Komedian yang jadi Senator DPD Kalahkan Perolehan Suara 2 Pasangan Capres di Aceh
- Instagram @sudirmanhajiuma
Aceh – Caleg DPD RI Dapil Aceh, Sudirman alias Haji Uma meraup suara tertinggi di Pemilu Legislatif (Pileg) 2024. Perolehan suara Haji Uma itu merujuk hasil rekapitulasi suara pemilu 2024 tingkat Provinsi yang dilakukan Komisi Independen Pemilihan (KIP) Aceh sejak 5 Maret dan berakhir pada Rabu dini hari, 13 Maret 2024.
Haji Uma mampu meraup 1.060.991 suara. Perolehan suara caleg petahana DPD itu lebih tinggi jika dibandingkan dengan perolehan suara pasangan capres cawapres. Dua pasangan capres cawapres yang dikalahkan itu Prabowo-Gibran dan nomor urut 3 Ganjar-Mahfud di Aceh.
Di Aceh, Prabowo-Gibran meraup suara 787.024. Sementara, duet Ganjar-Mahfud dapat 64.677 suara. Kemudian, pasangan Anies-Muhaimin jadi yang tertinggi dengan 2.369.534 suara.
Prabowo-Gibran
- Istimewa
Sebagai informasi, jumlah calon anggota DPD RI dari Aceh di Pemilu 2024 ada 29 orang. Dari total kandidat tersebut, hanya empat calon dengan pemilik suara tertinggi yang bakal terpilih.
Dengan kondisi itu, Haji Uma dipastikan kembali melenggang ke Senayan menyabet kursi di DPD RI yang ketiga kalinya.
Di Pemilu 2014, Haji Uma untuk kali pertama terjun ke dunia politik. Ia menyabet 136.964 suara dan berada di urutan ketiga suara terbanyak di DPD dapil Aceh.
Lalu, di 2019, Haji Uma peroleh 960 ribu lebih. Jumlah suaranya itu juga mengalahkan jumlah suara pasangan Jokowi - Ma’ruf Amin kala itu di Aceh.
Haji Uma merupakan komedian Aceh yang membintangi serial film ‘Eumpang Breuh’ yang ditunggu-tunggu tayang oleh masyarakat Aceh. Film tersebut sudah punya 13 episode yang dirilis setiap tahun. Nama Haji Uma melejit dari film yang dibintanginya itu.
Selain Haji Uma, tiga caleg DPD RI Dapil Aceh yang meraup suara tertinggi yaitu Tgk Ahmada sebanyak 207.464. Lalu, ada istri Irwandi Yusuf yaitu Darwati A Gani dengan 184.528 dan Azhari Cage sebanyak 150.934 suara.
Pilpres 2024 Dinilai Mulai Geser Demokrasi RI Jadi Otokrasi Elektoral yang Mengkhawatirkan
Pilprres 2024 dinilai sebagai fenomena yang mengkhawatirkan bagi demokrasi Indonesia karena mulai menggeser demokrasi Indonesia menuju otokrasi elektoral.
