Misi Kontroversi Penasihat Jokowi di Israel
- AJC Global Forum
VIVA – Kehadiran anggota Dewan Pertimbangan Presiden atau Watimpres, KH Yahya Cholil Staquf dalam konferensi Komite Yahudi Amerika atau American Jewish Committee/AJC Global Forum di Yerusalem pada 10 Juni 2018 lalu, menuai kontroversi. Tak cuma banjir kritik, pria yang juga mantan Juru Bicara Presiden Gus Dur ini panen kecaman.
Yahya Staquf diundang sebagai pembicara di acara tahunan komunitas Yahudi Amerika tersebut, dalam kapasitasnya sebagai perwakilan dari Nahdlatul Ulama, salah satu ormas Islam terbesar di Indonesia. Ia berbicara di depan 2.400 orang, dipandu moderator Rabi David Rosen, yang merupakan International Director of Interreligious Affairs AJC Global Forum.
Dilansir NU Online, Gus Yahya, sapaan akrabnya, menjelaskan kehadirannya di Israel, merupakan upaya memperjuangkan kemerdekaan rakyat Palestina.
"Saya berdiri di sini, untuk Palestina. Saya berdiri di sini, atas dasar bahwa kita semua harus menghormati kedaulatan Palestina sebagai negara merdeka," kata Gus Yahya, usai berpidato di AJC Global Forum.
Gus Yahya mengatakan, peran aktif Indonesia dan NU bagi keberlangsungan kehidupan sebuah bangsa di level global. Hal ini, merupakan salah satu usaha untuk meneruskan perjuangan KH Abdurrahman Wahid (Gus Dur) di sejumlah negara untuk mewujudkan perdamaian dunia, termasuk kemerdekaan rakyat Palestina.
Di akhir pernyataan, pria yang juga menjabat Katib Aam Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) ini menyampaikan tentang prinsip 'Rahmah' dalam ajaran Islam, yang diartikan sebagai kasih sayang dan peduli terhadap sesama. Dua sifat ini, menurutnya, menjadi prinsip bagi agama manapun di dunia.
Gus Yahya menegaskan, solusi perdamaian dunia di Timur Tengah, dan di belahan dunia manapun adalah dengan Rahmah atau kasih dan peduli pada sesama manusia.
Â
"Ketika Rahmah ini diimplementasikan di dunia, maka keadilan akan tercipta. Ketika keadilan tercipta, maka perdamaian dunia akan terwujud," ungkapnya.
Di Tanah Air, kunjungan Yahya Staquf ke Israel, banjir kritik dan kecaman. Petinggi PBNU itu dinilai tidak sensitif terhadap penderitaan rakyat Palestina, yang selama ini terus di bawah penindasan zionis Israel.
Wakil Ketua DPR RI, Fadli Zon, salah satu yang mengecam keras kunjungan anggota Wantimpres yang baru dilantik Presiden Joko Widodo ini ke negeri Zionis. Kunjungan itu dinilai, kontraproduktif dengan sikap politik luar negeri Indonesia yang konsisten mendukung Palestina.
"Kunjungan Wantimpres Yahya Staquf ke Israel, selain mencederai reputasi politik luar Indonesia di mata internasional, juga melukai rakyat Palestina," kata Fadli lewat keterangan persnya, Rabu 13 Juni 2018.
Kunjungan ini juga dianggap melanggar konstitusi RI dan UU Nomor 37 Tahun 1999 tentang Hubungan Luar Negeri, di mana sejak tahun 1947, Indonesia konsisten mendukung kemerdekaan Palestina.
Dalam konstitusi juga tertulis bahwa Indonesia menentang segala bentuk penjajahan. Dan, Israel, lanjut Fadli, berdasarkan serangkaian Resolusi yang dikeluarkan PBB, merupakan negara yang telah melakukan banyak pelanggaran kemanusiaan terhadap Palestina.
Selain okupasinya atas tanah Palestina, Fadli juga menyebut catatan statistik otoritas Palestina, sejak tahun 2000 hingga Februari 2017, bahwa sebanyak 2.069 anak Palestina tewas akibat serangan Israel. Di samping itu, ia mengingatkan secara de facto dan de jure, Indonesia juga tidak mengakui keberadaan Israel.
