Potret Buram Kelalaian Orangtua
- Pixabay/Publicdoaminpictures
VIVA – Meninggalkan anak yang sedang tertidur pulas di dalam mobil, mungkin menjadi pilihan praktis, saat Anda harus buru-buru masuk supermarket dan membeli beberapa keperluan.
Niatnya hanya sebentar meninggalkan anak, namun tahukah Anda bahwa hal itu sangat berbahaya, bahkan bisa memicu kematian.
Seperti yang dialami dua balita malang asal Purwakarta yang tewas meregang nyawa, karena terkunci di dalam mobil orangtuanya pada Selasa 22 Mei 2018.
Kejadian nahas tersebut terjadi di Kampung Wanasari, Kelurahan Ciseureuh, Kabupaten Purwakarta, Jawa Barat.
Dua balita bernama Intan Nuraini (2,5), anak dari Solihin dan M. Jibal Alif (4), anak Herdiana, ditemukan tewas di dalam mobil Suzuki Karimun milik Herdiana, yang di parkir dalam keadaan cuaca panas, tidak jauh dari rumahnya.
Berdasarkan olah tempat kejadian perkara (TKP), diduga sejak tengah hari kedua bocah tersebut luput dari pengawasan orangtua. Intan dan Jibal masuk ke dalam mobil orangtuanya dan terkunci. Diperkirakan, kedua bocah tersebut terjebak selama kurang lebih dua jam.
Orangtua kedua bocah tersebut sempat mencari anaknya ke sekeliling komplek, namun akhirnya ditemukan di dalam mobil dalam kondisi telah terbujur kaku, duduk berjejeran di kursi depan sebelah kiri.
Sambil berlinang air mata, Solihin ayah dari Intan, mengaku anaknya memang sering bermain bersama Jibal Alif, anak dari Herdiana.
"Pas pintunya dibuka, anak saya sudah ada di dalam, sudah kaku. Sebelumnya, sudah saya cariin, tetapi enggak ada, tahunya ada di dalam mobil," ujarnya dalam wawancara tvOne, Rabu 23 Mei 2018. Solihin pun mengaku pasrah atas kepergian anaknya.
IPTU Budi Suheri Kanit IV Polres Purwakarta menyebut bahwa menurut saksi mata, diperkirakan pukul 12.30 WIB, Intan dan Jabal terlihat masuk ke dalam mobil tersebut. Sementara itu, Herdiana dan istrinya sedang berada di dalam rumah.
"Suaminya sedang tidur, sedangkan ibunya sedang sibuk mengurus dua bayi kembarnya yang baru lahir, sehingga si balita tidak terkontrol."
Kemudian, sekitar pukul 14.00 WIB, setelah dicari ke berbagai tempat, akhirnya kedua balita tersebut ditemukan telah tewas. Hingga berita ini ditulis, kasusnya masih dalam proses penyelidikan.
Berikutnya, mobil bukan tempat aman>>>
Mobil bukan tempat yang aman
Mengasuh dan menjaga balita di rumah bukanlah perkara mudah. Banyak kasus kecelakaan terjadi dalam rumah sebagian besar dialami anak, salah satunya karena lalai meninggalkan buah hati di dalam mobil.
Menurut National Highway Safety Traffic Administration, sebanyak 605 anak-anak di Amerika Serikat meninggal dalam mobil 'panas' dari tahun 1998 sampai 2013. Dan, angka ini terus bertambah dengan kejadian yang serupa di beberapa negara.
Auriemma, seorang aktivis di Kidsandcars.org. berujar bahwa mobil dapat menimbulkan banyak bahaya.
"Beberapa negara, bahkan sudah memberlakukan undang-undang yang memungkinkan seseorang untuk memecahkan jendela, jika mereka melihat anak yang mereka yakini berada dalam bahaya tanpa menghadapi implikasi hukum," ujar Auriemma.
Dilansir laman The Sun, Dr. Raj Kumar Maharajah, Vice-President dari The Medical Practitioners Coalition Association menegaskan soal dampak mengerikan yang dialami anak-anak ketika terjebak di dalam mobil.
1. Sengatan panas
Saat seorang anak berada di kendaraan selama cuaca panas, ia bisa terkena sengatan panas atau kehilangan kontrol suhu tubuh atau rasa lelah yang hebat.
Sengatan panas atau heat stroke adalah bentuk paling parah dari luka panas dan keadaan darurat medis. Jika tidak diobati, bisa menyebabkan kerusakan organ yang bisa menyebabkan kematian.
Bahkan, dengan jendela terbuka sebagian, suhu di dalam mobil yang terparkir bisa meningkat dengan cepat dalam hitungan menit.
Anak yang berada di dalam mobil sendiri selama beberapa menit, akan mengalami gejala kulit kering, kemerahan dan panas, kelelahan, sakit kepala atau pusing, denyut nadi cepat dan kuat, halusinasi bahkan hingga tidak sadarkan diri.
2. Kehabisan oksigen
Dilansir Gulfnews, keracunan dalam mobil tak hanya terjadi pada mobil dalam kondisi menyala. Keracunan juga dapat terjadi pada saat mobil dalam keadaan mati dan tertutup rapat.
Penumpang yang terkunci dalam keadaan mesin mobil mati dan pintu mobil tertutup rapat, maka kadar Oksigen (O2) di kabin bisa habis dan berganti CO2 hasil buang pernapasan, sehingga penumpang akan saling menghirup karbon dioksida (CO2) hasil pernapasan penumpang lain di dalam mobil.
Tak bisa diperkirakan butuh berapa lama sampai oksigen tidak sehat untuk dihirup, namun menipisnya oksigen tergantung jumlah dan aktivitas penumpang serta kondisi lingkungan. Tanpa disadari, keracunan juga bisa terjadi saat penumpang tertidur.
Jika kehabisan oksigen, Anda akan mengalami Hypoxemia. Hypoxemia adalah kondisi di mana darah hanya mampu membawa oksigen di bawah kondisi normal. Menurut situs Livestrong, efek Hypoxemia rentan menjalar ke otak, hingga berujung kematian.
Selanjutnya, orangtua bisa kena pidana>>>
Orangtua bisa kena pidana
Banyak kasus kecelakaan terjadi dalam rumah sebagian besar dialami anak. Kasus-kasus cedera ringan sampai cedera berat, bahkan yang berujung kematian bagaikan fenomena gunung es. Sebagian besar terlaporkan, sebagian lainnya menghilang dan menguap begitu saja tanpa adanya kejelasan penyelesaian.
Namun, kecelakaan anak di rumah bisa saja terjadi pada siapapun, namun umumnya muaranya adalah faktor kelalaian. Banyak orangtua tidak sadar kelalaian yang mengakibatkan kematian ini dapat membawa seseorang diseret ke ranah hukum. Namun, budaya pemakluman masih sangat kental di Indonesia. Hingga kasus-kasus seperti ini sering diselesaikan secara kekeluargaan saja.
Padahal di Amerika, orangtua yang karena kelalaiannya menyebabkan anak-anak cedera, cacat, atau bahkan meninggal dunia karena kecelakaan di dalam rumah, akan dituntut District Attorney atau jaksa penuntut umum. Tentu saja, dengan pasal kelalaian orangtua yang menyebabkan anaknya cedera atau meninggal dunia.
Komisioner Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) Retno Listyarti juga berpendapat sama. Menurutnya, meskipun bisa dianggap sebagai suatu tindakan pidana. Namun, kelalaian orangtua yang berujung kematian anak ini seringkali tidak diberlakukan.
"Sebetulnya, mereka tidak bermaksud membunuh. Namun, di Indonesia ini kecenderungannya dia enggak sengaja, dia sudah kehilangan anaknya, masa sih harus dihukum," ujarnya, saat dihubungi VIVA, Rabu 23 Mei 2018.
Ia menambahkan bahwa kasus kelalaian orangtua yang berakibat kematian anak bukanlah pertama kali, namun hingga kini belum ada tuntutan yang berakhir di meja hijau.
"Kasusnya bukan yang pertama, namun tidak pernah orangtua dituntut secara hukum selama ini. Padahal, jika bisa dibuktikan dari kepolisian kalau yang bersangkutan bersalah, bisa saja dituntut," ujarnya.
Andaikata masuk ranah hukum, ia berujar nantinya akan dikaitkan dengan pasal kelalaian yang mengakibatkan seorang anak meninggal.
"Ada dalam Undang-undang perlindungan anak nomor 35 tahun 2014. Kalau terbukti mengandung unsur-unsur yang disebutkan dalam pasal itu, bisa saja dipidana."
Peringatan bagi orangtua, antisipasi agar tidak terjadi hal yang tidak diinginkan.
Peristiwa tewasnya dua balita di Purwakarta tersebut, sudah selayaknya menjadi peringatan keras bagi orangtua, agar kisah pilu Jibal dan Intan dapat dicegah dan tidak terulang lagi. Termasuk, hindari meninggalkan anak-anak di dalam mobil.
Sebagai kewaspadaan orangtua, berikut ini yang perlu diketahui tentang anak terkurung di dalam mobil:
1. Jangan pernah tinggalkan anak di dalam mobil, meski sebentar dan menyalakan AC
Dengan dalih tak ingin repot saat berhenti sebentar untuk mengisi bahan bakar atau belanja, orangtua meninggalkan anak di dalam mobil. Mungkin ia berpikir ini tidak masalah. Tetapi, taruhannya terlalu tinggi, yaitu keselamatan anak.
"Tidak ada gunanya meninggalkan anak-anak atau hewan peliharaan di dalam mobil, bahkan meski dengan jendela turun," kata Christopher McStay, MD, seorang dokter ruang gawat darurat dan asisten profesor pengobatan darurat di New York University Langone Medical Center. "Ini adalah mutlak dilarang."
2. Kemampuan tubuh anak berbeda dengan orang dewasa
"Tidak ada jumlah waktu yang aman untuk meninggalkan anak-anak sendirian di dalam mobil," kata Nathan Allen, MD, seorang dokter pengobatan darurat di University of Chicago.
"Anak-anak lebih rentan dan berisiko lebih tinggi untuk terkena penyakit dan cedera yang berkaitan dengan panas daripada orang dewasa. Karena, tubuh anak membuat lebih panas dibandingkan dengan ukuran fisik mereka. Kemampuan mendinginkan tubuh melalui keringat juga tidak berkembang seperti orang dewasa," kata Nathan.
3. Sengatan panas mendadak yang tidak disadari
Jika suhu udara panas, di dalam mobil bisa lebih lagi, yaitu bisa meningkat 30 hingga 40 derajat dalam satu jam. 70 persen peningkatan suhu ini terjadi pada 30 menit pertama! Bayangkan dengan cuaca panas seperti di Indonesia.
Tubuh yang terpapar temperatur panas itu, dapat mengalami heat stroke, yang menguasai suhu otak, menyebabkan gejala seperti pusing, disorientasi, agitasi, kebingungan, kelesuan, kejang, kehilangan kesadaran, dan kematian.
4. Jika melihat ada anak sendirian di dalam mobil panas, tolong selamatkan. Keluarkan mereka secepat mungkin atau panggil bantuan.
5. Hindari kelalaian
Beberapa orangtua atau pengasuh mungkin memiliki sistem ingatan yang buruk, mereka lupa jika telah meninggalkan anak di dalam mobil. Pastikan ini tidak terjadi pada Anda.
Di Port Dickson Malaysia, pernah terjadi kasus serupa, wanita lupa meninggalkan anaknya di dalam mobil selama empat jam. Ketika ia ingat dan menghampiri sang anak, sayangnya ia pingsan hingga kemudian meninggal. Dokter memastikan bahwa anak tersebut terkena sengatan panas yang ekstrem.
6. Cegah mereka main ke dalam mobil
Upayakan untuk selalu mengunci pintu dan bagasi, jika mobil sedang diparkir. Jauhkan kunci dari jangkauan anak-anak. (asp)