- VIVA/M Ali Wafa
VIVA – Reza Rahadian kembali membintangi film layar terbarunya, Benyamin Biang Kerok. Bagi, aktor tampan kelahiran 5 Maret 1987 ini, menjadi sosok Pengki yang sukses diperankan oleh Benyamin Sueb di eranya adalah sebuah tantangan sekaligus kehormatan.
Sebenarnya, tak mudah bagi Reza bisa 'menirukan' sosok aktor legendaris sekelas Benyamin Sueb. Namun, dengan kegigihan dan keuletannya mempelajari karakter aktor yang disapa Bang Ben itu, Reza sukses memerankannya.
Kini Reza pun, menjadi salah satu aktor terlaris dan termahal. Namun kabar itu, sempat dibantah Reza dan ia pun tetap rendah hati.
Kepada VIVA, Reza bercerita pahit manisnya menjadi seorang aktor yang mampu memerankan tokoh terkenal seperti BJ Habibie dan Benyamin Sueb. Bagaimana Reza mendalami karakter dan belajar akting?
Bagaimana awalnya bisa memerankan sosok Benyamin Sueb?
Pertama sebenarnya yang perlu diketahui dari film Benyamin Biang Kerok adalah bukan film remake tidak ada kesamaan cerita antara film Benyamin zaman dahulu dan zaman sekarang. Film ini juga bukan biopik Benyamin Sueb. Ini adalah cerita yang terinspirasi dari film berjudul sama karena dianggap populer pada masanya. Judul ini sudah dianggap sebuah brand tersendiri. Alasan mengapa saya mau terlibat? Karena ada kesempatan baru nih untuk saya bertransformasi lagi karena saya selalu mencari peran-peran yang memungkinkan untuk saya bisa bertransformasi dari karakter yang sebelumnya dikenal publik.
Bedanya dengan karakter sebelumnya?
Mungkin terakhir film saya My Stupid Boss itu juga filmnya cukup sukses di pasaran dan orang kenal dengan karakter bos. Kali ini saya ingin bertransformasi lagi dengan kesempatan yang berbeda itu diberikan pada Falcon Pictures (rumah produksi) dan Hanung Bramantyo sebagai sutradara jadi langsung kayak oke nih saya harus mainin.
Tantangan menjadi sosok Benyamin Sueb?
Tantangannya banyak banget saya harus mendekatkan diri pada Benyamin terlebih dahulu dengan karakter suaranya, proyeksi suaranya harus tepat. Kemudian ada gestur yang khas dari beliau yang harus dipelajari pastinya. Walaupun tidak menjadi Benyamin tapi paling tidak saya ingin memakai itu sebagai tools untuk karakter development tokoh Pengki (peran Benyamin di film Benyamin Biang Kerok) ini.
Aktor yang menjadi sosok inspirasi berakting?
Terus terang saya ketika belajar seni peran tidak punya spesifik orang yang saya jadikan role model karena saya tahu bahwa bagi seorang aktor tidak mungkin menirukan akting aktor lain. Itu nonsense lah enggak masuk akal dan memang bukan sesuatu yang diharuskan.
 Saya lebih belajar secara teknis kemudian teori-teori tentang berakting kan segala macam sampai saya ketemu bahwa oh ini metode saya nih yang paling cocok ya itu yang saya lakukan saya sampai hari ini. Jadi saya proses belajarnya dari film ke film, saya enggak bisa bohong setiap film selalu memberikan pelajaran baru bagi saya.
Pernah merasa gagal dalam memerankan karakter?
Kalau merasa gagal memerankan karakter pasti ada di mana saya merasa, hampir setiap karakter saya selalu kritis, auto critic terhadap diri saya kenceng jadi karena saya orangnya perfeksionis. Jadi ketika saya merasa bahwa setiap peran saya susah banget disuruh milih karena semua peran yang saya perankan pasti punya kekurangan.
Saya pasti setiap nonton premier pasti ‘ah ini harusnya gini’ walaupun itu sudah telat dan enggak perlu. tapi saya selalu ya wajarlah biasanya aktor emang punya tendesi begitu.
Di film apa, Reza merasa puas membintanginya?
Susah juga ya. tapi yang paling memorable kali ya. Tentu Perempuan Berkalung Sorban karena itu buat saya turning point karier saya itu banyak kepercayaan-kepercayaan dari pelaku industri film berdatangan setelah film itu rilis. Kemudian Tiga Hati Dua Dunia, kemudian ada Habibie Ainun, My stupid Boss, Kemudian film yang bisa dibilang arthouse Something in The Way karya Deddy Suryaatmaja, kemudian film Mirror Never Lies karya Kamila Andini anaknya mas Garin Nugroho. Tentu semua film memiliki pengaruhnya yang masing-masing ada benefit buat saya.
Disebut aktor terlaris di Indonesia saat ini?
Kalau menurut data si salah, karena 2017 ada aktor lain yang terlaris Tio Pakusodewo ada 9 film. Ya karena mungkin kemunculan saya tahun lalu 3-4 film ya.
Enggak terlaris tapi kalau yang termahal?
Waduh! Mesti tanya dahulu kali ya ke aktor lain. Hahaha. Enggak tahu deh kayaknya enggak sih saya yakin pasti harga selalu berbeda-beda karena setiap film harganya enggak sama. Jadi kalau dibilang termahal enggak lah terlalu berlebihan.
Lihat banyak aktor pendatang baru? Jefri Nichol, Adipati, Iqbaal Ramadhan bagaimana?
Senang banget sebenarnya karena menurut saya Indonesia perlu banyak aktor muda yang berbakat dan bertanggung jawab punya komitmen yang tinggi terhadap seni peran karena saya menganggap bahwa profesi ini adalah profesi yang serius bukan profesi sampingan. Jadi kalau ada yang merasa bahwa ‘ngapain di seni peran? Ya hobi iseng-iseng’ saya agak sedih dengarnya karena buat saya ini adalah sesuatu yang penting dan penuh tanggung jawab, butuh dedikasi yang tinggi
Jadi saya menganggap kehadiran aktor baru semoga membawa angin segar bagi industri perfilman indonesia dan harapan terbesar saya bagi para pendatang baru adalah semoga mereka konsisten dan setia pada profesinya, itu yang paling penting karena sayang juga kalau 2 sampai 3 tahun terus merasa ah kayaknya bosan.
Lebih senang main film genre apa?
Saya penikmat drama sebenernya, saya suka banget drama tapi komedi juga menyenangkan tapi prefer drama.
Lebih sulit main di genre apa?
Oh setiap film punya kesulitan masing-masing sih pasti. Jadi enggak bisa di-compare. Tapi yang sulit dari Benyamin Biang Kerok menurut saya adalah karena film ini menggabungkan unsur komedi, musikal, drama juga ada hubungan dengan orangtua, persahabatan, percintaan jadi banyak sekali unsurnya yang banyak memberikan warna pada film ini sampai-sampai sutradaranya susah untuk menentukan genre film Benyamin.
Cara seorang Reza Rahadian membangun karakter seperti sosok Benyamin?
Pemahaman tentang karakter itu sendiri karena bagi saya karakter development itu proses yang paling sulit ketimbang syuting. Opini saya, Kalau saya masuk ke set saya sudah tahu harus ngapain. Tapi kalau karakter development itu PR-nya aktor di rumah. Jadi ketika dia harus menyusun deskipsi lengkap tentang karakter ini, backgroundnya apa, karakternya seperti apa, gesturenya, proyeksi suara seperti apa itu PR terberat waktu development pembentukan karakter. Setelah di lokasi sudah harus tahu itu tanggung jawab tiap aktor sudah harus paham apa yang harus dilakukan.
Cara Reza membangun chemistry dengan lawan main?
