Dilema Becak Listrik di Ibu Kota

Becak Listrik Jakarta
Sumber :
  • ANTARA Foto/Aprilio Akbar

VIVA – Becak kabarnya akan kembali dilegalkan di Jakarta. Gubernur DKI Jakarta, Anies Baswedan coba mengubah Peraturan Daerah Nomor 8 Tahun 2007 tentang Ketertiban Umum.

Menurut dia, di provinsi lain maupun dalam Undang-Undang Dasar 1945, tidak ada satu pasal pun yang melarang profesi penarik becak. "Hanya Perda di Jakarta dan Perdanya itu melarang eksistensinya. Jadi, ini yang menurut saya bagian dari masa lalu. Jakarta sudah berubah," kata Anies di Balai Kota, Minggu 11 Maret 2018.

Anies menegaskan, Pemprov DKI akan segera mereview kembali Perda, agar becak kembali dapat beroperasi dengan inovasi-inovasi baru. Salah satu contohnya, becak listrik.

"Kami akan atur nanti dari sisi Perda. Menurut saya, yang menarik dari ini (becak listrik) adalah masih sama bentuknya, masih sama prinsipnya. Tapi, hemat energi manusia dan menggunakan energi listrik," ujarnya.

Becak listrik sumbangan politikus PAN Hanafi Rais

Wacana menghadirkan becak listrik mengundang banyak pertanyaan dari warga Jakarta. Rata-rata, mereka sangsi dengan daya jelajah serta waktu pengisian baterainya.

Namun, keraguan itu coba dipatahkan oleh Wakil Ketua Umum DPP Partai Amanat Nasional, Hanafi Rais. Ia memperkenalkan purwarupa becak listrik hasil besutannya dengan Winawan alias Wiwin, warga Yogyakarta lulusan STM Nasional.

“Saya punya pengalaman di Yogyakarta. Di sana antusias, jadi kami coba kembangkan di Jakarta. Ini ramah lingkungan dan efisien. Bisa digowes, bisa pake listrik," kata Hanafi saat memboncengi salah satu masyarakat di arena Hari Bebas Kendaraan Bermotor, Jakarta, Minggu 11 Maret 2018.

Prabowo: Saya Dulu Prajurit, Menghadapi Maut dan Bahaya

Hanafi menjelaskan, becak listrik tersebut dilengkapi dengan lampu, klakson, rem cakram belakang, serta indikator baterai.

Hanafi Rais perkenalkan becak listrik di ibukota.

Wapres Ma’ruf: Jalan Tol Bukan untuk Becak, Kalau Masuk ke Tol Malah Jadi Kalang Kabut

"Ini di setangnya ada tombol klakson, tombol lampu, pedal gas, rem belakang, kunci starter, serta indikator baterai," ujarnya menjelaskan.

Hanafi mengklaim, becak listrik tersebut bisa mengangkut beban hingga 250 kilogram, serta bisa digunakan untuk menaiki tanjakan.

Balasan Menohok Ridwan Kamil soal Kritikan Cak Imin Sebut Tukang Becak Tak Nikmati Jalan Tol

Kecepatan maksimal becak bisa sampai 25 kilometer per jam. Dengan pengisian daya baterai selama tiga jam, kendaraan listrik itu bisa digunakan untuk menempuh jarak 40 km.

Ideal untuk Jakarta?

Berbeda dengan manusia yang energinya didapat dari makanan, becak listrik membutuhkan daya dari energi listrik. Hal itu memunculkan pertanyaan, dari mana sumber listriknya?

Perusahaan Listrik Negara (PLN) punya jawabannya. Mereka telah menyediakan sebanyak 700 stasiun penyediaan listrik umum yang tersebar di beberapa wilayah di DKI Jakarta. Sampai akhir tahun ini ditargetkan ada 1.000 SPLU di Ibu Kota.

"Masyarakat tidak perlu khawatir menggunakan kendaraan (listrik), karena kami sudah menyiapkan 700 SPLU tersebar di Jakarta dan sudah aktif semua," ujar General Manager PLN Distribusi Jakarta Raya, Ikhsan Asaad.

Ia menjelaskan, SPLU ada di sekitar pedagang kaki lima, pusat perbelanjaan atau mal hingga kantor-kantor pemerintahan. “Cara pengisiannya gampang, tinggal pasang saja, tarik kabel dan langsung nyala. Masyarakat cukup beli token listrik saja," ujarnya menjelaskan.

Stasiun Pengisian Listrik Umum (SPLU).

Keberadaan becak listrik mungkin sudah siap secara infrastruktur. Sayangnya, hal itu tidak lantas membuat masyarakat puas. Sejarah kelam becak yang kerap membuat semrawut lalu lintas jadi buah bibir warga.

Hal itu juga menjadi sorotan pengamat otomotif dari Institut Teknologi Bandung, Yannes Martinus. Menurut dia, pada prinsipnya becak adalah sarana transportasi dengan tiga roda. Kendaraan ini disebut becak, karena pengemudi dan sumber tenaganya adalah manusia.

“Sekarang saja sudah semakin banyak becak yang dipasangi mesin sepeda motor bodong (tanpa surat-surat). Saya belum pernah lihat polisi menilang dan menyita kendaraan jadi-jadian ini,” ujarnya kepada VIVA, Senin 12 Maret 2018.

Ia menjelaskan, becak yang dipasangi mesin bisa melaju lebih kencang dan menempuh jarak yang lebih jauh. Namun, kematangan sosial pengemudi becak di jalan umum masih rendah. “Ada hal lain lagi. Begitu dipasangi motor listrik, bukan becak lagi namanya. Akan sama saja dengan Helicak atau Bajaj,” ujarnya menambahkan.

Bajaj Qute mulai beroperasi di Jakarta.

Itu sebabnya, ia menyarankan agar becak listrik dibatasi jumlah dan wilayah operasionalnya, sama seperti moda transportasi tanpa trayek lainnya. Misalnya hanya di pemukiman saja, tidak boleh masuk jalan besar.

Yannes juga mengungkapkan keraguannya akan masa depan becak listrik. Sebab, menurutnya alat transportasi itu akan kalah bersaing dengan layanan yang sudah ada lebih dulu. “Peran becak listrik akan sulit melawan Grab Bike dan Gojek, yang mobilitasnya lebih tinggi, lebih murah serta berbasis internet.” (mus) 

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya