Review Honda CRF150L di Trek Off Road: Pemula Saja Bisa
- AHM
VIVA – "Serius ini medan, menantang betul. Jalan sedikit jatuh, jatuh lagi, sampai pegal ini pinggang angkat-angkat motor terus. Apa kita balik kanan lagi saja," demikian guyon seorang jurnalis media cetak.
Pertanyaan tak segera dijawab rekan-rekan satu timnya. Namun beberapa saat kemudian ada seorang jurnalis yang coba terus membakar semangat. "Hayooo, maju terus. Enjoy bro, kapan lagi," katanya.
Sejurus kemudian, dipandu seorang marshal, ketujuh jurnalis kemudian langsung kembali bergegas memuntir gas motor CRF150L, di kawasan Bukit Pakar Utara dan Taman Hutan Raya Juanda Kabupaten Bandung Barat. Saya, jurnalis otomotif VIVA, merupakan bagian dari tim tersebut, rombongan 3.
Perjalanan itu merupakan bagian dari kegiatan pengetesan Honda CRF150L. Jika saat peluncuran, motor trail entry-level tersebut langsung diuji coba di Adventure Road Sirkuit Pegedangan Bumi Serpong Damai, Tangerang Selatan, maka pada Rabu 16 November 2017, motor berharga Rp31,8 juta ini diuji keandalannya di medan ala trabas, Dago Pakar.
Ada sejumlah tim yang sudah dikelompok-kelompokan Honda: Jumlahnya empat. Tiga rombongan pertama terdiri dari jurnalis dan beberapa petinggi AHM, sementara satu rombongan lainnya terdiri dari Blogger dan Youtuber.
Banyak Terjatuh
Meski trek yang dilalui cukup berat, sejujurnya saya menikmati. Jalurnya memang cukup menantang. Treknya boleh dibilang lengkap; aspal, berbatuan, tanah gembur, lumpur, dan sebagainya. Termasuk banyaknya jalan keriting perdesaan.
Sebenarnya proyeksi jalur yang mesti ditempuh sejauh 50 kilometer. Tetapi karena ada longsoran, jarak lalu dipangkas panitia menjadi 37 km saja. Meski demikian, sudah cukup untuk memeras dan menilai seberapa tangguh motor yang kami coba.
Touring dimulai dari Armor Cafe menuju Bukit Moko dengan suguhan jalanan perdesaan yang berujung pada jalanan tanah sebagai pembuka keseruan berkendara off-road. Rombongan lalu berhenti sejenak di Bukit Moko sembari menikmati keindahan pemandangan alam Bandung.
Selepas dari Bukit Moko, para rider kemudian dihadapkan pada jalanan dengan tekstur tanah gembur. Jalanan ini hanya bisa dilewati motor dan tentu sangat menantang untuk menguji handling Honda CRF150L. Selingan jalur berbatuan juga sekaligus jadi ajang pembuktian seberapa nyaman suspensi upside down dari Showa yang ditanam pada motor berbasis mesin Verza ini. Trek selanjutnya yakni jalur on road sekaligus menutup rangkaian touring.
Di jalur cross country, kombinasi tanah, pasir dan batu semua aman. Namun di trek tanah basah dan licin, banyak sekali rekan-rekan jatuh bergelimpangan. Saya sendiri harus beberapa kali turun dari motor untuk membantu sejumlah rekan yang terjatuh, meski mereka mengaku sudah ekstra hati-hati, karena memang di sisi jalur tebing cukup dalam.
Suspensi Empuk
Ada yang menarik pada uji coba CRF150L, semua unit yang digunakan standar, seperti baru keluar dari diler. Motor-motornya dilengkapi dengan spion, lampu sein dan spakbor belakang.
Pada awal trek, peserta dihadapkan jalanan aspal. Traksinya cukup mumpuni meski ban yang digunakan model pacul. Bagi pemula seperti saya, ada yang cukup mengganggu, sepatu besar yang kadang membuat 'miss gear'. Serasa robot, berat. Namun belakangan saya sadar sepatu inilah yang membuat kami aman sepanjang perjalanan.
Karena cukup akrab dengan karakter mesin CRF150L dengan motor yang digunakan aktivitas harian, adaptasi sangat cepat. Namun ada yang membuat heran, suspensi yang digunakan benar-benar jempolan. Berbagai trek mampu dilahapnya dengan nyaman.
Peredaman ini membuat saya yang tergolong pemula tak langsung cepat lelah. Mungkin alasan ini pula yang membuat PT Astra Honda Motor melepas para jurnalis dan Blogger hingga Vlogger dengan keyakinan penuh, semua bisa melakukannya. Kondisi demikian juga terasa pada suspensi monoshock belakang, empuk. Meski tak seistimewa bagian depan, tetapi sangat mendukung perjalanan.
Sementara soal mesin, cukup buat pemula. Berbagai medan bisa dilalui dengan baik. Jika tanjakan terasa curam, tinggal gas dalam-dalam. Tetapi ada yang sedikit mengganjal. Entah mungkin karena motor ini diplot sebagai kuda besi penggaruk tanah, putaran atasnya dirasa kurang. Padahal di putaran bawah sangat gagah.
Di atas kertas, Honda CRF150L memiliki daya maksimum 12,91 PS pada 8.000 rpm dan torsi maksimum 12,43 Newton meter pada 6.500 rpm. Tenaga dan torsi ini sebenarnya lebih besar dari kompetitornya, Kawasaki KLX150 dengan daya maksimum 12 PS pada 8.000 rpm dan torsi maksimum 11,3 Nm pada 6.500 rpm.
Cari Aman
Pada uji coba di Dago Pakar, saya tak terjatuh seperti kebanyakan rider lainnya. Ada beberapa penyebab, pertama soal tinggi badan yang cukup untuk mengendalikan CRF150L. Sebab banyak dari rekan-rekan yang memiliki tubuh lebih pendek mudah terjatuh karena ketika dihadapkan pada medan berat, kakinya tak menapak sempurna untuk menopang.
Kedua, opsi cari aman yang saya lakukan. Sejujurnya, meski ban sempat spin berulang kali karena grip yang sudah habis dijejali tanah lilin, namun keseimbangan selalu coba saya jaga.
Gas pun tidak dipuntir dengan cara spontan, namun mengurut pelan sembari mengguncangkan tubuh di jok bagian belakang. Upaya ini berhasil karena traksi perlahan muncul meski ban dalam keadaan penuh tanah.
Ada satu hal lain yang cukup menjadi pembelajaran berharga kala melintasi jalur off road. Ini saya terapkan dan berhasil, yakni lalui jalur yang sudah dilalui biker sebelumnya. Sebab sedalam apapun lintasan, namun justru traksi akan lebih besar karena sudah menjadi tanah padat.
Berbeda jika Anda melakukan pembukaan jalur baru, yang justru membuat motor menjadi licin, bergerak liar, dan potensi jatuh terbuka lebar. Selain itu, lupakan sedikit-sedikit menekan tuas rem depan, karena akan membuat kondisi serupa; mudah jatuh. Pada kondisi itu komponen yang cukup diuji durabilitasnya adalah pelat kopling.
Saya menilai CRF150L cukup mumpuni sebagai motor trail bagi pemula. Meski tak memiliki kemampuan di trek terabas sebelumnya, namun motor ini bisa mengantarkan si pembesut dengan tak penuh rasa waswas.
Ada catatan lain yang cukup patut diperhitungkan, meski beberapa kali motor terjatuh, namun kualitas bodinya apik. Tak ada patah, pecah, hingga luka-luka goresan. Andaipun ada yang mengalami kerusakan, justru ada pada spion yang patah serta handle kopling atau rem yang bengkok. Ini mengacu pada pengalaman beberapa rekan di sana. (ren)