Busana Syar'i dan Cadar Bukan Sekadar Tren

Diana Nurliana
Sumber :
  • VIVA/ Adinda Purnama Rachmani

VIVA – Menutup aurat dengan hijab, menjadi kewajiban bagi muslim perempuan. Tak hanya sadar sebagai kewajiban dan bagian dari syariat Islam, saat ini Muslim perempuan juga mulai sadar, bagaimana cara berbusana yang baik.

Tak heran, jika model busana Muslim semakin beragam. Bahkan, busana syar;i, semakin banyak dikenakan. Tak hanya itu, niqab atau cadar salah satu penutup wajah bagi perempuan Muslim, kini juga mulai banyak dikenakan.

Beberapa negara di dunia, memang melarang penggunaan niqab atau cadar di tempat umum. Negara-negara tersebut mulai dari Latvia, Swiss, Bulgaria, Jerman, Belanda, China, Kanada, Belgia, Prancis, hingga Italia. Semua melarang, dengan alasan demi keamanan nasional.

Belakangan di Indonesia, penggunaan niqab atau cadar juga jadi pro dan kontra. Bahkan, sejumlah kampus sempat melarang mahasiswanya bercadar. Alasannya, demi identitas.

Namun, meski penggunaan cadar jadi pro dan kontra di Indonesia, hal ini tidak menghalangi niat para wanita untuk menutup auratnya dengan busana syari dan cadar. Sebagian besar wanita mulai tahu, bercadar bagian dari aturan dalam agama Islam.

Mengenai hal ini, Ustazah Oki Setiana Dewi mengatakan, ada mazhab yang mewajibkan, ada juga yang hukumnya sampai sunnah saja. Contohnya Mazhab Syafi'i dan Hambali, yang menyatakan bahwa cadar atau niqab itu wajib untuk menutupi seluruh bagian tubuh dari seluruh wanita.

"Itu wajib. Sedangkan Mazhab Hanafi dan Maliki, cadar disebutkan adalah sunnah. Adapun seandainya mendatangkan fitnah, dalam artian dia terlalu cantik, sehingga mendatangkan fitnah banyak lelaki asing yang datang atau menggodanya dan membahayakan dirinya, bisa jatuh hukumnya wajib," kata Oki, saat berbincang dengan VIVA.

Jadi, Oki mengatakan, cadar bukan budaya orang Arab, bukan budaya Timur Tengah, namun aturan yang wajib bagi Syafi'i dan sunnah bagi Hanafi.

Selanjutnya, seleb bercadar>>>

Seleb bercadar

Tak peduli jadi kontroversi, tak peduli banyak yang melarang, kewajiban untuk bercadar ternyata mulai banyak dilakukan oleh para perempuan di Indonesia. Bahkan, sejumlah selebriti Tanah Air, tak ragu untuk menutup wajahnya dengan cadar. Mulai dari Umi Pipik Dian Irawati, istri dari mendiang Ustaz Jeffry Al Buchori, Indadari hingga Peggy Melati Sukma.

Tak hanya mereka, masih banyak lagi, perempuan Muslim di Indonesia yang belum bercadar, tetapi mulai memiliki niat untuk bercadar, seperti Zaskia Sungkar hingga Kartika Putri.

Viral Video Wanda Hara Berlutut Sambil Menangis, Nagita Slavina Tampak Tak Berhijab

Umi Pipik, bahkan mengatakan, keinginannya bercadar justru semakin mantap. Sejak 2017 lalu, ibu dari empat anak ini pun mengubah penampilan dengan cadar.

Ia mengungkapkan bahwa dalam berhijrah dia tak mau setengah-setengah. Dan, ia sudah mantap dengan pilihannya untuk menggunakan cadar.

Pengacara Ini Bakal Laporkan Wanda Hara ke Polisi Buntut Bercadar di Acara Pengajian

"Saya yakin, Allah akan memberikan rezeki karena kita melakukan semua aturan Allah. Walaupun, mungkin saya belum sempurna," kata Umi Pipik, saat ditemui di kawasan Bintaro, Tangerang.

Diakui Umi Pipik, pada awalnya semua tak berjalan lancar. Penampilan barunya itu membuat beberapa orang terkejut. Bahkan, sejumlah pihak yang telah mengikat kerja sama dengan istri almarhum ustaz Jeffry Al Buchari ini membatalkan kontrak. Namun, Umi Pipik tak gentar. Ia percaya bahwa akan selalu ada rezeki lain untuknya.

