Bisakah Terinfeksi Corona tapi Tak Tunjukkan Gejala? Ini Faktanya

Ilustrasi seorang petugas laboratorium menguji sampel virus corona dengan alat khusus yang diciptakan oleh Universitas Airlangga Surabaya dengan Kobe University, Jepang.
Sumber :
  • tvOne

VIVA – Kabar Warga Negara Jepang yang disebut terinfeksi Covid-19 setelah kembali berlibur dari Indonesia membuat geger. Warga Jepang tersebut sudah mengeluh sakit pada 12 Februari 2020.

Kasus COVID-19 RI 10 Oktober: Positif Tambah 894, Sembuh 1.548

Saat diperiksa di Jepang, tak ditemukan tanda terkena pneumonia. Dia pun kembali bekerja pada tanggal 13. Tanggal 14, ia berada di rumah karena libur. Sehari setelahnya, ia baru berangkat ke Bali. Saat di Bali, dia tak demam karena minum obat.

Pada tanggal 19, dia kembali ke Jepang dan kembali merasa tak enak badan. Lalu, tanggal 22 saat dokter memeriksanya, dia langsung dirawat karena terinfeksi SARS corona virus tipe 2 (SARS CoV-2) yang berbeda 70 persen dengan Covid-19.

Update COVID-19 Nasional 9 September 2021: Kasus Positif Tambah 5.990

Apakah penderita Covid-19 bisa sakit tanpa menunjukkan gejala? Lalu, apa bedanya antara Covid-19 dengan SARS CoV-2? 

Verifikasi Fakta
Sekretaris Ditjen Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Kementerian Kesehatan, Achmad Yurianto, mengatakan pria Jepang tersebut bukan menderita Covid-19. Sebab ia sudah menghubungi otoritas Jepang dan disebutkan terinfeksi SARS CoV-2. 

Update COVID-19 Nasional 6 Mei 2021: Kasus Sembuh Tambah 5.440

"Kita mengklarifikasi ke otoritas kesehatan Jepang, mereka menjawab bahwa turis tersebut dirawat dengan SARS CoV-2. Kita konfirmasi lagi tetap jawabannya adalah SARS CoV-2," kata Yurianto.

Ia telah memeriksa orang yang diduga berinteraksi dengan pria Jepang tersebut, tapi belum menemukan tanda apa pun. Ia meyakini tidak ada penularan di daerah itu.

"Meskipun kita harus berpikir dengan masa inkubasi yang dua kali 14 hari, berarti kita harus memantaunya sejak 15 Februari ketika ia datang sampai 2 kali, 14 hari ke depan," katanya.

Yurianto menjelaskan dalam beberapa kasus positif SARS CoV-2, penderita hanya menunjukkan gejala klinis ringan, bahkan tak menunjukkan gejala sama sekali atau asimptomatik. 

"(Pria Jepang) Ada gejala, tapi ringan. Tidak seperti yang di Wuhan itu," kata Yurianto.

Berdasarkan laman WHO pada 21 Februari, dari 1200 kasus Covid-19 di luar China, sebanyak 30 orang yang terdeteksi tak menunjukkan gejala. Lalu, dalam jurnal ilmiah Lancet, satu keluarga, hanya seorang laki-laki yang memiliki gejala kenaikan suhu tubuh, radang tenggorokan, dan berkurangnya limfosit. 

Istri dan anak dari pria tersebut tak menunjukkan gejala. Padahal, ketiganya positif SARS CoV-2 lewat uji qRT-PCR.

Pakar Epidemiologi dari Universitas Indonesia, Tri Yunis Miko Wahyono, menjelaskan seserorang bisa saja terinfeksi SARS CoV-2, tapi tidak sakit Covid-19. Hal itu bergantung pada virus yang masuk ke tubuh.

"Semakin banyak virus yang masuk, makin berat melawannya. Yang pertahanan tubuhnya menang, bisa asimptomatik atau ringan," katanya. 

Meski begitu, orang yang asimptomatik tetap berpeluang menyebarkan virus. Karena itu perlu ada upaya memperketat pengawasan dan pemantauan pada mereka yang sedang dikarantina. Sebab, ada kemungkinan tak terdeteksi.

Mutasi virus ini pun membuat Kementerian Kesehatan memperpanjang masa observasi WNI yang bekerja pada kapal Diamond Princess dari 14 menjadi 28 hari. 

Perlu diketahui sesuai laman resmi WHO, ada perbedaan antara virus Corona, Covid-19, dan SARS-COV-2. Virus Corona merupakan kelompok virus yang menyebabkan berbagai penyakit seperti batuk, pilek biasa hingga SARS dan Middle East Respiratory Syndrome (MERS-Cov). 

Covid-19 adalah nama penyakit yang sedang mewabah saat ini. Lalu, SARS-Cov-2 merupakan nama virus yang menyebabkan Covid-19. 

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya