Rifat: Ban Lebih Bahaya Kekurangan Angin daripada Kelebihan
- Istimewa
VIVA – Mobil membutuhkan ban untuk bisa melaju. Keberadaannya yang perlu, membuat banyak pemiliknya menaruh perhatian lebih. Namun, tak banyak yang tahu, tentang dampak serta akibat dari kurang atau lebihnya tekanan angin di dalam ban.
Pembalap nasional sekaligus pengamat otomotif, Rifat Sungkar menyatakan, bahwa kurang atau lebihnya tekanan ban sebenarnya sama-sama punya risiko. Tetapi, risiko yang dihasilkan ban bertekanan kecil (kurang) cenderung lebih besar.
“Kalau mau aman, pakai tekanan yang dianjurkan pabrik. Kelebihan atau kekurangan angin pada ban, sama bahayanya. Tapi lebih berisiko kalau kekurangan,” ujarnya, di acara Millenial Road Safety Festival 2019, di Jakarta.
Menurutnya, risiko penggunaan ban bertekanan angin besar, hanya sebatas mengurangi kenyamanan mengemudi saja. Sebab tapak yang menempel hanya di bagian kiri dan kanan. Bagian tengah sedikit mengambang. Sehingga, laju mobil jadi kurang terasa halus.
Berbanding terbalik dengan itu, Rifat juga mengungkapkan, kurangnya tekanan angin ternyata bisa menyebabkan ban pecah tiba-tiba. “Bisa pecah tiba-tiba. Soalnya side-wall akan menekuk saat berada di posisi bawah, dan kembali tegak saat berada di atas.”
Ia juga berkali-kali mengingatkan, tentang pentingnya mengisi angin ban sesuai aturan pabrik. Sebab baginya, pabrik yang paling mengerti kondisi mobil tersebut.
“Harus patuh sama pabrik. Kalau mau cek tekanan angin, bisa dilihat di stiker Tyre-Loading Information. Di sana tertulis tekanan yang disarankan,” tuturnya. (kwo)