Kampanye Terbuka, Mampukah Jokowi dan Prabowo Tarik Pemilih Baru?
- bbc
Kampanye terbuka, yang mulai digelar hari Minggu (24/03) hingga tiga minggu ke depan, dinilai kurang efektif untuk mendulang suara swing voters atau undecided voters dibandingkan kampanye door to door, kata seorang pengamat.
Kampanye dengan metode rapat umum, atau yang biasa disebut dengan kampanye terbuka atau kampanye akbar, mulai digelar 24 Maret hingga 13 April 2019, satu hari sebelum masa tenang Pemilu.
Pada hari pertama kampanye terbuka, Joko Widodo berkampanye di Provinsi Banten, sedangkan Prabowo Subianto berkampanye di Manado, Sulut dan di Makasar, Sulsel.
Secara bergantian ke dua pasangan itu akan menggelar kampanye terbuka di dua zona wilayah, Zona A dan Zona B, yang masing-masing terdiri dari 17 provinsi, yang sudah ditetapkan KPU.
Selama periode ini, baik kubu Jokowi dan Prabowo diperbolehkan menyampaikan gagasan mereka secara langsung kepada masyarakat luas melalui mekanisme kampanye akbar.
Meski begitu, pengamat politik dari Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta, Adi Prayitno, mengatakan model kampanye ini hanya bermanfaat untuk mengkonsolidasi masyarakat yang memang sudah mantap memilih baik Jokowi atau Prabowo.
Kampanye terbuka, yang biasa dimaknai dengan arak-arakan dan mengumpulkan sejumlah massa di lapangan besar, ujarnya, juga bisa bermanfaat untuk memamerkan kekuatan masing-masing.
Namun, kata Adi, bentuk kampanye seperti itu tidak akan mampu menyentuh kalangan swing voters (calon pemilih tidak loyal) atau undecided voters (calon pemilih yang belum menentukan pilihan) yang jumlahnya masih besar, yakni mencapai 11 hingga lebih dari 20 persen menurut berbagai survei.
" Swing voters nggak akan ikut arak-arakan karena mereka ragu mau memilih atau tidak. Jangan lupakan, swing voters kita besar lho," kata Adi.