Ustaz Hanan Attaki Berdoa Agar Wanda Hara Bisa Hijrah

Tak hanya Umi Pipik, Peggy Melati Sukma juga mantap bercadar. Alasannya, karena bagian dari proses keimanan. "Saya pengen semakin baik saja, karena saya bukan orang baik, tempatnya dosa, kekhilafan dan kealphaan. Jadi, dari waktu ke waktu mau terus belajar,” kata Peggy.

Jika Umi Pipik dan Peggy mantap bercadar, Kartika Putri justru mengaku sempat mencoba-coba untuk bercadar. Dan, saat itu, ia merasa nyaman. Namun, sayangnya dia sempat merasakan diintimidasi. Saat itu, Kartika memang coba-coba karena mendapat endorse busana bercadar. Dia kenakan saat ke bandara. Namun, apa yang terjadi?

"smp dibandara aku tetap pake karena nyaman aja tp Sedih dan miris sekali karena sampai dibandara saya masuk di security check (Lolos karena tidak ada bunyi) tp koper saya diperiksa secara random ( FYI: sy selalu bawa koper kecil yang kosong untuk bawa buku saja) lalu sy bertanya knp random cuma sy pdhl koper saya kosong.. saya bilang apa krna saya pakai cadar (masih tenang)dan mereka cuma bilang random aja.. dan saya buka tetapi pandangan mereka sangat tidak “nice” dan tidak sampai disitu.. dipemeriksaan ke dua terjadi hal yang sama bahkan di diperiksa tubuhnya(oleh petugas wanita memang) pdhl sy lolos sensor lagi dan lagi koper dan mereka meminta boarding pass pdhl sudah diperiksa 1x didepan. yaAllah mengapa aku merasa di “intimidasi” dengan niqab ini..," tulisnya di akun Instagram miliknya.

Ia pun sempat bertanya, apa salahnya jika muslimah menggunakan niqab.

"Demi Allah memang lebih nyaman (tdk menjadi pusat perhatian laki laki) dan merasa aman.. tp kenapa disini yang notabennya kebnykan orang muslim tp tdk bisa berlaku adil dan menerima dgn baik kepada muslimah yg menggunakan niqab.. Saya Jadi makin tertantang tuk menggunakan niqab ditempat umum lainnya tuk lbh tau bgmn reaksi sekeliling.. hmm Ingat ya kami muslimah yang menggunakan niqab juga mempunyai hati dan perasaan jd perlalukan lah sbgmn mestinya," tulisnya lagi.

Berikutnya, jadi tren>>>

Jadi tren

Meski penggunaan cadar masih pro dan kontra di Indonesia, namun perlahan, masyarakat dari kalangan biasa juga mulai banyak yang bercadar. Oki pun mengaku senang, cadar dan busana syar'i mulai jadi tren.

"Alhamdulillah, betul sudah banyak yang makai. Tentunya, senang sekali karena pada tahun 1980an, orang-orang memakai jilbab aja susah. Pas foto untuk kepentingan dokumen dan sebagainya tidak diperbolehkan, namun dengan seiringnya waktu jilbab akhirnya diterima."

Di 2008, hijab syar'i pun masih terasa asing. Apalagi, di dunia entertainment. Beruntung di 2010 hingga sekarang ini, hijab syar'i sudah menjadi tren tersendiri. "Kalau dulu 2008, saya menemukan orang-orang berhijab syar'i hanya anak-anak rohis di kampus, sekolah, atau pengajian saja. Enggak ada atau sangat jarang, menemukan orang berhijab syar'i di jalan pergi ke mall atau ke kondangan."

Namun, sekarang ini yang dimaksud dengan hijab syar'i adalah dia tidak ketat, tidak tipis, tidak menyerupai laki-laki, dia tidak memakai wewangian yang menyengat, dia tidak mencolok dan berbeda dari yang lainnya. "Syar'i itu tebal tidak menerawang itu yang disebut dengan syar'i sesuai dengan aturan Allah dan rasulnya."

Kalau sekarang, orang memakai busana syari bangga memakainya, dari anak kecil sampai ke ibu-ibu tua banyak yang memakai kerudung syar'i, tidak hanya di sekolah, kampus, atau pengajian. Kadang dimall-mall, kondangan, pesta.

Oki pun yakin, busana syar'i dan cadar ini tidak akan menjadi tren sementara seperti tren fashion lain, karena syar'i bukan dalam kategori fesyen, namun ajaran agama. "Karenanya, saya yakin di tahun-tahun berikutnya, akan semakin bayak orang-orang yang beragama Islam yang akan menggunakan busana syar'i."

Jika dahulu banyak orang malu berbusana syar'i dan cadar karena identik dengan busana orang kampung, ibu-ibu tua dan teroris, tetapi sekarang justru banyak yang bangga berbusana syar'i.

Hal ini ditandai dengan kemunculan berbagai desainer yang meluncurkan busana syar'i, toko-toko yang menjual busana syar'i dan pembeli yang membeli busana syar'i bahkan cadar.

"Jadi, sedikit melenceng, jika orang-orang mengatakan bisnis busana syar'i tidak menguntungkan, karena sekarang orang-orang berlomba-lomba menggunakan busana syar'i."

Selanjutnya, bisnis nigab laris>>>

Bisnis niqab mulai laris

Karena tren busana syar'i makin diterima masyarakat, mulai banyak para desainer mendesain busana yang sesuai dengan syariat Islam. Tak hanya itu, sebagian desainer bahkan mulai mendesain cadar.

Diana Nurliana, salah satunya. Meski perempuan berniqab atau bercadar masih sering dipandang sebelah mata, namun ia tak gentar.

"Banyak yang cerita kalau mau niqab kayaknya masih susah banget. Banyak paradigma orang, wanita berniqab itu ninja, teroris, ekstrimis, menakutkan. Sementara, aku melihat banyak di daerah atau luar negeri, para niqabis bukan seperti yang mereka bayangkan, ada yang dokter, pengusaha, pengacara, pilot. Jadi, aku pikir kita harus kenalkan nih ke mereka kalau niqabis tak seperti itu."

Wanita yang akrab disapa Ambu ini pun semakin semangat untuk mengajak banyak perempuan berhijrah. Salah satunya, dengan mendesain beragam busana syar'i dan juga niqab.

Diana Nurliana

Sebelum mengeluarkan label niqab Taqiya, Ambu memang dikenal sebagai owner label KARA Indonesia. Pada saat itu, Ambu belum berniqab, KARA Indonesia juga menjual pakaian modest wear. "Saat aku fashion show di beberapa tempat juga aku mulai peralihan ber-niqab. Jadi, orang membandingkan brand aku yang tidak berniqab dengan aku yang berniqab."

Dari situ, akhirnya banyak orang yang melihat dan bertanya-tanya, siapa desainernya. Mengapa berniqab?

"Mereka juga berfikir, jika KARA Indonesia itu ber-niqab, padahal bukan dan sempat ada kontroversi. Jadi, waktu itu aku memakai celana tapi aku tutupin dengan memakai topeng. Tetapi, karena yang keluarnya berniqab, mereka memberikan arahan bahwa berniqab bisa memakai celana."

Akhirnya dari situ, Ambu berpikir harus punya brand pembanding, jadi lahirlah Taqiya.

Diakui Ambu,ia tertarik mendesain busana berniqab karena dia adalah desainer fashion pertama yang muncul dengan niqab. Beruntung, tanggapan orang positif tentangnya setelah brand barunya muncul.

"Mereka tahu, produk yang dikeluarin itu tidak sembarangan. Kalau yang ada di pasaran kan, brand-brand niqab itu kurang memperhatikan kenyamanan, estetika orang berniqab itu asal ditutupin. Padahal, kan tidak seperti itu."

Ia pun meyakini, berniqab adalah bagian dari ibadah, untuk itu, dia tak mau sembarangan meluncurkan niqab. Dia ingin, niqab yang diluncurkannya selalu nyaman dipakai. "Ketika suatu saat merasa tidak nyaman, gimana kita mau enak dilihat. Jadi, misi dakwah aku itu, memperkenalkan jika memakai fashion seperti ini tidak berbeda dengan yang lain."

