Lebih Baik Isi BBM Mahal, atau Pakai Cairan Penambah Oktan
- ANTARA PHOTO/M Agung Rajasa/ss/aww.
VIVA Otomotif – Ada sejumlah faktor yang memengaruhi performa mobil. Salah satunya tidak menggunakan bahan bakar minyak, atau BBM yang tidak sesuai spesifikasi mesin.
Setiap mesin kendaraan memiliki spesifikasi berbeda-beda, mulai dari volume silinder, kompresi ruang bakar, hingga teknologinya. Pabrikan biasanya merekomendasikan bahan bakar dengan oktan tertentu, sesuai kebutuhan mesin.
Namun masih ada saja pemilik kendaraan yang meremehkannya. Sebagian memilih bahan bakar yang memiliki oktan lebih rendah dari rekomendasi pabrikan, untuk menyesuaikan kondisi kantong.
Terlebih saat ini harga bahan bakar minyak, atau BBM kembali naik. Pemerintah telah mengkerek banderol Pertalite menjadi Rp10 ribu per liter, dan Pertamax Rp14.500 per liter.
Cara mengakalinya agar RON (Researce Octane Number) bahan bakar sesuai kebutuhan mesin, ada saja yang mencampurkan booster, atau cairan penambah oktan ke dalam tangki.
Dealer Technical Support Department Head PT Toyota Astra Motor, Didi Ahadi sempat mengatakan, bahwa lebih baik menggunakan bahan bakar dengan kandungan RON yang sesuai anjuran pabrikan, dari pada menambah oktan booster.
“Pernah punya pengalaman, mobil konsumen rajin pakai oktan booster, pas saya lihat ketika servis besar beberapa komponennya berkerak. Mulai dari filter, saluran bahan bakar, dan injektor ada jelaga atau endapan dan itu susah diberishkan,” ujar Didi.
Artinya lebih baik isi BBM sesuai rekomendasi pabrikan karena sudah disesuaikan dengan spesifikasi mesin. Dibandingkan harus keluar uang banyak saat servis akibat efek buruk cairan tersebut.
Hal senada pernah disampaikan Technical Support, PT NGK Busi Indonesia, Diko Oktaviano. Dia mengatakan, menambahkan cairan seperti oktan booster akan merusak busi.
Jika busi sudah rusak, tentu akan menghambat jalur pengapian ke ruang pembakaran mesin. Sehingga akan menimbulkan kerusakan, jika dibiarkan dalam waktu lama.
“Bisa timbul garis rambut pada sekitar elektroda pusat (busi), jika menggunakan oktan booster. Dengan begitu, aliran listik menuju ke bagian metal shell dapat merusak insulator,” ujar Diko.
Menurutnya saat insulator busi rusak, efek buruk yang pertama kali dirasakan pengguna kendaraan adalah mesin tidak responsif. Karena pengapian tidak sempurna, konsumsi bahan bakar menjadi lebih boros, dan mesin sulit dihidupkan