Cek Fakta: Nama Indonesia Berasal dari Akronim Inisial Nama Wali Songo
- Cekfakta.com
VIVA – Akun Facebook bernama Fahri Petruxs Jamers (fb.com/tyopetruxs.selaluterseyum) mengunggah sebuah gambar dengan narasi yang berisi klaim bahwa nama Indonesia berasal dari akronim inisial para Wali Songo.
1. *I* *Ibrahim Malik*
_*(Sunan Gresik)*_
2. *N* *Nawai Macdhum*
_*(Sunan Bonang)*_
3. *D* *Dorojatun R Khosim*
_*(Sunan Drajat)*_
4. *O* *Oesman R Djafar Sodiq*
_*(Sunan Kudus)*_
5. *N* *Ngampel R Rahmat*
_*(Sunan Ampel)*_
6. *E* *Eka Syarif Hidayatullah*
_*(Sunan Gunung Jati)*_
7. *S* *Syaid Umar*
_*(Sunan Muria)*_
8. *I* *Isyhaq Ainul Yaqin*
_*(Sunan Giri)*_
9. *A* *Aburahman R Syahid*
_*(Sunan Kalijaga)*_
Jumlah huruf *INDONESIA = 9*
sesuai dgn. jumlah Wali/Alim Ulama dikala itu =
*WaliSongo*= *9 Wali*
HASIL CEK FAKTA
Berdasarkan hasil penelusuran, sebagaimana dilansir dari Cekfakta.com, klaim bahwa nama Indonesia berasal dari akronim inisial para Wali Songo adalah klaim yang keliru.
Faktanya, menurut para sejarawan, istilah Indonesia baru muncul pada abad ke-19. Nama yang berasal dari kata “Indus” (Hindia) dan “nesia” (kepulauan). Para ulama penyebar agama Islam di Nusantara yang kemudian dikenal sebagai Wali Songo hidup pada abad ke-15 hingga ke-16, masa ketika nama Indonesia belum dikenal.
Dilansir dari Tempo.co, Tim CekFakta Tempo menelusuri pemberitaan terkait klaim itu. Selain itu, Tempo menghubungi sejarawan asal Inggris yang fokus pada sejarah modern Indonesia, Peter Carey, serta sejarawan Indonesia, Didi Kwartanada.
Dilansir dari Okezone.com, Ketua Lembaga Seniman Budayawan Muslimin Indonesia (Lesbumi), Agus Sunyoto, nama Indonesia tidak ada kaitannya sama sekali dengan Wali Songo. Menurut dia, nama Indonesia sejatinya berasal dari bahasa Yunani Kuno, “Indo” dan “Nesos”, yang berarti “Hindia” dan “Kepulauan”.
“Saya rasa itu hanya akal-akalan sejumlah oknum saja. Sudah jelas kok nama negara kita diambil dari bahasa Yunani Kuno. Jadi akronim-akronim itu tidak ada benarnya,” kata Agus pada 17 Agustus 2018.
Peter Carey menjelaskan bahwa istilah “Indonesia” ditemukan pada pertengahan abad ke-19, sekitar 1850-an, oleh pengacara Inggris yang berbasis di Pinang, James Richardson Logan (1819-1869), dan koleganya yang ahli geografi, George Windsor Earl (1813-1865).
Mereka kemudian memopulerkan nama itu dalam Journal of the Indian Archipelago and Eastern Asia yang diterbitkan di Singapura pada 1847-1863. Istilah itu juga dipopulerkan di Asia sebagai istilah akademik oleh etnografer Jerman, Adolf Philipp Wilhelm Bastian (1826-1905).
Dikutip dari buku Earl, Logan, and “Indonesia” karya Russell Jones, kaum nasionalis Indonesia menolak nama resmi “Nederlandsch-Indie” (Hindia Belanda). “Dapat dimengerti jika mereka menolak nama ‘Hindia’ (Indie atau Indische). ‘Indonesia’ menjadi sebuah pilihan yang wajar, tidak ambigu dan tidak memiliki asosiasi kolonialis,” ujar Jones.
Pada saat yang sama, terdapat gerakan menuju adopsi kata “Indonesia” untuk menggambarkan penduduk non-Belanda di Hindia Belanda. Mereka tidak ingin disebut “Belanda”. Mereka pun tidak ingin dikenal dengan nama etnis mereka, seperti Jawa, Sunda, Minangkabau, dan sebagainya. Kata dalam bahasa Belanda, “inlander” (pribumi), pun dihindari karena memiliki arti yang merendahkan.
Kemudian, muncul gagasan dari Earl tentang nama “Indus-nesia”. “Indus” berarti Hindia, dan “nesia” berarti nusa yang berasal dari kata “nesos”, bahasa Yunani, yang berarti kepulauan. Menurut Jones, baik Earl maupun Logan menjadi yang terdepan dalam memopulerkan penggunaan istilah “Indonesia” ketimbang “Hindia Belanda” atau “Nusantara”.
Menurut Peter, nama Indonesia pertama kali digunakan secara politik pada 1920-an. Pada 23 Mei 1920, Indische Sociaal Democratische Vereeeniging (ISDV) atau Perhimpunan Demokratis Sosial Hindia mengubah namanya menjadi Perserikatan Komunis Indonesia Hindia, kemudian menjadi Partai Komunis Indonesia pada akhir 1920.
Pada 1922, organisasi pelajar Indonesia di Belanda yang berdiri pada 1908, Indische Vereeniging, juga berganti nama menjadi Perhimpoenan Indonesia. Menurut Jones, Mohammad Hatta pernah menulis artikel pada 1929 yang menyebut, “Dengan semangat yang tak kenal lelah, sejak 1918, kami telah menjalankan propaganda untuk ‘Indonesia’ sebagai nama tanah air kami.”
Peter menuturkan, sebelum populernya nama Indonesia, perairan di sekitar kepulauan dan Pulau Jawa dikenal oleh para navigator China, India, dan Arab sebagai “Nan-hai”, atau pulau-pulau di laut selatan; Dwipantara, atau pulau luar; dan Jazair al-Jawi, atau Pulau Jawa. Sebelum abad ke-15, dikenal istilah Suvarnabhumi, atau pulau emas dalam bahasa Sansekerta, untuk menggambarkan Semenanjung Melayu dan Sumatera.
Penjelasan serupa dilontarkan oleh Didi Kwartanda. Menurut Didi, nama Indonesia baru digagas pada abad ke-19. “Kemudian, founding father kita membaca buku dan jurnal yang memuat tulisan-tulisan Earl dan Bastian. Jadi, di masa Wali Songo, belum ada nama Indonesia,” ujar Didi.
Menurut berbagai sumber, Wali Songo hidup pada abad ke-15 hingga ke-16. Sunan Gresik (Maulana Malik Ibrahim) wafat pada 1419. Sunan Ampel (Raden Rahmat) wafat pada 1481. Sunan Bonang (Raden Maulana Makdum Ibrahim) wafat pada 1525. Sunan Drajat (Raden Qasim) wafat sekitar 1522.
Sunan Kudus (Sayyid Ja’far Shadiq Azmatkhan) wafat pada 1550-an. Sunan Giri (Raden Paku) wafat pada abad ke-16. Sunan Kalijaga (Raden Said) wafat pada abad ke-15. Sunan Muria (Raden Umar Said) wafat pada 1551. Sunan Gunung Jati (Syarif Hidayatullah) wafat pada 1570-an.
KESIMPULAN
Menurut para sejarawan, istilah Indonesia baru muncul pada abad ke-19. Nama yang berasal dari kata “Indus” (Hindia) dan “nesia” (kepulauan). Adapun para Wali Songo hidup pada abad ke-15 hingga ke-16, di mana nama Indonesia belum dikenal.
RUJUKAN
https://cekfakta.com/focus/4897