"Sehingga, kunjungan anggota Wantimpres Yahya Staquf ke Israel, selain bertentangan dengan konstitusi, rentan ditafsirkan sebagai simbol pengakuan pejabat negara Indonesia secara de facto atas keberadaan Israel," kata politikus Partai Gerindra ini.
Berikutnya, dikecam Palestina>>>
Dikecam Palestina
Senada, politikus Partai Keadilan Sejahtera (PKS) Abdul Kharis Almasyhari menyayangkan Yahya Staquf yang belum lama dilantik sebagai Wantimpres menggantikan KH Hasyim Muzadi, menjadi pembicaraan bukan karena prestasi, melainkan arogansinya yang datang ke Israel.
Ia mengatakan, kehadiran anggota Watimpres tersebut dengan alasan memenuhi undangan konferensi hubungan Yahudi-Amerika di Yerusalem Palestina, Staquf didaulat menjadi pembicara dalam acara itu.
"Yang jelas, secara langsung atau tidak langsung, telah merusak jalan diplomasi Palestina yang telah ditempuh oleh Indonesia sejak lama," kata Abdul melalui keterangan tertulisnya, Rabu 13 Juni 2018.
Ketua Komisi I DPR RI ini menyebutkan, Indonesia baru mendapat amanah terpilih menjadi salah satu anggota tidak tetap di Dewan Keamanan PBB, dan belum sempat bekerja, tetapi sudah dibuat malu di depan dunia internasional dengan arogansi seorang Staquf yang notabene anggota Wantimpres.
"Semoga ada sikap tegas Presiden Jokowi (Joko Widodo) terhadap Staquf. Jelas sekali, Staquf telah menyakitkan Palestina dan Indonesia, bahkan dunia Islam," kata Abdul.
Sementara itu, Palestina melalui Kementerian Luar Negerinya turut mengecam kunjungan penasihat Presiden Jokowi, Yahya Cholil Staquf, yang juga merupakan petinggi Nahdlatul Ulama ke Israel.
Melalui keterangan resminya, Kemenlu Palestina menyatakan bahwa partisipasi Staquf di acara tersebut, merupakan pukulan bagi negara Palestina dan Yerusalem, yang saat ini wilayah Yerusalem itu sendiri tengah diduduki atau dikuasai oleh tentara Israel.
"Partisipasi delegasi juga bertentangan dengan posisi pemerintah Indonesia dan orang-orang yang ramah di Indonesia, yang selalu menyatakan penolakan mereka terhadap pendudukan dan kebijakannya, menghubungkan setiap perkembangan atau perubahan dalam hubungan dengan mengakhiri pendudukan Israel atas semua orang Palestina dan Wilayah Arab, dan pembentukan Negara Palestina, dengan ibu kotanya Alquds Alsharif (Yerusalem), sesuai dengan Prakarsa Perdamaian Arab dan resolusi yang relevan dari legitimasi Internasional," sebagaimana yang dikutip dari Keterangan Kemenlu Palestina, Rabu 13 Juni 2018.
Meski begitu, Palestina juga menganggap partisipasi Staquf ke Israel tersebut merupakan keputusannya pribadi, sehingga kehadiran Staquf itu ditegaskannya tidak akan memengaruhi hubungan bilateral Palestina-Indonesia, dan posisi Palestina dan rakyatnya yang menghargai dan menghormati Indonesia maupun rakyat yang dianggap ramah.
"Pihak Palestina menganggap peristiwa ini sebagai bagian dari kampanye Israel menyesatkan, yang ditujukan untuk tampil dengan wajah yang beradab dan budaya yang menyerukan perdamaian, konvergensi dan dialog antaragama. Pada saat, Israel telah bertahan selama beberapa dekade dengan pelanggaran dan kejahatan terhadap rakyat Arab Palestina dari Muslim dan Kristen, dan kesuciannya di Yerusalem dan seluruh Palestina," tulis keterangan tersebut.
Karena itu, Palestina menganggap, sepatutnya Staquf mengunjungi Yerusalem di bawah bendera Palestina, dan berkoordinasi dengan pihak Palestina maupun lembaga-lembaga spiritual Islam dan Kristen yang ada di Indonesia, agar tidak bersimpangan dengan posisi Indonesia, yang selalu mendukung pembebasan tanah Palestina, khususnya Yerusalem dari pendudukan Israel.
"Bukannya mengizinkan Israel, untuk meneruskan proyek normalisasi di bawah subjek agama dan budaya, dan menerima untuk menjadi alat normalisasi oleh pendudukan Israel atas keagungan Islam dan Kristen (di Yerusalem)," tegasnya.
Selanjutnya, sikap pribadi>>>
Sikap pribadi
Nahdlatul Ulama sebagai basis organisasi Yahya Staquf angkat bicara terkait kehadiran anggotanya itu di forum Yahudi Amerika di Israel. Ketua Umum PBNU, KH Saiq Aqil Siroj menyatakan, kehadiran Yahya adalah atas inisiatif pribadi, meski dia juga menjabat Katib Aam (Sekretaris Jenderal) Suriyah organisasi itu. Maka, kehadiran Yahya tak ada sangkut-pautnya juga dengan NU.
"Menyikapi kehadiran KH Yahya Cholil Staquf ke seminar yang diadakan oleh Yahudi Amerika di Yerusalem, atau di Israel, kami NU menyatakan bahwa kehadiran KH Staquf atas nama pribadi, sama sekali tidak ada sangkut-pautnya dengan PBNU (Pengurus Besar Nahdlatul Ulama)," kata Ketua Umum NU, Said Aqil Siroj, melalui siaran pers yang diterima VIVA pada Selasa 12 Juli 2018.
NU, kata Said, tegas mendukung kemerdekaan Palestina. Sebab, Palestina kini menjadi bangsa yang terzalimi dan sudah semestinya mendapatkan dukungan dan bantuan untuk memperoleh kemerdekaan. "Adapun sikap NU dari dulu, sekarang, dan seterusnya akan selalu berpihak pada Palestina, berpihak pada kebenaran," ujarnya.
Said mengingatkan, pentingnya Indonesia sebagai bangsa yang mendukung kemerdekaan Palestina, untuk menyuarakan kepada dunia bahwa Palestina patut mendapatkan kemerdekaan. NU selalu bersama dengan Palestina.
Ketua PBNU bidang hukum, Robikin Emhas menambahkan, tidak ada kerja sama antara NU dan Israel. Pernyataan ini disampaikan Robikin, terkait viral di media sosial terkait tersebarnya undangan dari suatu kampus di Israel untuk PBNU.
"Tidak ada kerja sama NU dengan Israel. Sekali lagi ditegaskan, tidak ada jalinan kerja sama program maupun kelembagaan antara NU dengan Israel," kata Robikin dalam keterangan pers yang diterima VIVA, Sabtu 9 Juni 2019.
Selain itu, Robikin menyampaikan bahwa kehadiran Yahya Staquf adalah selaku pribadi, bukan dalam kapasitas sebagai Katib Aam PBNU, apalagi mewakili NU. Meski begitu, Robikin menyakini bahwa Yahya akan menegaskan kepada Israel bahwa Palestina adalah negara merdeka. "Bukan sebaliknya," katanya
Terpisah, Presiden Jokowi juga menegaskan bahwa kunjungan salah satu anggota Wantimpresnya ke Israel, karena urusan pribadi. Sebab, selain menjadi pembicaran di AJC Global Forum, Yahya sempat menjadi pembicara yang menyampaikan materi 'Shifting the Geopolitical Calculus: From Conflict to Cooperation' di Universitas Tel Aviv.
"Itu adalah urusan pribadi. Beliau kan, sudah menyampaikan itu urusan pribadi. Pak Kiai Haji Yahya Staquf (mengunjungi Israel), karena dia diundang berbicara di Israel," ujar Jokowi di Istana Bogor, Selasa 12 Juni 2018.
