CEK FAKTA: Jokowi Klaim Multilateralisme Melemah, Proteksionisme Naik
- VIVA/M Ali Wafa
VIVA – Calon Presiden petahana nomor urut 01, Joko Widodo, mengklaim bahwa dunia saat ini dipenuhi ketidakpastian. Ini berupa multilateralisme yang dilemahkan dan proteksionisme yang semakin meningkat.
Demikian Jokowi saat penyampaian visi dan misi dalam Debat Pilpres Tahap Empat bersama Capres Nomor Urut 02, Prabowo Subianto, di Hotel Shangrila Jakarta, Sabtu malam 30 Maret 2019. Debat ini mengangkat empat tema, yaitu Ideologi, Pemerintahan, Pertahanan Keamanan dan Hubungan Internasional.
Terkait hubungan internasionalisme, Jokowi mengungkapkan situasi dunia saat ini yang harus menjadi perhatian bagi politik luar negeri Indonesia. Bagi dia, situasi dunia penuh ketidakpastian.
"Multilateralisme yang dilemahkan, proteksionisme yang semakin meningkat. Tetapi indonesia harus berdiri tegak bermartabat dan tetap menjalankan politik luar negeri yang bebas aktif. bebas, bebas menjalankan memperjuangkan kepentingan kepentingan nasional dan aktif dalam ikut dalam perdamaian dunia yang baik," kata Jokowi
Bagaimana faktanya?
Melemahnya multilateralisme dan menguatnya proteksionisme sudah dikeluhkan dan diwanti-wanti para pemimpin dunia. Apalagi setelah Presiden Amerika Serikat, Donald Trump, sebagai pemimpin negara adidaya menunjukkan kebijakan-kebijakan yang proteksionis.
Dalam suatu pidato di PBB, seperti dikutip Guardian, Trump pun menolak globalisme dan justru menjunjung slogan "America First" atau AS yang Utama. Slogan itu cenderung dinilai bersifat proteksionisme dan menutup diri (isolasionisme) dari kerja sama perdagangan global dan panggung dunia.
Trump pun mengancam AS akan keluar dari Organisasi Perdagangan Dunia (WTO), yang dipandang bisa melemahkan semangat multilateralisme. Trade Policy Review Body WTO pun sudah mencatat sedikitnya sudah ada 407 pembentukan kebijakan restriktif baru di bidang perdagangan oleh seluruh anggota WTO sejak 2013. Trump pun menarik AS keluar dari Kemitraan Trans-Pasifik, perjanjian dagang yang melibatkan 12 ekonomi besar dunia.
Situasi ini pun mengundang kekhawatiran kalangan pemimpin, termasuk dari Kanselir Jerman, Angela Merkel, yang memimpin negara dengan ekonomi terkuat di Eropa. "Mungkin perkembangan yang paling mengancam bagi saya adalah multilateralisme telah mengalami tekanan," kata Merkel.
Kekhawatiran juga dilontarkan Presiden China, Xi Jinping. Saat bertemu dengan para pemimpin Uni Eropa di Paris pada 27 Maret lalu, seperti dikabarkan Voice of America, Presiden Xi mengatakan dunia menghadapi tantangan besar, dan perdamaian dan pembangunan adalah kuncinya. Ia menggambarkan ancaman proteksionisme dan unilateralisme yang meningkat.