Peretasan dan Jejaring Sosial Jadi Medan Perang Jelang Pemilu 2019
- abc
Sementara itu kantor berita Reuters melaporkan sejumlah "buzzer", konsultan media sosial, dan pengamat menyebutkan adanya operasi dalam media sosial yang menyebarkan propaganda kedua kandidat presiden, yakni Joko Widodo dan Prabowo Subianto.
Meski kedua tim pemenangan membantah menggunakan "buzzer" atau menyebarkan berita-berita palsu untuk menyerang lawannya, laporan tersebut menemukan adanya buzzer yang menyediakan akun-akun untuk melayani kepentingan politik.
"Medan perang kita adalah media sosial, konten yang kita buat jelang pemilu dapat meraih setidaknya satu juta orang setiap pekan," ujar pemilik akun atas nama Janda kepada Reuters.
Janda dilaporkan memiliki 2.000 pengikut palsu di akun Twitternya yang berterima kasih kepada pemerintahan di bawah Presiden Joko Widodo yang telah meningkatkan kehidupannya sebagai seorang ibu muda.
Tiga buzzer lainnya mengakui mengendalikan ratusan akun media sosial yang juga telah dipersonalisasi mengatasnamakan masing-masing kandidat, satu di antaranya membantah menyebarkan berita palsu dan dua lainnya mengatakan tidak peduli dengan akurasi konten yang mereka buat.
Sejumlah pengamat dan praktisi telah meminta masyarakat Indonesia lebih berhati-hati saat menerima informasi yang sifatnya menyerang kedua kandidat, termasuk jika ada klaim dari keduanya yang bertolak belakang dengan fakta dengan mengecek kebenarannya.