Jelang Pilpres, BPN: #2019GantiPresiden Tak Lama Akan Jadi Kenyataan
- VIVA/M Ali Wafa
VIVA – Pencoblosan Pilpres 2019 tinggal menyisakan sebelas hari lagi. Kubu Badan Pemenangan Nasioanal atau BPN Prabowo Subianto-Sandiaga Uno optimistis jagoan mereka bisa merebut takhta kursi kepemimpinan RI periode 2019-2024.
Anggota BPN, TB Ardi Januar mengatakan, gerakan yang sempat heboh yaitu #2019GantiPresiden diprediksinya mendekati kenyataan. Dinamika di masa kampanye ini, menggambarkan dukungan masyarakat yang diklaim ke duet Prabowo-Sandi.
"Tagar #2019GantiPresiden tak lama lagi akan menjadi kenyataan. Posisi Prabowo-Sandi saat ini di ambang kemenangan. Rakyat Indonesia dari Sabang sampai Merauke, kompak menyuarakan perubahan," kata Januar, dalam keterangannya, Jumat 5 April 2019.
Dia tak menampik selama proses kampanye, serangan dan rintangan menghampiri Prabowo-Sandi. Namun, ia menyindir serangan itu hanya sebagai kepanikan kubu rival akan melesatnya pasangan nomor nurut 02 itu.
Kata Januar, dengan mencontohkan kubu rival yang sempat memanaskan dengan menggoreng isu ideologi khilafah, jelang debat capres keempat. Usai itu, muncul isu serangan Islam Prabowo Subianto diragukan.
"Lawan Prabowo selalu merasa paling Pancasila dan kerap menolak politisasi agama. Tetapi, serangan mereka selalu tentang politik identitas. Hari ini, mereka menakuti publik dengan isu khilafah, besok mereka sendiri yang membuat framing Islam Prabowo diragukan," ujar Januar.
Lalu, ia juga menyinggung cara lawan yang menyerang pendukung Prabowo dengan dugaan meretas akun sosial media. Bagi dia, cara ini seperti politik adu domba namun gagal karena publik sudah cerdas menilai.
"Serangan fitnah juga menerpa orang-orang di sekitar Prabowo. Banyak akun sosmed diretas. Ustaz Haikal Hassan, Ferdinan Hutahaean, dan Arif Poyuono menjadi korban. Politik adu domba mereka lakukan. Sayang, publik tidak sebodoh yang mereka bayangkan," tutur politikus Gerindra itu.
Survei Tak Mempan
Juru Bicara BPN, Suhendra Ratu Prawinegara mengatakan, hasil sejumlah lembaga survei yang mengungguli kubu petahana sudah tak rasional dan tak mempan. Bagi dia, survei yang menyebut elektabilitas Jokowi-Ma'ruf dengan Prabowo-Sandiaga Uno masih selisih dua digit sebagai kelucuan.
"Hasil survei ini bagi kami lucu. Bukan kami tidak menghargai teori dan kaedah akademis," kata Suhendra kepada VIVA, Kamis 4 April 2019.
Dia menekankan, fenomena di masyarakat seperti tak ditangkap lembaga survei. Kata dia, seperti lautan massa saat kampanye Prabowo-Sandi di daerah tak menjadi acuan.
"Ini kok ganjil ya, apa iya dengan fenomena lautan massa, antusiasme kaum emak-emak elektabilitasnya selisih begitu besar jaraknya? No make sense!" tutur Suhendra. (asp)