Bos Freeport Laporkan Produksi Tembaga 2019 Anjlok
- Mohammad Yudha Prasetya/VIVAnews
VIVA – Laporan operasional dan keuangan Freeport-McMoRan Inc. menyebut, produksi tembaga PT Freeport Indonesia atau PTFI sepanjang periode Januari-Desember 2019, tercatat hanya mencapai sebanyak 607 juta pounds. Jumlah tersebut anjlok sebanyak 47,67 persen, dari total jumlah produksi tembaga PTFI pada tahun 2018 yang mencapai sebanyak 1,16 miliar pounds.
Dalam Rapat Dengar Pendapat atau RDP bersama Komisi VII DPR RI, Presiden Direktur PTFI, Tony Wenas, membeberkan penyebab turunnya produksi tembaga di 2019 itu. Dia menyebut, hal itu terjadi karena adanya masa transisi dari proses penambangan, dari tambang terbuka ke tambang bawah tanah.
"Proses penambangan terbuka Grasberg sudah selesai semua di akhir tahun 2019 lalu, sehingga tidak lagi dilakukan penambangan," kata Tony di DPR RI, Senayan, Rabu 19 Februari 2020.
Menurutnya, penambangan bawah tanah yang sedang dikembangkan, posisinya berada persis di bawah tambang Grasberg tersebut.
Tony pun menjelaskan, kedua tambang itu sebenarnya merupakan suatu kesatuan yang sama. Sehingga, agar tambang bawah tanah tersebut bisa dibangun sepenuhnya, maka kegiatan di atasnya memang harus dihentikan.
Dalam masa transisi dari tambang terbuka ke tambang bawah tanah tersebut, Tony memperkirakan, produksi tembaga yang dihasilkan akan berkurang hingga sekitar 50 persen setidaknya pada tahun 2019 dan 2020.
"Karena sudah tidak ada lagi suplai dari tambang terbuka Grasberg," ujarnya.
Diketahui, kinerja produksi PT Freeport Indonesia atau PTFI di sepanjang tahun 2019 lalu, mengalami penurunan yang signifikan dibandingkan dengan tahun 2018.
President & CEO Freeport-McMoRan, Richard C. Adkerson mengatakan, penurunan tersebut terjadi karena adanya proses transisi penambangan dari tambang terbuka ke tambang bawah tanah.