Diana Nurliana

Meski Taqiya baru diluncurkan tiga bulan belakangan ini di 2018, Ambu punya impian, suatu saat ingin karya niqabnya ditampilkan secara privat di sebuah acara fashion show. “So far sih, aku belum kepikiran. Memang, baru ada sedikit keyakinan bahwa masih banyak cara untuk memperkenalkan brand niqab ini."

Meski baru berjalan tiga bulan, bisnis ini merupakan bisnis menjanjikan, Sebab, banyak kalangan artis yang loyal untuk jadi pelanggannya. "Banyak juga sih, dulu Zaskia Mecca dan Laudya Cintya Bella sebelum mereka punya label itu langganan kita. Umi Pipik, Indadari, seperti itu mungkin ya. Kalau untuk Taqiya, kemarin Ineke Koesherawati juga pesan. Pengacara dan pengusaha juga banyak yang memesan di KARA dan Taqiya."

Meski mulai terkenal Ambu tak mau menjual karyanya dengan harga mahal. Untuk produk Taqiya harga yang ditawarkan mulai Rp75 ribu sampai Rp325 ribu. Kalau untuk KARA Indonesia, paling murah di harga Rp150 ribu dan paling mahal Rp500 ribu.

Jika produk-produk dari KARA Indonesia lebih menampilkan busana dan fashion yang dinamis, untuk produk Taqiya, desainnya lebih berkonsep kepada ketaqwaan yang mencirikan orang soleh dan smart look.

"Karena, aku inginnya menonjolkan apa yang ada di dalam diri dari pada berlebihan dari luar."
 
Diakui pula oleh Ambu, desain yang paling banyak dicari dari karyanya adalah semua yang mencirikan Ambu sebagai desainer.

"Paling banyak dicari adalah signature aku. Sebenarnya, pashmina itu adalah jalan keluar aku, karena tidak bisa memakai cadar yang ikat. Aku merasa look seperti itu bukan aku banget, akhirnya aku utak atik di workshop jadi (cadarnya) terdiri dari Inner. Cadarnya terpisah dan pashmina itu signature aku namanya Safiya."

Dari situ, permintaan orang akan niqab makin banyak. Akhirnya, Ambu mulai mendesain niqab dengan model beragam. "Akhirnya, aku bikin look-nya sama kaya Safiya. Tetapi, dia Instant namanya Fatimah. Akhirnya, aku bikin cover Aisyah yang dibikin lebih panjang."

Tak berhenti sampai di situ, jiwa kreatifnya terus keluar karena banyaknya permintaan, ia pun membuat niqab dengan model Eagle atau mata Elang, Khimar dan Hidden Eye.

Dia pun beruntung, pangsa pasar niqab di Indonesia mulai ramai. Apalagi, sekarang semakin banyak orang berniqab. "Artis-artis juga sudah banyak yang hijrah. Kalau (pangsa pasar) untuk di luar negeri sama seperti KARA Indonesia, masih banyak peminat dari Singapura dan Malaysia. Kalau di luar itu Hong Kong dan Thailand juga banyak."

Meski niqab identik dengan warna gelap, Ambu tak terpaku pada hal itu. Jika umumnya niqab berwarna hitam, Ambu justru mencoba memberikan sentuhan warna untuk niqab karyanya.

"Karena masih ada beberapa orang yang takut untuk memakai niqab berwarna hitam, masih banyak orang yang mendekatkan warna hitam dengan kematian. Jadi, sebenarnya diperbolehkan saja oleh agama pakai warna beda." ujarnya saat ditemui di butiknya District 12 FX Senayan.

Wanita yang tertarik mengenakan niqab di 2014 ini pun mengaku tertarik menciptakan niqab warna-warni. Ia, bahkan mulai tertarik juga untuk menciptakan niqab bermotif. "Aku sempat kepikiran untuk membuat list tipis-tipis. Mungkin kalau tidak mencolok, karena fungsinya niqab itu kan menutupi jadi bisa saja. Asal tidak menyalahi aturan agama.

Di akhir wawancara, Ambu pun berharap, penilaian orang tentang wanita berniqab bisa berubah. Wanita berniqab tidak selalu kaum ekstrimis atau istri teroris, tetapi sama seperti wanita lainnya.

"Aku pengen mengenalkan cadar ini menjadi sunnah yang dipakai istri Rasullullah, bukan sesuatu yang menakutkan. Dengan ini kalian tetap bisa berprestasi, melakukan aktivitas apapun." (asp)

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya