Tren Rumah Ramah Lingkungan di Lahan Sempit
- Pixabay
VIVA – Teras beralaskan kayu bekas bantalan rel kereta api itu terkesan memberi sentuhan vintage. Namun terasa nyaman dan alami.
Saat melangkah lebih jauh ke dalam rumah, tembok dengan material batu bata dan furnitur anyaman dari eceng gondok terlihat mengisi ruang tamu yang mungil.
Lorong dari ruang tamu, langsung membawa saya ke area dapur yang digabungkan dengan area ruang makan, berupa mini bar yang terbuka alias tanpa sekat. Area makan letaknya berseberangan dengan ruang kerja. Area makan dan dapur juga menyatu dengan ruang keluarga yang kental akan nuansa hangat.
Lagi-lagi, material kayu yang digunakan langsung tertangkap mata. Mulai dari pintu samping, stool bar, meja bar multifungsi yang juga bisa digunakan sebagai kitchen island, kitchen cabinet hingga lantai area outdoor di bagian samping, yang hanya dibatasi dengan pintu geser kaca dengan kusen kayu berukuran besar. Hunian itu begitu nyaman, karena pintu kaca memudahkan udara keluar masuk rumah dengan mudah. Tak perlu lampu saat siang hari, karena sinar matahari dengan bebas masuk ke dalam rumah.
Lantai deck di area outdoor juga terlihat begitu asri, menggunakan kayu besi alias kayu ulin, yang semakin terkena air maka ia semakin kuat. Kayu jenis ini biasa digunakan di bangunan pinggir pantai. Teksturnya keras sehingga tidak bisa digergaji menggunakan gergaji biasa.
Warna-warna alami seperti coklat, abu-abu dan hijau terlihat dominan pada interior di lantai bawah. Namun, penggunaan tegel mozaik warna-warni di lantai dan dinding dapur menambah aspek dekorasi yang cantik.
Rumah ini merupakan hunian pasangan suami istri Yoseph Dimas Suryasaputra dan Christina Pipiet Noor di kawasan Pondok Bambu, Jakarta Timur.
Pasangan ini memilih arsitek di balik renovasi rumah fashion blogger, Diana Rikasari, untuk mendesain hunian dua lantai yang berdiri di atas tanah seluas sekitar 120 meter persegi tersebut.
Meski interior rumah kental akan nuansa modern natural, namun bagian fasad (eksterior rumah) mengusung gaya country house, yang didominasi dengan cat pagar dan tembok berwarna putih. Namun, daun-daun jendela berwarna pine green dan tembok lantai bawah berwarna coklat muda tetap memberikan kesan natural yang homey.
Pipiet mengatakan, sejak awal mendesain rumah, ia dan suami memang menginginkan ruangan yang minim sekat, terutama di area bawah.
"Jadi karena kita sadar luas tanah kita enggak terlalu besar, hanya 120 meter persegi, jadi kita ingin terlihat maksimal, lapang. Salah satu caranya adalah meminimalisir sekat," ucap ibu rumah tangga yang beberapa tahun belakangan sibuk menggeluti bisnis fesyennya, Nona Rara Batik.
Rumah tanpa sekat dengan menyisakan sedikit lahan sebagai ruang penghijauan memang belakangan tengah menjadi tren. Namun, butuh perencanaan matang untuk mewujudkan.
Saat ini, konsep desain hunian memang lebih fokus pada keseimbangan hunian dengan alam. Tentu, dengan tetap mengedepankan aspek estetika, desain hunian juga lebih memprioritaskan aspek ramah terhadap lingkungan.
Ramah Lingkungan
Di tengah padatnya jumlah penduduk dan padatnya pemukiman, mewujudkan hunian ramah lingkungan jadi fenomena. Ini jadi tantangan yang cukup berat dalam menciptakan konsep hunian yang nyaman bagi masyarakat.
Rumah yang proses pembangunannya tetap memperhatikan lingkungan di sekitarnya, bukan hal yang mudah untuk diwujudkan. Seperti ketika membangun rumah tidak seluruh lahan dihabiskan untuk membangun bangunan, namun sebagian disisihkan untuk lahan penghijauan. Serta membuat pengaturan pembuangan limbah menjadi lebih baik sehingga tidak mencemari lingkungan rumah tersebut dan lingkungan keluarga.
Â
"Kelebihan lahan penghijauan, akan meningkatkan kualitas penyerapan air. Lalu membuat oksigen menjadi lebih bagus," ujar Arsitek Audite Matin saat berbincang dengan VIVA.
Syarat sebuah rumah dapat disebut sebagai rumah ramah lingkungan dijelaskan Audite yang utama adalah memperhatikan lingkungan sekitarnya. Seperti, bagaimana limbah rumah tersebut diolah sebelum dibuang. Baik berbentuk air hingga sampah.
Rumah ramah lingkungan yang utama selain harus memiliki lahan penghijauan, juga tidak menggunakan banyak listrik seperti penggunaan produk smart home yang dapat menghemat energi, hingga mengatur desain dengan pembukaan-pembukaan seperti ventilasi jendela dan udara, sehingga udara dan matahari akan lebih mudah masuk ke dalam ruangan dan menghemat penggunaan listrik ketika tidak diperlukan.
