Kisah Para Caleg Gagal: Dari Gangguan Jiwa Hingga yang Tidak Kapok
- bbc
"Stres seharusnya dapat diatasi sendiri oleh yang bersangkutan maupun bantuan dari lingkungan sekitar."
Akan tetapi, ketika kondisinya semakin parah, stres bisa berubah menjadi suatu gangguan jiwa. Salah satu tandanya, individu tersebut tak mampu mengatasi sendiri stres yang ia alami dan membutuhkan bantuan dari pihak selain sistem pendukung ( support system ) yang ada.
"Ketika kondisi stres itu menjadi berlebihan, mengganggu fungsinya dia sehari-hari, menyebabkan penderitaan yang begitu mendalam untuk dia maupun keluarganya, maka kita sudah masuk area gangguan jiwa," tutur Hervita.
Mengamuk menjadi salah satu gejala gangguan jiwa yang bisa berawal dari stres. Ketika hal itu terjadi, pendampingan, terutama dari pihak ketiga, sangat diperlukan untuk memulihkan kondisi kejiwaannya.
"Mau pendampingan spiritual, mau keagamaan, pokoknya pendampingan," tuturnya.
Menurut Hervita, pada kelompok itu, 90% di antaranya sembuh setelah mereka mengeluarkan perasaan mereka alias curhat selama masa pendampingan itu.
"Jadi betul-betul dia hanya mengeluarkan semua perasaannya, semua pikirannya, apapun dengan bebas, tanpa merasa dihakimi," imbuhnya.
Menurutnya, keberadaan panti-panti rehabilitasi yang melayani para caleg gagal bisa membantu proses penyembuhan itu.
"Karena terus ada tempat dia untuk curhat , boleh ngeluarin apa pun."
Harapan usai gagal
Setelah gagal di percobaan pertama, Arif langsung kapok. Ia tak mau lagi mempertaruhkan segalanya untuk menduduki jabatan sebagai anggota dewan.
"Nggak mau nyaleg (lagi) saya. Mau kerja aja, mau bisnis," imbuh Arif pelan.
Ia berencana akan menebus sertifikat usaha SPBN yang ia gadaikan ke bank. Ia ingin kembali ke keluarganya setelah bisa menerima kekalahan.
"Kalau sudah sembuh total saya mau pulang," ungkapnya.
Delianur tidak menutup kemungkinan untuk kembali nyaleg di kesempatan berikutnya - BBC
Berbeda dengan Arif, Delianur tidak menutup pintu pencalegan untuk ketiga kalinya. Meski dua kali gagal dan harta terkuras banyak, ia masih punya sedikit asa di sana.
"Saya belum kepikiran lagi, saya masih berhitung-hitung," ujarnya.
Sang istri, Jani, pun akan mendampingi upaya sang suami bila jadi nyaleg lagi.
"Kita kan sepakat dari awal bahwa kita akan membangun keluarga ini atas dasar kompetensi. Ketika misalnya ini belum takdirnya nih 2014, siapa tahu ada takdir di tahun-tahun berikutnya, ya kompetensi itu sudah siap, tidak harus dadakan," ujarnya.
Yang jelas, Delianur tahu apa apa yang harus ia siapkan seandainya pilihan itu benar-benar ia jalani.
"Siap kalah aja. Hahaha..."