Kisah Para Caleg Gagal: Dari Gangguan Jiwa Hingga yang Tidak Kapok
- bbc
"Sudah berbuat apa kamu kepada kedua orang tua?" tuturnya mencontohkan salah satu sesi curhat itu.
"Penting sekali memberikan ceramah kepada ibu kamu. Kebanyakan ya menangis. `Aduh, Mbah, saya banyak dosanya, Mbah`," kisah Supono.
"Baru saya mengatakan (bahwa) dia sembuh kalau dia sudah menangis, menciumi kakinya ibu, saya tahu bahwa dia sembuh," ungkapnya.
Pasien Panti Rehabilitasi Jiwa dan Narkoba Mustajab diajak berjalan pagi dua kali seminggu sebagai salah satu bentuk terapi alamiah - BBC
Supono menerapkan tiga jenis pendekatan dalam menyembuhkan pasiennya: pendekatan ilmiah, pendekatan alamiah, dan pendekatan ilahiah.
Pendekatan secara ilmiah artinya pengobatan secara medis, di mana dokter spesialis kejiwaan di rumah sakit jiwa yang dikelolanya akan menangani pasien. Menurutnya, pasien dengan tingkat gangguan jiwa sedang hingga berat akan ia rujuk ke sana.
"Cara dia dibawa ke sini itu kelihatan sudah parah apa belum? Masih meronta, apa nyanyi sendiri, apa joget, apa mencak-mencak , apa mukul-mukul? Kalau yang sudah keras-keras, mukul-mukul, ya saya langsung masukkan ke klinik utama, ditangani dokter," ucap Supono.
Pendekatan secara alamiah berarti sang pasien akan `mondok` di kampung tempat panti rehabilitasi berada. Suasana khas pedesaan - tak ada suara bising kendaraan lalu lalang, hanya bunyi ayam berkokok, embusan angin, gemericik air, hingga lenguhan sapi - dan gaya hidup sederhana membantu memberi ketenangan yang dibutuhkan caleg stres.
Suasana asri dan tenang Desa Bungkanel membantu membawa ketenangan batin bagi pasien - BBC
Sementara pendekatan secara ilahiah adalah penyembuhan dengan jalan mengasah sisi spiritual para caleg stres dengan secara rutin mengajak mereka berdoa, beribadah, dan berbagi cerita.
Itulah yang dijalani Arif selama tiga pekan terakhir `mondok` di sana. Ia dianggap mengalami gangguan jiwa ringan, sehingga - selain pendekatan alamiah - pendalaman agama menjadi fokus utama proses penyembuhan.
"Agamis. Herbal. Untuk pertama-tamanya saya dimandikan malam, biar syarafnya lancar bilang Pak Ustaz. Terus pagi jalan keliling kampung, dikawal sama pegawai. Siang ngaji. Pokoknya agamanya diperkuat," jelas Arif pelan.
Perlahan, ia merasa lebih tenang dan mulai bisa menerima kekalahan.
"(Saya) belajar salat, belajar ngaji. (Mbah Pono) selalu mengingatkan saya untuk salat. Kalau saya terlambat salat, dibangunin. Jadi sudah seperti mama saya, selalu mengingatkan," jelas Arif dengan senyum tipis.
Arif tidak mengizinkan keluarganya menemani masa rehabilitasinya di Purbalingga. Ia minta ditinggal sendiri untuk memulihkan diri.
Suasana Desa Bungkanel yang tenteram dan alami amat membantu mempermudah proses penyembuhannya.
"Yang jelas, nyaman di sini saya, Mas."`
Dua kali gagal, dua kali bangkit
Nasib serupa tapi tak sama dialami Delianur, pria berusia 41 tahun asal Sukabumi, Jawa Barat, yang maju dalam pemilu legislatif tahun 2014 dan 2019. Tak satu pun dari kedua upayanya membuahkan hasil.
"Siap kalah aja," ujarnya tercengir saat ditemui di rumahnya di kawasan Soreang, Kabupaten Bandung.
Delianur, caleg yang dua kali gagal lolos pileg namun mampu segera bangkit dari rasa kecewa - BBC
Ayah dua anak itu pertama kali ditawari nyaleg langsung oleh ketua umum Partai Amanat Nasional kala itu, Hatta Rajasa. Ia tengah bekerja di Kementerian Koordinator Perekonomian tahun 2012 lalu - di mana Hatta menjabat sebagai menterinya - ketika tawaran itu disodorkan dua kali.
"Saya pulang ke Bandung, saya ngobrol, ketemu dengan beberapa orang teman saya, ketemu dengan istri saya, ceritakan semuanya, akhirnya mereka kemudian mendukung," tutur Delianur yang aktif berorganisasi semasa berkuliah.
Pada pencalegannya yang pertama itu, ia bertarung habis-habisan.