Ketum PPP: Puisi Neno Awal Kesesatan
- Dok. PPP.
VIVA – Ketua Umum PPP, Romahurmuziy atau biasa disapa Rommy angkat bicara mengenai puisi Neno Warisman di acara Munajat 212. Menurut Rommy, puisi yang dibacakan Neno merupakan penggalan doa Nabi Muhammad SAW saat akan menghadapi perang badar.
Menurut Rommy ada perbedaan konteks dalam doa Nabi Muhammad SAW dengan saat dibaca oleh Neno Warisman. Rommy menyebut jika kondisi Indonesia saat ini berbeda dengan saat perang badar.
Rommy mengungkapkan kondisi Indonesia saat ini dalam kondisi menyambut pesta demokrasi. Pesta demokrasi ini disebut Rommy dalam keadaan yang menyenangkan dan jauh dari kondisi seperti saat Perang Badar.
Rommy menerangkan jika apa yang dilakukan Neno Warisman di Munajat 212 adalah sebuah politisasi agama. Politisasi agama justru berlebihan dan secara tak langsung merendahkan Islam.
“Yang dilakukan Mbak Neno ini adalah awal kesesatan. Menilai diri paling beragama daripada orang lain. Ini politisasi agama secara membabi buta yang kemudian menutupi kemuliaan agama itu. Konteks saat ini berbeda dengan masa Perang Badar dahulu,” ujar Rommy di Ponpes Pandanaran, Sabtu malam, 22 Februari 2019.
Rommy menyebut pengkondisian Indonesia seperti saat ini yang dianggap seperti perang badar dianggap bisa memunculkan ketakutan dan kekhawatiran masyarakat. Ketakutan dan kekhawatiran masyarakat ini nantinya justru akan melahirkan apatisme dalam politik.
“Kedepankan kontestasi secara santun karena masyarakat kita butuh situasi yang sejuk dan damai. Ini pertarungan politik biasa. Di sana ada ulama di sini ada ulama. Jangan kemudian mengintimidasi masyarakat kita melalui kontestasi ini yang membuat rakyat apatis pada politik,” ucap Rommy.
Ketakutan masyarakat karena adanya politisi yang mengusung kampanye politik yang menakut-nakuti ini dikhawatirkan bisa menurunkan angka partisipasi masyarakat dalam pemilu.
“Jangan membuat partisipasi pemilu kita turun dari 2014 yang mencapai 75 persen dan dampaknya masyarakat takut dengan hasil pemilu yang disebabkan kampanye politik yang menakut-nakuti. Pemimpin baik itu membangun optimisme bukan menakut-nakuti,” kata Rommy.