Namun, lagi-lagi yang jadi pertimbangan, bukan hal yang mudah mewujudkan rumah ramah lingkungan. Apalagi, di tengah padatnya penduduk dan minimnya lahan.
"Nah itu dia yang paling sering menjadi masalah. Karenanya kami selalu mengedukasi, dan memperkenalkan kepada klien kami pentingnya penghijauan," kata Audite lagi.
Misalnya jika memiliki luas tanah 70 meter persegi, tak ada salahnya, sisihkan sedikit lahan sebagai area penghijauan. Untuk mensiasatinya, agar hunian tetap lapang dan terdapat penghijuan, tentu bangunan vertikal atau tingkat menjadi salah satu solusi.
"Karena untuk penghijauan jadi sebisa mungkin bangunannya dibuat naik ke atas."
Walaupun beberapa orang menganggap bangunan yang naik ke atas itu mahal, namun masih banyak cara untuk mensiasatinya.
"Bisa disiasati juga dengan penggunaan material. Strukturnya memang mahal, namun dengan material seperti kayu, biaya yang dikeluarkan akan lebih terjangkau."
Desain dan Budget
Diyakini pula oleh Audite, butuh perencanaan matang untuk mewujudkan hunian ramah lingkungan. Mulai dari anggaran hingga desain harus diperhitungkan.
"Untuk bugdet agak susah karena setiap orang memiliki seleranya masing-masing. Sehingga kita harus memperkirakan dan menyesuaikan dengan budget dari klien terlebih dahulu."
Namun untuk desain, rumah ramah lingkungan bisa mengikuti gaya apapun. Yang terpenting adalah pembukaan-pembukaan seperti jendela yang besar agar mempermudah udara dan sinar matahari masuk ke dalam setiap sudut ruangan. "Sehingga minim akan penggunaan energi," katanya.
Bagaimanapun desainnya, yang utama yang harus dipikirkan juga lingkungan yang sehat. Jadi sebelum membeli suatu lahan untuk dijadikan hunian, sebaiknya perhatikan dulu sekitarnya, apakah lingkungan tersbeut sehat atau tidak.
Selain desain rumah yang ramah lingkungan, penggunaan produk ramah lingkungan juga dapat memaksimalkan fungsi dari rumah ramah lingkungan tersebut. Apalagi saat ini, finishing rumah yang menggunakan bahan kimia marak digunakan. Belum lagi, perabot rumah juga menggunakan bahan-bahan tak ramah. Karenanya, ketika memilih perabotan konsumer harus pintar menanyakan mengenai bahan baku, proses pembuatan, dan kinerja dari perabotan itu sendiri.
Habbit dari masyarakat perkotaan yang lebih mengedepankan ego juga sering jadi kendala. "Saat ini orang lebih banyak memiliki ego tinggi, dan individualis sehingga tidak memikirkan sekitarnya. Seperti membangun bangunan tanpa menyisakan lahan hijau, membuat lahan pembuangan limbah tidak memikirkan dampak lingkungan sekitarnya, hingga hal terkecil seperti membuang sampah sembarangan, tidak membagi antara sampah organik dan non organik. Serta pengelolaan sampah tersebut."
Dekorasi
Bukan hanya membangun rumah ramah lingkungan saja yang butuh perencanaan. Mendekorasi rumah yang ramah lingkungan juga butuh perhitungan.
Desain Interior, Elyza memberikan tips, mendekorasi rumah agar lebih ramah lingkungan bisa memanfaatkan potensi alam secara maksimal. Memanfaatkan kembali barang-barang yang tidak terpakai dan memanfaatkan tanaman untuk di dalam dan di luar rumah bisa membantu Anda mewujudkan rumah ramah lingkungan.
Elyza juga mengatakan, dekorasi rumah ramah lingkungan juga tidak boleh mengabaikan masalah keamanan. Apalagi biasanya, rumah-rumah ramah lingkungan banyak bukaan, sehingga perlu keamanan extra bagi penghuninya.
"Kemudian yang perlu diperhatikan juga kebersihan. Biasanya menggunakan bahan-bahan alami butuh treatment extra supaya bersih & aman digunakan."
Begitu juga dengan barang-barang daur ulang sangat perlu diperhatikan sisi kebersihannya. Sebagai contoh dan inspirasi, dekorasi rumah ramah lingkungan biasanya menggunakan bahan dari alam misal, bambu atau rotan yang mudah dibersihkan dan mudah pemeliharaannya.
Selain menggunakan bahan-bahan dari alam, rumah ramah lingkungan biasanya lebih banyak memanfaatkan bahan tak terpakai untuk dibuat menjadi perabitan unik yang bisa diciptakan sendiri. "Misal kardus bekas diolah sedemikian rupa bisa digunakan untuk storage atau tempat mainan anak-anak," lanjut Elyza.
Elyza juga memberikan tips, dekorasi yang cocok untuk dipadukan dengan perabotan ramah lingkungan adalah dekorasi dengan tema tropical (tropis), tema minimalis, tema retro atau vintage.
Untuk mewujudkan dekorasi ini, umumnya, dana yang dibutuhkan tidak terlalu mencekik. Kira-kira hanya butuh Rp500 ribu hingga Rp1 juta. Atau untuk lebih mengirit anggaran, gunakan daya kreativitas Anda untuk membuat sendiri desain atau dekorasi dinding dengan kayu bekas yang memberikan kesan rustic.