Ancaman Badai Matahari Bukan Berarti Kiamat

Badai Matahari pada Maret 2012.
Sumber :
  • Reuters

VIVA – Sebuah lubang raksasa tiba-tiba menganga dari bawah Matahari. Lubang raksasa ini memuntahkan gelombang radiasi besar dan menghasilkan ledakan dahsyat. Ledakan tersebut dinamakan Badai Matahari, atau Solar Flare/Solar Storm.

Akibat dari ledakan ini, membuat massa partikel dari lapisan Matahari paling luar yang berbentuk gas warna putih cerah atau korona, terhempas. Apabila badai ini sampai ke Bumi, maka akan terjadi sejumlah gangguan.

Badai terbesar yang diakibatkan oleh kondisi ini, terkait dengan lonjakan massa Matahari (Coronal Mass Ejection/CME) yang menghasilkan satu miliar ton lebih plasma dari inti Matahari.

Menurut Kepala Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional, Thomas Djamaluddin, gangguan yang diakibatkan Badai Matahari antara lain, berdampak pada operasional satelit, jaringan radio, dan listrik, serta sistem navigasi seperti Global Positioning System (GPS).

"Tetapi, operator satelit sudah mengantisipasi, mereka sudah punya prosedur. Jika operasional satelit tidak terdampak oleh badai tersebut, saya kira semuanya akan berjalan normal," kata Thomas.

Thomas Djamaluddin

Ia melanjutkan, jika di belahan Bumi di wilayah yang terletak di Lintang Utara atau kutub, Badai Matahari ini lebih rentan menimbulkan gangguan, persisnya pada jaringan listrik.

Thomas lalu memberi contoh pada 1989 dan awal 2000, di mana ketiadaan antisipasi, sehingga tranformator listrik terbakar akibat Badai Matahari.

"Badai Matahari telah memengaruhi atau menginduksi jaringan listrik. Akibatnya, sebagian besar wilayah tidak mendapatkan pasokan listrik. Kemungkinan hal itu terjadi lagi tetap ada. Tetapi, itu tadi. Banyak operator satelit mampu antisipasi serangan Badai Matahari," tuturnya.

Kendati demikian, Thomas melanjutkan, kehidupan manusia di Bumi tidak akan terganggu oleh serangan badai ini. Sebab, Bumi oleh medan magnet dan ionosfer - salah satu lapisan atmosfer.

Ia juga menyampaikan, Bumi sudah terbiasa dengan datangnya Badai matahari. Thomas menyebut bahwa pada 2012, sebenarnya puncak dari Badai matahari, atau terjadi dalam siklus 11 tahun sekali.

Badai Matahari

"Namun, hanya terjadi badai kecil dan kekuatannya lebih rendah dari perkiraan para peneliti astronomi. Saat itu kan, isunya mau kiamat. Jangan khawatir, tidak membahayakan aktivitas manusia," paparnya.

Berikutnya, gelombang badai Matahari akan menghampiri Bumi>>>

Gelombang badai Matahari akan menghampiri Bumi

Menanggapi bahwa besok (Rabu hari ini) gelombang badai Matahari akan menghampiri Bumi, secara tegas Thomas mengatakan, itu hoax. Berdasarkan pengamatannya, tidak ada tanda-tanda Badai Matahari akan 'menyerang' Bumi.

Sebagaimana diketahui, mengutip situs Metro, gelombang radiasi yang dihasilkan dari Badai Matahari ini akan menyambangi Bumi pada Rabu, 14 Maret 2018.

"Badai Geomagnetik dari Matahari adalah gangguan besar magnetosfer Bumi yang terjadi saat terjadi pertukaran energi yang sangat efisien dari angin Matahari ke lingkungan luar angkasa yang mengelilingi Bumi," bunyi keterangan The Space Weather Prediction Center atau Pusat Prediksi Cuaca, di Colorado, Amerika Serikat.

Lingkup ruang besar bertepatan dengan terbentuknya 'celah ekuinoks' yang terbentuk di sekitar ekuinoks pada 20 dan 23 Maret mendatang. Di sinilah momentum, ketika Bumi dan Matahari berbaris, sehingga siang dan malam memiliki durasi yang hampir sama.

Namun, Badai Matahari juga punya dampak indah. Partikel yang berinteraksi dengan lapisan magnetik Bumi di kutub akan menghasilkan aurora akibat retakan besar yang menganga.

"Retakan ini membuka di medan magnet Bumi selama berjam-jam. Ini tidak mengancam kehidupan di Bumi, tetapi menyebabkan aurora yang menakjubkan, karena hembusan angin Matahari berhembus ke atmosfer," kata Pusat Prediksi Cuaca.

Mengingat, sejarah kembali bahwa ancaman Badai Matahari bukan kali ini terjadi. Ledakan dahsyat di permukaan Matahari pada 1989, membawa dampak di Bumi.

Badai Matahari.

Dampak ledakan Matahari dahsyat X20 itu membawa partikel ke antariksa dan datang ke Bumi dalam bentuk badai geomagnetik signifikan.

Akibatnya, jaringan telekomunikasi pada 16 Agustus 1989, mengalami masalah, mikrochip terganggu dan membuat aktivitas perdagangan di pasar saham Toronto, Kanada terhenti.

Dikutip dari Edn, para teknisi dan pengamat astronomi kala itu sebenarnya sudah mengalami ledakan Matahari sebelum X20 tersebut.

Pada Maret 1989, terjadi ledakan Matahari X15. Ledakan itu menyebabkan aurora yang sangat intens dan badai geomagnetik yang menjatuhkan sistem transmisi listrik Hyro-Quebec di Kanada.

Kala itu, dampak ledakan itu diyakini adalah dari kemungkinan serangan Perang Dunia III. Ternyata, ledakan X20 lebih kuat dibanding dengan X15.

Ledakan X20 merupakan bagian dari Solar Cyle 22, siklus Matahari ke-22 sejak perekaman aktivitas bintik Matahari pada 1755.

Bumi dan Bulan

Diketahui, Matahari mengikuti siklus bintang aktif yang khas. Sekitar tiap 11 tahun, energi dari tingkat lebih tinggi dari permukaan Matahari berpindah ke area dengan tingkat yang lebih rendah. Dinamika ini mengakibatkan ledakan surya ke Bumi.

Saat ledakan X20, perusahaan listrik di Amerika Utara, Inggris, Eropa Utara, dan lokasi lainnya telah mengantisipasi, dan berhati-hati mengevaluasi risiko arus yang diinduksi badai geomagnetik.

Prediksi Peramal India Salah, 29 Juni 2024 Tidak Terjadi Kiamat

Sejak 1995, badai geomagnetik dan ledakan di permukaan Matahari telah dipantau oleh satelit Solar and Heliospheric Observatory (SOHO) milik Badan Antariksa Amerika Serikat.

Menurut data SOHO, ledakan surya terkuat yang pernah diukur dengan metode modern terjadi pada 28 Oktober 2003. Ledakan surya modern juga pernah terjadi antara 2012 dan 2014.

Heboh! Peramal Asal India Prediksi Hari Kiamat Terjadi pada 29 Juni 2024

Saat itu, NASA menegaskan, ledakan di permukaan Matahari selama periode tersebut tak akan menghancurkan Bumi secara fisik.

Ilustrasi jaringan / kecepatan internet.

Ancaman Mengintai Pengguna Internet dan Pilot Drone di Indonesia

Pengguna internet dan pilot drone di Indonesia diminta waspada pada 11 hingga 13 Oktober 2024.

img_title
VIVA.co.id
12 Oktober 2024