Ketua GP Ansor Sebut Eks HTI dan Islam Radikal Ada di Kubu Prabowo
- VIVA/Dhana Kencana
VIVA – Ketua Umum Gerakan Pemuda Ansor, Yaqut Cholil Qoumas, mencurigai bahwa Hizbut Tahrir Indonesia (HTI) dan organisasi kemasyarakatan radikal lainnya saat ini berada di belakang kubu Prabowo Subianto – Sandiaga Uno.
Yaqut berpadangan, penilaian itu sejalan dengan apa yang sudah disampaikan sebelumnya oleh Ketua Umum PPP Romahurmuziy. Kelompok- kelompok yang ingin menanamkan pahamnya sendiri di Indonesia, disebut tak mendapat tempat di era pemerintahan Jokowi, dan HTI sendiri sudah dinyatakan sebagai organisasi terlarang.
“Cara pandang saya dengan Rommy dalam konteks ini tidak berbeda. Kami melihat memang kelompok-kelompok yang selama ini berpikiran keras, menyatu di sana (kubu Prabowo). Yaitu eks HTI ataupun kelompok yang selama ini menyebarkan paham Islam yang radikal," kata Yaqut dalam keterangan tertulisnya, Kamis, 7 Maret 2019.
Yaqut mengatakan bahwa banyak eks anggota HTI kecenderungan memilih Prabowo hal yang wajar. Jika Prabowo menang, kesempatan kembali untuk menyebarkan paham yang diyakini mereka akan lebih terbuka.
Namun di sisi lain, ia memandang hubungan Prabowo dengan HTI dan organisasi radikal lainnya itu hanya sesaat karena momentum pemilu. Keduanya saling berkompromi demi melawan calon presiden petahana, Jokowi.
"Karena melihat peluang paling mudah jika menang untuk bisa kembali mendakwahkan paham yang mereka yakini. Tapi kalau di Jokowi yang terpilih hal itu tertutup, sulit. Kalau di Prabowo itu relatif lebih longgar," kata Yaqut.
Sebelumnya, Romahurmuziy atau disapa Rommy, menyebut kelompok yang menginginkan khilafah dan mengubah Pancasila seperti Hizbut Tahrir Indonesia (HTI) saat ini berkumpul di kubu Prabowo Subianto-Sandiaga Uno.
Menurut Rommy, ormas seperti HTI telah dinyatakan terlarang setelah berkonsultasi dengan ormas besar Islam dan pemuka agama.
Selama ini, kata Rommy, sejumlah kelompok Islam garis keras, termasuk HTI, membangun narasi bahwa Prabowo merupakan pembela Islam. Namun kenyataannya, narasi itu terbukti bertolak belakang dengan fakta yang ada. (ase)