Geng Mama-mama Muda, Aduhai Serunya
VIVA – Di sudut sebuah kafe kawasan Cinere, Kota Depok, terlihat sekelompok ibu muda asyik makan sambil mengobrol. Mereka kumpul di meja panjang yang digabungkan. Setelah makan, ibu-ibu yang rata-rata berhijab ini langsung asyik foto-foto dengan berbagai gaya.
Mereka tampak kompak dan seru. Para ibu-ibu muda ini berkumpul dalam kelompok yang bernama Celfit Cibel Family. Menurut salah satu anggotanya, Puti Andam Dewi, awal mula mereka berkumpul karena sama-sama berolahraga di tempat yang sama, dan lokasi rumah yang berdekatan.
"Memang kita rutin ya, olahraga tiap hari. Lokasinya di Cinere, rumah kita berdekatan. Jadi memang ketemu setiap hari saat nge-gym, sama-sama hobi olahraga dan suka makan," kata Puti saat dihubungi VIVA, Kamis 19 April 2018.
Mantan presenter televisi swasta ini tinggal di Cinere. Diakui Puti, mereka selalu bertemu di pusat kebugaran yang terletak di sebuah mal di kawasan Cinere juga. Dari seringnya bertemu, mereka menjadi dekat satu sama lain.
"Kita semua ibu rumah tangga, suka olahraga. Tadinya yang enggak kenal, jadi kenal bahkan jadi kayak sudah keluarga," ujarnya.
Ibu-ibu muda ini sudah memiliki jadwal berkumpul. Bahkan mereka menyusun aturan berbusana alias dress code saat kumpul pada hari-hari tertentu.
"Iya tapi enggak ada arisan ya. Kita kumpul itu kalau ada yang ulang tahun. Biasanya makan, kumpul-kumpul, heboh dress code-nya gitu," ujar Puti.
Banyak hal yang biasanya dibicarakan di geng ibu-ibu muda ini. Namun, tak sampai menyentuh ranah pribadi.
"Biasanya yang ringan-ringan saja. Soal makanan itu paling sering, karena kita-kita hobinya pada makan," katanya sambil tertawa.
Berbeda dengan Achie. Produser di sebuah televisi swasta ini memiliki geng yang diberi nama Batagor97. Kelompok ini terdiri dari empat orang. Mereka kenal karena satu kelas saat di sekolah menengah pertama.
"Awal ketemuan saat reunian SMP. Udah lama enggak ketemu, terus saling simpan nomor telepon dan ajakan ketemuan," katanya. Setelah itu, mereka membentuk grup Whatsapp, dan selanjutnya mengadakan pertemuan rutin.
"Pertemuannya satu bulan sekali. Tak hanya ketemu dengan personelnya, kita kalau ketemuan selalu bawa pasangan dan anak. Jadi ketemuannya lebih ramai dan seru,' ungkap Achie.
Untuk nama sendiri dipilih Batagor97 karena diambil dari sebuah tempat makan di rest area dari Bandung-Jakarta.
"Kita hanya rutin ketemuan, enggak ada arisan atau bakti sosial. Kalau kegiatan sosial, lebih ikut kegiatan yang lebih besar," katanya.
Selain Batagor, Achie juga memiliki kelompok lain yang berama The Dizzies. Kelompok ini terbentuk sejak mereka duduk di bangku kuliah sebuah kampus di Jakarta Selatan.
Meski telah menikah dan berkeluarga, ia masih sering bertemu dengan teman-temannya tersebut.
Tak selalu negatif
Belakangan ini melihat wanita-wanita berkumpul di sebuah kafe atau restoran dalam jumlah yang banyak, memang sudah menjadi pemandangan sehari-hari. Mereka biasanya bergabung dalam suatu kelompok atau geng, karena memiliki pekerjaan yang sama, hobi atau satu sekolah maupun kampus, atau juga karena anak bersekolah di tempat yang sama.
Biasanya mereka terdiri dari para ibu-ibu muda. Maka tak jarang, saat berkumpul mereka mengajak anak maupun suami, jika di hari libur.
Kehadiran geng ibu-ibu muda ini semakin banyak dari waktu ke waktu karena maraknya kelompok artis yang eksis di media sosial dan televisi. Sebut saja Girls Squad yang beranggotakan Nia Ramadhani dan Jessica Iskandar. Mom Sweet Mom, yang memiliki lima anggota, Mona Ratuliu, Meisya Siregar, Ersa Mayori, Nola B3 dan juga Novita Angie.
Belum lagi geng lainnya seperti Ashanty yang bergabung dengan Ussy, Olla, Ririn dan Nindy. Geng Luna Maya yang bernama Mentri Ceria bersama Ayu Dewi, Edric Tjandra, Iwet Ramadan dan juga Melanie Ricardo.
Dan belakangan ini ada juga geng Mewah9, yang merupakan singkatan dari Menjalin Ukhuwah. Mereka terdiri dari Shireen Sungkar, Zaskia Adya Mecca, Teuku Wisnu, Sahrul Gunawan, dan Tommy Kurniawan.
Tak semua geng artis itu hanya berisikan hura-hura dan arisan di restoran mewah. Girls Squad sendiri juga memiliki kegiatan bakti sosial dan anak asuh.
Sementara Mewah9 ini memang lebih Islami. Mereka sering bertemu untuk kajian dan mengaji bersama. Tak hanya itu, kelompok ini juga rajin membagikan informasi dan ilmu mengenai hal-hal yang berkaitan dengan dunia Islam.
Begitu juga yang dilakukan kelompok Celfit Cibel Family. Diakui Puti, setiap seminggu sekali mereka menggelar pengajian.
"Jadi kita ngaji bareng karena mayoritas rata-rata berhijab. Biasanya hari Kamis. Kita sudah punya komitmen jadi enggak hanya olahraga saja, duniawi aja tapi juga diseimbangkan dengan mengaji," ujarnya.
Menurut Puti, memiliki kelompok tak selalu negatif. Justru banyak hal positif yang didapatkan setelah sering berkumpul dengan kelompok olahraganya tersebut.
"Daripada kita menghabiskan waktu di sekolah anak ngerumpi dengan ibu-ibu yang lain, mending olahraga. Dari enggak kenal, jadi kenal dan saling berbagi informasi, networking, saling support," ujarnya.
Hal senada juga diungkapkan Achie. Lebih banyak positifnya daripada negatifnya dengan adanya kelompok pertemanan tersebut.
"Jadi suami-suami kita juga saling kenal, nambah teman dan informasi," katanya. "Insya Allah persahabatan kita positif," tambahnya.
Apa kata psikolog?
Tidak dipungkiri, yang namanya geng atau kelompok bukan hanya milik selebriti, musisi atau orang kenamaan lainnya. Namun orang awam juga memiliki perkumpulan sendiri hanya saja tidak terpublikasi karena bukan dari kalangan siapa-siapa.
Bahkan, kelompok ibu-ibu muda ini juga tak mau kalah dari geng selebriti. Mereka membentuk atau memiliki geng dengan nama atau sebutan yang kekinian.
Tak hanya sekadar berkumpul bersama, para ibu ini juga terlihat kompak di berbagai kesempatan. Melihat keseruan mereka yang dipamerkan di media sosial, rasanya membuat iri para ibu muda lain yang akhirnya terdorong membentuk geng serupa. Tapi, seperlu apa para ibu ini membentuk kelompok pertemanan seperti itu?
Menurut psikolog Anna Surti Ariani, membentuk geng seperti itu sebenarnya antara perlu dan tidak. Dikatakan perlu karena sebagai ibu mereka tentunya butuh dukungan dan wadah untuk berbagi.
"Terkadang para ibu ini ragu dengan pengasuhan anaknya sudah benar atau belum, tumbuh kembangnya harus bagaimana, mereka butuh masuka dari ibu-ibu lain, karena itu butuh kelompok pertemanan tertentu," kata psikolog dengan sapaan akrab Nina kepada VIVA.
Geng atau kelompok pertemanan ini menjadi tidak perlu saat sudah terjadi banyak hubungan yang tidak sehat di dalamnya. Misalnya, ada persaingan yang sangat kental.
"Jadi kalau mau bergabung dalam geng, hubungan pertemanannya yang sehat, bisa menghargai satu sama lain, tidak eksklusif itu-itu saja bertemannya, harus bisa sharing juga dengan teman lain di luar geng itu, dan bisa memberi manfaat buat semuanya," lanjut Nina.
Bagaimana mengenali jika pertemanan dalam geng sudah tidak sehat? Nina menyontohkan, ketika sudah mulai ada obrolan yang cenderung nyinyir, kemudian banyak permintaan yang terlalu mengeksklusifkan geng, seperti tidak memperkenankan orang lain untuk bergabung.
Ketika ada sesuatu yang tidak sehat terjadi, Nina menyarankan agar bisa membicarakan masalah ini dengan anggota geng yang lain.
"Bisa bicara dulu dengan salah satu teman yang dirasa paling sehati, sampaikan bagaimana kondisinya yang seharusnya," saran Nina. (ren)