Visi Poros Maritim Jokowi Juga Sasar Pembangunan Nelayan
- VIVA.co.id/Nur Faishal
VIVA – Visi Indonesia sebagai poros maritim dunia tetap menjadi andalan pasangan calon presiden Joko Widodo dan calon wakil presiden Ma'ruf Amin.Â
Poros maritim dunia, menjadi salah satu andalan bagi Joko Widodo selama empat tahun menjadi Presiden RI bersama Wakil Presiden Jusuf Kalla. Fokusnya adalah pembangunan tol laut, yang mengintegrasikan kepulauan di Indonesia yang banyak. Tapi, pada Pilpres 2019, poros maritim juga menyasar sektor nelayan.
Menurut Sekjen PDI Perjuangan, Hasto Kristiyanto, pasangan petahana itu memang ingin menjadikan kedaulatan di sektor kelautan sebagai salah satu prioritasnya.
"Pertama sebagai doktrin dalam menjalankan politik luar negeri, Indonesia sebagai poros maritim dunia. Ini gaungnya bisa diterima. Apalagi pendekatan-pendekatan berdasarkan aspek geopolitik. Indonesia di antara dua benua dan dua samudera. Doktrin ini harus dijalankan," ujar Hasto, di kantor DPP PDI Perjuangan, Jalan Diponegoro, Menteng, Jakarta, Kamis 27 September 2018.
Pembahasan dan penjabaran visi ini, menurut dia, sudah dikaji Tim Kampanye Nasional. Selanjutnya, bagaimana menjabarkan itu dalam pesan-pesan kampanye yang akan dilakukan oleh pasangan calon maupun tim kampanye nantinya.
Selain konektivitas, konsep poros maritim juga menempatkan nelayan atau petambak budi daya menjadi objek pembangunan.
"Dengan menempatkan nelayan sebagai pilar di dalam mewujudkan hal tersebut," kata Hasto yang juga menjabat wakil sekretaris Tim Kampanye Nasional (TKN) Jokowi-Ma'ruf.
Hasto menambahkan, salah satu poros maritim yang telah dijalankan Jokowi saat ini ialah tol laut. Pembangunan infrastruktur secara masif, membawa dampak positif pada harga komoditas dan memotong rantai distribusi yang selama ini tergolong rumit serta membuat kesenjangan harga-harga barang antara Indonesia bagian timur dan barat.
"Membangun integrasi antara wilayah kita ada peningkatan juga cukup signifikan. Dan ini berdampak tidak hanya pada stabilitas harga tapi juga tumbuh kembangnya ekonomi di wilayah, sebelumnya praktis tidak terjangkau," tutur Hasto.Â