Mengintip Kebijakan Ekonomi Prabowo dan Jokowi Bila Berkuasa

Pertemuan Presiden Jokowi dan Prabowo Subianto.
Sumber :
  • ANTARA FOTO/Widodo S. Jusuf

VIVA – Direktur Lembaga Pemilih Indonesia, Boni Hargens membandingkan dimensi ekonomi jika Joko Widodo maupun Prabowo menang. Ia yakin Jokowi akan mampu mengatasi ketimpangan, sedangkan konsep ekonomi yang ditawarkan Prabowo cenderung sulit diterapkan.

Kader Gerindra Banten Bakal Ramaikan Pelantikan Prabowo Subianto sebagai Presiden di Jakarta

"Ekonomi keumatan, merupakan arus baru perekonomian Indonesia yang merupakan jalan tengah terbaik untuk mendamaikan ekonomi pasar dengan ekonomi rakyat/umat. Fokusnya mengatasi ketimpangan," kata Boni dalam diskusi di kawasan Kuningan, Jakarta, Jumat 4 Januari 2018.

Ia menilai, ekonomi keumatan tak hanya didasarkan pada hukum pasar. Tetapi, solidaritas yang bersumber pada religiusitas.

Istri Andre Taulany Diduga Pernah Hina Prabowo Sakit Jiwa di Pilpres 2019

"Sentrum dari ekonomi keumatan adalah keadilan berbasis solidaritas sosial," kata Boni.

Sementara itu, ia melanjutkan visi ekonomi Prabowo merupakan kombinasi prinsip liberal dan nasionalisme kerakyatan. Tetapi, sebagian besar sudah dilakukan di pemerintahan Jokowi.

Istana Respons Hasil Survei Tingkat Kepuasan Publik Terhadap Kinerja Pemerintahan Jokowi

"Dengan kata lain, tak ada yang baru. Tapi ada sejumlah kebijakan kontroversial. Di antaranya, program oke oce. Program ini duplikasi dari ekonomi gado-gado yang diterapkan di DKI Jakarta. Secara faktual, Sandi tak membantah program itu gagal diterapkan," kata Boni.

Ia menambahkan, rencana kebijakan kontroversial lainnya misalnya menghapus dan mengubah sejumlah komponen pajak. Mulai dari PBB yang dihapus hingga menaikkan batas pendapatan tak kena pajak dan menurunkan PPH21.

"Menarik dan seksi untuk pemilih tapi tak bisa dijalankan, sulit diwujudkan, lebih banyak konsep ekonomi menabur janji dan sulit diterapkan, ujung-ujungnya pasti ekonomi liberal yang diterapkan," kata Boni.

 Bahlil Lahadalia Dilantik oleh Presiden Jokowi Menjadi Menteri ESDM

Bahlil: Saya yang Usulkan Pilpres 2024 Ditunda Ketika Jadi Menteri Investasi, bukan Jokowi

Ketua Umum Partai Golkar, Bahlil Lahadalia kembali pasang badan untuk Presiden ke-7 RI, Joko Widodo (Jokowi) bahwa dirinya yang mengusulkan ide agar menunda waktu Pemilih

img_title
VIVA.co.id
31 Desember 2024