Logo BBC

Pedagang Kopi dan Eks Tukang Ojek Mengadu Nasib Menjadi Wakil Rakyat

Eha menjajakan kopinya di Pasar Kranggot, Cilegon, Banten, setiap hari sejak pukul satu dini hari hingga pukul delapan pagi - BBC Indonesia
Eha menjajakan kopinya di Pasar Kranggot, Cilegon, Banten, setiap hari sejak pukul satu dini hari hingga pukul delapan pagi - BBC Indonesia
Sumber :
  • bbc

Nyaleg untuk kedua kali

Pagi itu, 22 Maret 2019, Awi membawa serta ratusan warga di sekitar rumahnya di kecamatan Tuminting untuk ikut dengannya bertatap muka dengan warga Bunaken Kepulauan yang menjadi salah satu daerah pemilihannya.

"Awalnya saya minta 40 orang saja, tapi jadi hampir 200," ujar Awi kepada BBC dalam perjalanan laut dari daratan kota Manado ke lokasi tujuan.

Setibanya di sana, sebuah tenda berwarna hijau telah berdiri lengkap dengan panggung kecil dan sistem pengeras suara. Spanduk bergambar wajahnya ditempel di salah satu sisi panggung, sementara ratusan kursi plastik disusun berderet-deret untuk warga.

Awi kembali mencalonkan diri sebagai anggota legislatif DPRD Kota Manado periode 2019-2024. Ia mencoba melanjutkan jabatan yang diembannya kini.

"Jadi atau tidak jadi (terpilih), saya masih tetap anggota DPRD hingga 11 Agustus 2019," ucap Awi kepada warga dalam pidato pembukaannya.

"(Hari ini) saya akan mendengarkan kerinduan Bapak-Ibu, apa yang terlewati oleh pemerintah, apa yang kemudian yang diinginkan masyarakat yang hari ini tidak kesampaian," sambungnya.

Sesi tatap muka tersebut berlangsung selama dua jam, di mana dalam sesi tersebut, beberapa warga mengungkapkan keluhan dan harapan mereka kepadanya.

Seperti Syafrudin Adam, yang mengeluhkan jaringan listrik PLN yang tidak stabil di perkampungan yang dikenal sebagai destinasi wisata air itu.

"Kalau siang di sini sering mati lampu terus, sedangkan keperluan masyarakat sini waktu siang itu butuh sekali," ungkapnya.

Sementara warga lainnya, Yulfa Racib, berharap Awi benar-benar bisa menyalurkan aspirasi warga Bunaken Kepulauan kepada pemerintah. Ia kecewa dengan kinerja wakil rakyat lain yang pernah mampir ke desa tempatnya tinggal.

"Dari anggota DPR-DPR yang lalu-lalu sudah (berkunjung), sudah kami mintai tolong, tapi tidak ada balasan," ujarnya. "Insya Allah Pak Awi membawa amanah, sebab Pak Awi seperti kami dulu, jualan ikan di pasar."

Awi kini duduk di komisi yang mengurusi isu kesejahteraan rakyat di DPRD Kota Manado. Dalam kesempatan keduanya, jika kembali terpilih, ia ingin bisa mewakili kepentingan para pedagang.

"Memang harapan teman-teman, pertama, dari pedagang ikan. Teman-teman pendukung ini dari berbagai kalangan, ada dari pengusaha, ada dari toko pedagang, ataupun ikan," ujarnya.

`Caleg Awi` yang sekarang berbeda dengan `caleg Awi` tahun 2014 lalu. Kali ini, ia sudah memiliki modal sosial yang lebih besar, begitu pula dengan modal finansial yang memudahkan langkahnya berkampanye.

"Laporan kita ke panitia penyelenggara (pemilu) itu - baru kita menyediakan atribut partai saja, APK itu - yaitu kurang lebih ada Rp100 juta," beber Awi. "Kalau mau bilang dilipatgandakan ya mungkin ada kenaikan hampir 1.000 persen."

Tidak hanya dari segi politik, kehidupan pribadi keluarga Awi pun kini membaik.

Ia memutuskan untuk membeli rumah bekas yang lebih besar, tak jauh dari tempat tinggal lamanya, dengan alasan agar bisa menampung lebih banyak masyarakat yang ingin berkunjung untuk menyampaikan aspirasi.

"Rumah tua yang saya tempati hari ini - dengan harga waktu itu Rp250 juta - itu pun dibayar cicil," ungkap Awi. Tiga kesempatan kami mengunjungi rumahnya, tempat itu selalu ramai dikunjungi para tetangga.

Sementara sepeda motor yang dulu dipakainya untuk menarik ojek sudah ia jual. Kini ia menggantinya dengan motor lain.

"Motor masih kredit, diambil jangka waktunya itu 1,5 tahun," tuturnya.

Namun demikian, Awi mengklaim, pribadinya tidak pernah berubah. Ia masih ingin menuntaskan pekerjaannya sebagai anggota dewan yang dianggapnya belum tuntas.