Karena saya enggak ngerti, saya aktor yang tidak paham membentuk chemistry jujur saja. Saya enggak tahu tuh formula apa untuk membangun chemistry nah itu salah satu teori yang paling saya enggak ngerti. Saya selalu percaya ketika ketemu orangnya ngobrol nyambung enggak nih? Kalau ngobrol biasa saja nyambung otomatis di script bisa nyambung.
Artis wanita yang ingin menjadi lawan main?
Waduh siapa lagi yah. Acha Septriasa sudah, Dian Sastro sudah, Adinia Wirasti sudah, hmm Raihaanun, saya ingin banget main sama Raihaanun karena dia buat saya artis talenta luar biasa. Saya kagum dengan permainannya di film Salawaku dan film Lovely Man. Buat saya dia salah satu aktris yang performance-nya saya berani bilang salah satu yang terkuat di Tanah Air di angkatannya dia.
Mungkinkah film nasional kita saingi Hollywood?
Secara kualitas pasti beda-beda ya kita harus tahu juga kalau kita mau compare dengan film Amerika. Film Amerika sudah tumbuh secara usia cukup tua, panjang sekali academy awards sudah berlangsung ke yang 90 tahun ini. Teknologi pun mereka sudah jauh, saya harus akui secara teknologi jauh di atas film Indonesia.
Nah kalau menurut saya kita bersaing dalam lingkup itu, karena kalau lingkup teknologi rasanya memang masih sulit. Â Teknologi CGI atau Computer-Generated Imagery mereka levelnya sudah jauh di atas kita, animasi mereka juga jauh, jadi memang kita perlu kerja keras untuk mengejar itu. Saya melihatnya kalau kita kejar itu mereka sudah maju lagi. Tapi bukan berarti kita susah bersaing karena terbukti kok film indonesia selalu bersaing dengan film asing. Di Indonesia kita sudah bersaing dan fakta angka juga film Indonesia banyak banget yang sukses, orang sudah enggak asing lihat film Indonesia tiga layar atau dua layar. Kalau dahulu satu layar saja sudah syukur. Sekarang ketika film sukses di pasaran studio bisa di- booking tiga studio buat film Indonesia.
Cita-cita sebenarnya Reza dari kecil?
Jadi pilot, cita-cita saya remaja pilot waktu saya lulus SMP saya memasuki sekolah penerbangan di Curug tapi enggak jadi. Saya baru tertarik dengan teater itu umur 16 tahun 17 tahun. Cita-cita jadi pilot karena Ibu saya bekerja di perusahaan penerbangan, SMP saya nyangkutnya jadi perenang profesional atlet, saya mau masuk pelatnas gagal, akhirnya jadi aktor.
Punya impian jadi sutradara?
Merasa pantas si enggak tapi akan jadi tantangan baru. Saya suka challenge. Tidak menutup kemungkinan saya akan men-direct suatu saat, karena saya sudah punya pengalaman itu sebelumnya. Sekitar tiga film pendek yang pernah saya direct dua di antaranya diproduseri oleh mas Garin Nugroho salah satu sutradara yang paling kenceng untuk mendorong saya men-direct waktu itu. Sampai hari ini saya enggak punya film panjang. Tapi kalau saya boleh jujur sih ya tahun ini saya sudah develop script mulai bulan maret. Insya Allah kalau semuanya lancar akan menjadi film perdana saya yang panjang.
Rencana berkarier di Hollywood?
Saya rasa itu hal yang umum setiap aktor punya impian ke sama tapi saya melihat bahwa itu bukan pekerjaan mudah. Kita tidak bisa cuman menuju ke sama. Semua perlu planning dan strategi, saya mengawali keterlibatan saya di film yang berbahasa asing itu ada di dua serial saya terakhir di HBO Asia. Half World judulnya. Saya rasa itu salah satu step yang baru yang saya lakukan di luar Indonesia karena scoop-nya Asia. Termasuk Indonesia. Tidak menutup kemungkinan semua bisa terjadi kita enggak pernah tahu. (ms)