BPN: Jualan Tol Tak Laku, Sekarang Jualan Kafir
- ANTARA FOTO/Adeng Bustomi
VIVA – Hasil Musyawarah Nasional Alim Ulama dan Konferensi Besar Nahdlatul Ulama 2019, memutuskan beberapa persoalan bangsa. Salah satu yang memantik kontroversi adalah larangan penggunaan istilah kafir terhadap orang-orang di luar Islam.
Juru Kampanye Prabowo Subianto-Sandiaga Salahuddin Uno, Muhammad Syafi'i menduga, larangan ini terbit, karena jualan soal infrastruktur dari kubu Joko Widodo-Ma'ruf sudah tidak laku lagi.
Dia tak memungkiri, larangan ini pasti memiliki muatan politik dan terkait dengan pemilihan umum.
"Mungkin, karena jualan tol tidak laku lagi, jualan kartu-kartu tidak laku lagi, sekarang jualan kafir. Pasti ada unsur politik dan sangat terkait dengan pemilu," kata Syafi'i, saat dihubungi VIVA, Senin 4 Maret 2019.
Syafi'i sangat tidak setuju dengan keputusan ini. Karena itu, dia mempertanyakan soal pelarangan penggunaan istilah kafir untuk non Muslim.
"Selain tidak setuju, saya juga merasa aneh dengan keputusan tersebut. Ada apa dibalik keputusan itu? Saya kira ini hanya untuk politik," katanya.
Syafi'i menjelaskan, lebih dari 500 istilah kafir dalam Alquran, juga terdapat dalam hadis nabi. Tidak mungkin, munas bisa membatalkan Alquran.
"Masa iya, munas bisa membatalkan Alquran? Saya takut, ada amandemen lagi," kata politisi Partai Gerindra ini.
Ditegaskan Syafi'i, putusan dalam munas itu sudah melampaui batas. Melampaui apa yang telah ditetapkan Allah kepada manusia. (asp)