Ma'ruf Amin Sebut Setelah 70 Tahun Baru Jokowi Rutin Zikir di Istana
- VIVA/Eduward Ambarita
VIVA – Calon Wakil Presiden Ma'ruf Amin mengaku takjub dengan berbagai keputusan Presiden Jokowi yang tak melupakan kegiatan keagamaan.
Saat memberikan sambutan di Pondok Pesantren Al -Muhajirin, Purwakarta, Ma'ruf menyebut keputusan strategis Jokowi ialah menggelar zikir bersama para ulama secara rutin setiap tahun di Istana Negara.
"Selama 70 tahun tidak ada zikir di Istana. Tapi setelah pak Jokowi Presiden, Majelis Zikir membawa zikir ke Istana. Sudah dua kali setiap 1 Agustus," kata Ma'ruf di Purwakarta, Rabu 3 Oktober 2018.
Selain kegiatan zikir, hal yang kadang luput dari perhatian publik terhadap mantan Gubernur Ibu Kota itu ialah saat menetapkan Hari Santri Nasional yang jatuh tiap tanggal 22 Oktober. Penetapan Hari Santri dimaknai sebagai keputusan serius lantaran tanggalnya bersamaan ketika pendiri Nahdlatul Ulama KH Hasyim Asyari mendeklarasikan Resolusi Jihad.
Deklarasi Reolusi Jihad yang dimaksud terjadi pada tahun 1945 di mana seluruh komponen bangsa berjuang melawan penjajahan Belanda.
"Karena Hasyim Asy'ari membuat fatwa jihad. Kenapa? Bahwa melawan penjajah hukumnya fardhu ain (wajib). Waktu itu tentara belum terkonsolidasi, polisi terkonsolidasi, kondisi waktu itu gawat, tampil pimpinan pesantren Tebu Ireng menyatakan wajib melawan penjajah yang datang kembali," kata Ma'ruf.
Atas dasar sikap yang ditunjukkan Jokowi itu, Ma'ruf menganggap Jokowi sangat menyadari betapa pentingnya peran ulama dan sejarahnya pada masa perjuangan.
Oleh karena itu dia menilai, anggapan miring dari berbagai pihak yang sempat menyudutkan pasangannya itu anti terhadap Islam adalah hal yang salah alamat.
Menurutnya, fitnah dan hoax yang dituduhkan kepada Jokowi dilakukan demi kepentingan politik sesaat.Â
"Beliau ini banyak (diterpa) isu-isu negatif. Sebenarnya Beliau ini seorang yang mutadayyin. Karena itu saya bilang, saya sangat tertarik dengan kepribadian Beliau. Makanya saya siap untuk diangkat menjadi Wakil Presiden." (mus)Â