Yang Dilakukan Gibran Rakabuming di Hari Terakhir Kampanye
- VIVA/ Fajar Sodiq
VIVA – Calon Wali Kota Solo, Gibran Rakabuming Raka mengisi hari terakhir masa kampanye dengan mengunjungi kantor Pengurus Cabang Nahdlatul Ulama (PCNU) Solo, pada Sabtu, 5 Desember 2020.
Kehadiran putra sulung Presiden Jokowi itu, diterima oleh Ketua PCNU Solo, Mashuri dan jajaran pengurus lainnya. Gibran tidak hadir sendiri, tapi juga didampingi oleh calon wakilnya, Teguh Prakosa.
Usai melakukan pertemuan tertutup itu, pengurus PCNU Solo menghadiahi Gibran plakat kuningan bergambar simbol NU. Tak hanya itu, ia juga menerima hadiah peci berwarna hitam yang dilengkapi dengan hiasan bordir lambang NU.
Baca juga: Asyik Pelapor Politik Uang di Pilkada Surabaya Dapat Rp5 Juta
Gibran mengaku kedatangannya ke kantor PCNU Solo bukan untuk meminta dukungan, melainkan meminta doa agar pelaksanaan Pilkada Serentak 2020 pada 9 Desember nanti berlangsung dengan lancar.
"Kita sowan ke sini untuk mendoakan agar pilkada ini aman dan warga Solo sehat semua. Itu yang paling penting," kata dia di Kantor PCNU Solo.
Selain mendatangi kantor PCNU Solo, lanjut dia, agenda hari terakhir kampanye juga melakukan silaturahmi kepada para tokoh agama dan tokoh senior.
"Ya sowan-sowan aja kegiatannya. Hari terakhir dibikin santai saja," ucapnya.
Sementara itu, Ketua PCNU Solo, Mashuri mengungkapkan kedatangan pasangan calon nomor urut 1 hanya untuk silaturahmi dengan para pengurus PCNU Solo. Acara silaturahmi itu memang sudah biasa dilakukan setiap para pasangan calon ketika akan ada perhelatan politk.
"Acara silaturahmi ke PCNU ini sudah menjadi tradisi setiap ada kontestasi politik pasti kami disowani oleh paslon yang ada," kata dia.
Tidak hanya Gibran, lanjut Mashuri, saat Jokowi maju sebagai calon wali kota pada tahun 2005 silam juga silaturahmi ke PCNU Solo untuk meminta doa restu.
"Dulu 2005 juga sama, Pak Jokowi sowan. Terus yang pilkada dulu juga sama Pak Rudy dan Pak Purnomo juga sowan," ujarnya.
Meski sejumlah pasangan calon silaturahmi ke PCNU Solo, namun ia menyatakan bahwa NU netral dan tidak berpolitik praktis. "Secara personal masing-masing stuktur maupun kultur sebagai warga negara punya hak politik," kata dia.