Jokowi memastikan akan memanggil Yahya, setelah ia kembali ke Tanah Air. Menurut Jokowi, Indonesia tetap pada sikapnya mendukung kemerdekaan Palestina, meski salah satu warganya sempat berkunjung dan berpidato di forum Yahudi Israel. "Beliau juga belum pulang, (akan) saya panggil. Intinya, juga memberikan dukungan kepada Palestina," ujar Jokowi.
Berikutnya, friksi di Gerindra>>>
Friksi di Gerindra
Di luar itu, siapa sangka, kritik yang dilontarkan Wakil Ketua DPR yang juga politikus Partai Gerindra, Fadli Zon di akun Twitter terkait kunjungan Katib Aam Suriyah PBNU KH Yahya Cholil Staquf ke Israel berujung friksi di internal Partai Gerindra.
Wakil Sekjen Partai Gerindra yang juga kader NU dan Banser, Mohammad Nuruzzaman menyatakan perang dan akan menggembosi partai politik yang pernah dibelanya itu. Pernyataan perang itu dibuktikan oleh Nuruzzaman, dengan seruan kepada kader NU dan Banser ,agar tidak memilih Partai Gerindra dan kader-kadernya di Pilkada, Pemilu, dan Pemilihan Presiden.
Bekas calon anggota legislatif dari Partai Gerindra tahun 2014 ini tersinggung, karena Fadli Zon menuliskan kalimat yang dinilai telah merendahkan Yahya Cholil dalam kunjungan pribadinya ke Israel.
Buntutnya, pria yang pernah menjadi juru kampanye nasional Partai Gerindra 2014 ini, memutuskan mundur dari jabatannya wakil sekretaris jenderal Partai Gerindra. Bagi Nuruzzaman, pernyataan Fadli Zon telah menghina seorang kiai, yang bagi warga NU sangat dihormati.
"Pertimbangannya, saya ini kan kader NU, seharusnya Pak Fadli Zon itu tabayyun (klarifikasi) dulu. Kemudian, bisa konfirmasilah. Dia pasti tahu saya, (mestinya bertanya dulu) apa benar atau tidak. Tanpa tabayyun, kemudian berkomentar agak sinis, itu menurut saya kurang baik," kata Nuruzzaman, saat dihubungi VIVA pada Selasa malam, 12 Juni 2018.
Dia mengklaim, bukan hanya dirinya yang tersinggung atas komentar Fadli Zon, melainkan juga banyak warga NU se-Indonesia. "Artinya, banyak sekali warga NU yang tersinggung. Nah, kalau partai politik cara bersikapnya seperti itu, kan kurang baik. Nanti, para pemilihnya kabur semua, gimana?" ujarnya.
Ditambah lagi, belakangan ini Ia sudah mulai tak sejalan lagi dengan Partai Gerindra. Partai itu, menurutnya, telah menjadi corong kebencian yang menyuarakan kepentingan politis saja.
Fadli Zon ketika dikonfirmasi terkait mundurnya Nuruzzaman dari Partai Gerindra, dan siap menggembosi di Pemilu 2019, dia tak ambil pusing. Ia menjawab santai, kalau Nuruzzaman di Partai Gerindra tak pernah aktif.
"Dia bukan wakil sekjen, enggak pernah aktif, dan memang mau pindah partai," kata Fadli dalam pesan singkatnya kepada VIVA, Rabu 13 Juni 2018.
Fadli mengingatkan lagi bahwa sikap Yahya Staquf yang mengunjungi Israel tak bisa dibenarkan. Ia menekankan, kunjungan Staquf merusak reputasi politik Indonesia di mata internasional. Meskipun Staquf berdalih atas pribadi dalam kunjungan tersebut.
"Pembelaan Staquf yang mengklaim kunjungannya dalam kapasitas pribadi, jelas tak dapat diterima," ujar Fadlii.
Dia menegaskan, Yahya Staquf merupakan penasihat presiden yang menjabat sebagai anggota Dewan Pertimbangan Presiden. Posisinya setingkat menteri, yang berarti juga pejabat negara. Sehingga, jabatan dan personalnya selalu melekat, tak bisa dipisahkan dari kegiatannya sehari-hari. (asp)