Tantangan Mengemudi di Malam Hari, Wajib Tahu
- Pixabay/jp26jp
VIVA – Arus balik libur akhir tahun ke DKI Jakarta diprediksi masih akan terus terjadi hingga 7 Januari 2018. Sebab, banyak anak sekolah yang masih menghabiskan liburnya di luar kota.
Tidak sedikit dari para pemudik yang kembali ke Jakarta memilih untuk melakukan perjalanan saat malam hari. Bagi mereka, waktu tersebut lalu lintas cenderung lebih lengang ketimbang siang hari.
Koordinator Jaringan Aksi Keselamatan Jalan, Edo Rusyanto mengatakan, pengendara yang melakukan perjalanan pada waktu tengah malam membutuhkan konsentrasi tinggi.
"Jam biologis manusia, pada rentang waktu itu merupakan saatnya istirahat. Rasa kantuk hadir mendera. Padahal, kita tahu bahwa rasa kantuk akan merongrong konsentrasi," kata Edo kepada VIVA di Jakarta.
Ia menambahkan, berkendara pada malam hingga dini hari punya tantangan tersendiri. Ada sejumlah aspek yang mutlak diperhatikan pengendara, untuk meminimaisir potensi kecelakaan lalu lintas.
Pertama yaitu rasa kantuk. Hal ini bisa merusak konsentrasi, yang pada akhirnya bisa memicu terjadinya kecelakaan.
"Kedua, cahaya yang dipancarkan lampu utama dari kendaraan bermotor dapat menyilaukan mata. Saat penglihatan terganggu, bukan tidak mungkin sang pengendara kesulitan mengendalikan kendaraannya," tuturnya.
Ketiga, minimnya penerangan jalan. Hal ini bisa membuat pengendara sulit mengantisipasi situasi, ketika berhadapan dengan suatu objek yang hadir secara mendadak.
"Rasa lelah juga diperhatikan. Tubuh manusia butuh waktu untuk memulihkan kebugaran. Bila siklus istirahat diubah, tetap saja ada peluang kehadiran rasa lelah. Tubuh yang lelah bisa jadi merusak
konsentrasi," ujarnya.
Adanya rasa bosan atau monoton juga menjadi aspek penting saat berkendara, terutama di jalur lurus yang sepi.
"Aspek ini membuat pengendara menjadi menerawang atau melamun. Juga memungkinkan berhalusinasi, yang ujungnya dapat merusak konsentrasi," jelasnya.