempat mereka berlindung hanya terbuat dari pelepah pohon gelang. Keseharian Joni tak beda dengan anak lainnya. Namun, dia lebih banyak membantu orangtua ketimbang bermain dengan teman sebaya.
Setiap hari, Joni membantu ayah dan ibunya naik turun pohon. "Saya biasa panjat pohon, bantu mama. Panjat asam, kelapa, pinang. Tidak takut, tidak ada yang suruh, saya sendiri yang mau. Naik ke atas, untuk ikat tali dan kibarkan bendera. Tidak ada bantuan," katanya.
Kini, perasaan gembira tengah menyelimuti Joni. Dia senang bisa menginjakkan kaki di Jakarta. Dia bungah mendapat berbagai hadiah dan beasiswa.
Usai beberapa hari di Ibu Kota, Joni akan kembali ke kampung halamannya. Dia bakal melanjutkan sekolah untuk menggapai cita-cita menjadi tentara. "Saya mau jadi tentara saja, untuk membela negara," katanya.
Laporan: Frits Floris dari NTT