Ketua KPU Merasa Sakit Hati gara-gara Kerap Jadi Sasaran Hoax

Ketua Komisi Pemilihan Umum (KPU), Arief Budiman
Sumber :
  • ANTARA FOTO/Dhemas Reviyanto

VIVA – Ketua KPU RI Arif Budiman mengaku sakit hati dan tidak bisa diam dengan berbagai hoax atau berita bohong dan serangan peretasan terhadap lembaga yang dipimpinnya. Hoax, bahkan menyerang pribadinya.

Jangan Jadi Korban! Lindungi Rekening Anda dari Modus Penipuan QRIS Palsu

Arief mengaku selama ini, ia kerap mendiamkan hoax yang diterimanya. Namun, pemberitaan hoax tentang tujuh kontainer surat suara telah tercoblos, dia mengaku sakit hati dan tak bisa diam.

"Saya sakit hati itu. Kalau kontainer kan, perintah dari saya seharusnya. Saya marah betul, ini keterlaluan. Kemudian saya lapor, sudah lapor dibilang lebay," katanya dalam seminar sasional "Prospek Demokrasi Elektoral Indonesia dalam Penyelenggaraan Pemilu Tahun 2019" di Balai Kota Semarang, Selasa 19 Maret 2019.

2 Pria Ditangkap Buntut Sebar Hoaks Soal Warga vs Truk di Tangerang

Hoax lain yang menyerang KPU adalah tudingan tak berdasar bahwa KPU mendata orang gila. Ia menjelaskan, yang didata adalah orang gangguan jiwa ringan dan temporer, bukan orang yang tidak bisa mengidentifikasi diri.

"Saya jelaskan bahwa yang didata KPU adalah ODGJ (Orang dengan Gangguan Jiwa), dan bukan orang dengan penyakit gila yang sudah tidak bisa mengenali dirinya sendiri. Itu bukan yang di pinggir jalan, yang tidak pakai baju, mengenali diri tidak bisa, bukan itu," ujarnya.

KPU Gandeng Sejumlah Pihak untuk Cegah Hoaks dan Polarisasi di Pilkada 2024

"Kalau lihat wajah kalian, mungkin masuk (ODGJ), banyak utang, putus pacar, ribut dengan suami. Jangan dikira, kalau saya diperiksa psikiater, mungkin masuk ODGJ. Saya jam 01.00 WIB belum bisa tidur, itu termasuk ODGJ," katanya.

Dia juga menyayangkan, para pembuat hoax yang menyerang pribadinya. Ia pernah dikatakan sebagai saudara aktivis So Hok Gie hingga dipermasalahkan netralitasnya. Meskipun, Arief menanggapi hoax itu dengan cukup santai.

"Saya tidak marah, saya biarkan, bikin saja keterangan, karena era milenial saya bisa gitu (di media sosial), 'nama sama, tapi orangnya beda, keles'," ujarnya.

Namun, justru yang lebih membuatnya tak habis pikir adalah pelaku pembuat hoax yang menyerang KPU justru dari kalangan anak-anak SMA. 

"Yang sebar dan meng-hack, sebagian anak-anak SMA. Anak-anak kita yang pintar itu, melakukan hal seperti itu, siapa yang ajarkan? Saya tidak pernah marah, ketika ada hal penting dan substansial ganggu pemlu kita, ya, kita lawan," katanya. (asp)

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya