Merawat Tradisi dengan Wisata Ziarah

Wisata ziarah di Makam Pangeran Jayakarta, Jatinegara Kaum, Jakarta Timur
Sumber :
  • VIVA/Daurina Lestari

VIVA – Di bulan Ramadan, destinasi-destinasi wisata religi, seperti makam para raja dan Sunan Wali Songo, ramai dikunjungi para peziarah. Banyak umat Muslim mengunjungi makam sembilan Wali Songo, para penyebar agama Islam di Tanah Jawa, untuk berdoa dan tahlilan. 

Melihat Sejarah Islam dan Arab Saudi di Tayebat Museum, Cuma 1 Jam dari Makkah

Para peziarah mengunjungi tempat-tempat sakral yang terkait dengan agama dan kepercayaan tertentu dengan motivasi untuk meningkatkan nilai-nilai spiritual, dan juga untuk mendapatkan pengalaman budaya dan tradisi religi setempat. Biasanya para peziarah mengunjungi tempat-tempat tersebut karena memiliki kedekatan dari sisi historis atau leluhur. 

Namun, kini destinasi wisata ziarah juga menjadi objek wisata sejarah dan budaya, dan memiliki potensi besar bagi industri pariwisata nasional. Makam-makam Wali Songo tidak hanya didatangi oleh para peziarah dari dalam negeri, tetapi juga mancanegara. 

Aceh Ramadhan Festival Tawarkan Perjalanan Spritual Tradisi Budaya Aceh

Data Kementerian Pariwisata mencatat 12,2 juta kunjungan wisatawan ziarah  dari Indonesia dan sekitar 3.000 kunjungan wisatawan mancanegara ke sembilan makam Sunan dalam satu tahun. Diperkirakan perputaran uang di destinasi wisata ziarah Wali Songo tersebut mencapai Rp 3,6 triliun di tahun 2014 saja. 

Pada 2014, Makam Sunan Ampel di Surabaya yang paling banyak dikunjungi peziarah yaitu sekitar 1,9 juta kunjungan. Makam Sunan Kalijaga di Demak berada di peringkat kedua dengan jumlah sekitar 1,6 juta kunjungan.

Insan PNM Berprestasi Dapat Apresiasi Pergi Wisata Religi Ke Yerusalem

Calon gubernur Jawa Timur, Khofifah Indar Parawansa, saat ziarah di Makam Sunan Ampel Surabaya, Jawa Timur, pada Selasa, 10 April 2018.

Menteri Pariwisata Arief Yahya mengungkapkan pemeluk agama Islam di Indonesia sendiri diperkirakan mencapai lebih dari 87 persen menjadi potensi penting dalam konteks pengembangan pariwisata berbasis religi. Ragam daya tarik pariwisata berbasis religi yang terkait dengan Ramadan antara lain, berupa ziarah kubur, kunjungan ke masjid, festival atau kegiatan religi, dan bahkan tradisi budaya yang popular seperti ngabuburit. 

"Fenomena ini pada satu sisi merupakan bagian dari peningkatan keimanan, serta di sisi lain bisa menjadi identitas budaya yang unik dan otentik yang ada pada tempat-tempat tertentu. Antusiasme masyarakat setempat juga bisa dimaknai sebagai bagian dari kesadaran untuk melestarikan nilai tradisi budaya dan religi setempat," katanya kepada VIVA saat dihubungi beberapa waktu lalu.

Kenaikan kunjungan ziarah justru terjadi saat menjelang Ramadan tepatnya di bulan Syakban atau satu bulan sebelum Ramadan. Banyaknya para penziarah ke makam-makam dan penziarah sebagian besar adalah wisatawan lokal. 

Namun, destinasi wisata Wali Songo juga menarik perhatian wisatawan mancanegara. Arief menjelaskan, secara umum wisatawan mancanegara yang berkunjung ke destinasi wisata ziarah Wali Songo terbagi menjadi tiga kategori. 

Yaitu, wisatawan yang berbasis pada kelompok pengajian atau pengikut tarekat, wisatawan yang mempunyai minat terhadap budaya dan sejarah, dan wisatawan yang mempunyai minat terhadap pengetahuan tertentu atau peneliti.

Ia melanjutkan, wisatawan yang berbasis pada kelompok pengajian atau pengikut tarekat tercatat yang paling banyak dan didominasi dari Malaysia, serta selebihnya dari Singapura, Brunei Darussalam,Tiongkok, Yaman, Turki dan India. Kelompok wisatawan pertama ini cenderung harus mengunjungi makam, sedang kelompok kedua dan ketiga lebih cenderung tertarik pada daya tarik warisan budaya di kompleks makam dan sekitarnya.

Makam Pangeran Jayakarta

Makam Pangeran Jayakarta, Jatinegara Kaum, Jakarta Timur

Makam Pangeran Jayakarta di Jatinegara kaum, Jakarta Timur, menjadi salah satu makam yang paling ramai dikunjungi oleh umat Muslim yang ingin berziarah, termasuk wisatawan dari Malaysia dan Brunei Darussalam. Makam pendiri Jakarta ini bahkan didatangi oleh ratusan jemaah dari berbagai majelis taklim dari berbagai daerah di Jawa Barat.  

Penjaga Makam Pangeran Jayakarta, Erwin Yusuf, mengungkapkan belum lama ini pada 3 Mei 2018 lalu ada sekitar 150 bus dari majelis taklim Bogor, Cianjur, Sukabumi, Garut dan Bandung. Mereka datang untuk berziarah mengunjungi makam para Wali Songo di daerah Jawa Barat lalu ke Jakarta.     

"Banyak yang datang dari luar daerah untuk berziarah, baca yasin, talilan. Paling ramainya hari Jumat," katanya kepada VIVA. 

Kompleks Makam Pangeran Jayakarta dibangun pada tahun 1620 Masehi. Kompleks makam ini memiliki lima makam utama, diantaranya kuburan Pangeran Jayakarta atau Achmad Djaketra, dan Putera Pangeran Jayakarta. Serta, puluhan kuburan anggota keluarga keturunan Pangeran Jayakarta. 

Kompleks makam keluarga Pangeran Jayakarta ini telah ditetapkan sebagai cagar budaya Pemerintah Provinsi DKI Jakarta sejak 1999. Makam ini juga menjadi wisata budaya dan sejarah berdirinya kota Jakarta. 

Angga Saputra (38) menjadi salah satu peziarah yang rutin berziarah ke makam Pangeran Jayakarta. Dia mengaku sering datang ke sana dua bulan sekali setiap Selasa dan Jumat. 

"Saya suka ziarah, sering dulunya, sekarang dua bulan sekali. Biasanya zikir shalat dan doa. Baca yasin, tahlilan," katanya. 

Sementara Siti Sukanti (64) rutin berkunjung ke makam Pangeran Jayakarta setiap Ramadan untuk berziarah mengunjungi para almarhum keluarga dan leluhurnya, yang merupakan keturunan Pangeran Jayakarta. "Satu keluarga ke sini setiap Ramadan, setiap tahun untuk melihat kuburan keluarga. Kakek, ayah, dan semua keluarga saya dimakam di sini," ucapnya. 

Makam Sunan Ampel di Surabaya

Gerbang masjid ke makam Sunan Ampel

Makam Sunan Ampel di Surabaya dibangun pada 1478 ketika Sunan Ampel meninggal. Jutaan peziarah, wisatawan nusantara dan mancanegara datang ke makam ini setiap tahunnya.  

Makamnya ini ramai dikunjungi oleh para peziarah utamanya ketika menjelang bulan Ramadan bahkan di malam ganjil sekitar 10 hari terakhir di bulan Ramadan. Kawasan ini telah ditetapkan sebagai wisata religi oleh Pemerintah Kota Surabaya di 1972. 

Makam Sunan Kalijaga di Demak

Sunan Kalijaga merupakan salah satu sembilan wali penyebar agama Islam di Tanah Jawa. Makam yang terletak di Desa Kadilangu, Kabupaten Demak, Jawa Tengah ini banyak didatangi oleh peziarah untuk mendapatkan berkah. 

Sunan Kalijaga  terkenal "Mandi Pangucape" (ucapannya manjur), konon apapun yang keluar dari mulut Sunan Kalijaga bisa terwujud. Banyak yang percaya datang ke makam dan berdoa di sana akan dimudahkan rezekinya, dinaikkan jabatannya, dipermudah jodoh, dan cepat mendapatkan apa yang diinginkan. 

Masjid Agung Demak

Masjid Agung Demak

Terletak di desa Kauman, Demak, Jawa Tengah. Masjid ini diyakini menjadi tempat berkumpulnya Wali Songo untuk membahas penyebaran Islam di Indonesia. Masjid Agung Demak didirikan oleh Raden Patah yang merupakan raja pertama Kesultanan Demak, pada sekitar abad ke-15 Masehi. 

Di sekitar area masjid, terdapat beberapa makam raja Kesultanan Demak dan para abdi kesultanan, yang menjadi tujuan para peziarah. Selain itu, terdapat museum yang berisi sejarah dan riwayat berdirinya Masjid Agung Demak.

Makam Sunan Gunung Jati di Cirebon

Makam Sunan Gunung Jati di Cirebon

Sunan Gunung Jati juga menyimpan kekeramatan dan kemistisan tersendiri, terutama di sekitar makam beliau. Ketika hari-hari besar keagamaan Islam, seperti Jumat kliwon, malam 1 Suro, atau Maulid Nabi, maka Makam Sunan Gunung Jati beserta daerah sekitarnya, menjadi sangat ramai dikunjungi oleh para peziarah yang datang untuk berdoa dan memohon perlindungan dari Sang Pencipta.

Kompleks pemakaman memiliki gaya arsitektur yang unik, yaitu kombinasi gaya arsitektur Jawa, Arab, dan Cina. Selain terkenal dengan arsitektur bangunannya yang unik, objek wisata ziarah makam Sunan Gunung Jati ini juga terkenal dengan berbagai macam ritualnya, yaitu ritual Grebeg Syawal, Grebeg Rayagung, dan pencucian jimat. (ren)

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya