Ceritaku dari Himalaya: Melawan Superdingin di atas Motor
Selasa, 2 Agustus 2016 - 07:11 WIB
Sumber :
- VIVA.co.id/Dian Tami
VIVA.co.id
- Setelah menempuh perjalanan selama 8 jam menuju Tso Kar, Selasa 19 Juli, saya, Dian Tami Kosasih, wartawan sekaligus rider VIVA.co.id,
harus bermalam di satu tenda dengan dua tempat tidur kecil bersama dengan teman asal Kolombia, Angie. Meski hanya makan mie instan dan roti India, saya, Angie, dan Nok yang tiba terlebih dulu mencoba saling bertukar pembicaraan mengenai ciri khas negara kami masing-masing.
Baca Juga :
11 Wanita Jelajahi Himalaya dengan Skuter Matik
Baca Juga :
Menaklukkan Himalaya dengan Motor Royal Enfield
Usai mengganjal perut, saya memutuskan beristirahat ditemani dengan angin kecang dan dinginnya udara pegunungan. Berbeda dengan Indonesia, matahari di Tso Kar ternyata lebih lama menyinari alam semesta. Saat saya terbangun pukul 18.30, tampak matahari masih menyinari para rider yang motornya mengalami masalah dan sedang diperbaiki.
Karena tidak ada bensin di sekitar, kami harus membawa 4 drum BBM untuk mengisi seluruh motor para rider agar bisa melanjutkan perjalanan esok hari. Tepat pukul 20.00 saya makan bersama dengan rider lainnya di sebuah tenda besar yang berisikan para turis. Suhu udara yang mencapai 4 derajat celsius, membuat seluruh rider harus menggunakan berlapis-lapis jaket, termasuk saya.
Langit yang cerah berhiaskan bintang-bintang ternyata tidak menarik minat kami untuk menghabiskan waktu di luar tenda. Hanya sesekali salah satu dari rider keluar menuju kamar mandi. Memasuki fajar, suhu udara mencapai 1 derajat, hal itu membuat saya tidak bisa tidur meski telah menggunakan 3 lapis jaket tebal.
Meski badan kurang bersahabat, hari itu saya harus tetap melanjutkan perjalanan menuju Jispa. Untuk mencapai tempat tersebut, kami harus menempuh jarak hingga 203 kilometer. Setelah seluruh rider siap mengemas perlengkapan dan mempersiapkan motor, kami mengadakan briefing sekitar 15 menit.
Tepat pukul 09.00 kami memacu kendaraan melewati padang pasir yang cukup dalam. Baru 10 menit kami memacu kendaraan, seorang rider terjatuh di antara gundukan pasir. Tidak hanya itu, terdapat dua rider yang terjebak di antara gundukan pasir dan harus dibantu untuk dapat melanjutkan perjalanan.
Medan yang berat dan jarak yang panjang membuat seluruh rider harus selalu konsentrasi saat memacu kendaraannya. Setelah 2 jam menempuh perjalanan, kami beristirahat selama 15 menit di sebuah warung kecil dan menghabiskan black tea. Melanjutkan kembali perjalanan, saya beserta lima rider lainnya berada dalam posisi berdekatan.
Angie yang berada di depan saya secara tiba-tiba menghentikan kendaraannya dan mengatakan kepada saya ban belakangnya mengalami masalah. Benar saja, ban belakangnya ternyata bocor. Kami berdua mencoba mencari bantuan dengan menunggu mobil mekanik di posisi paling belakang.
Dua teman kami bernama Prerna dan Hilal datang, setelah kami menunggu 30 menit. Mereka bertanya apa yang terjadi kepada motor kami. Setelah kami menjelaskan, Prerna mengatakan dia akan menemani Angie dan saya harus melanjutkan perjalanan bersama Hilal.
Setelah menempuh perjalanan hingga 3 jam, saya akhirnya bertemu dengan Pallavi di sebuah aliran sungai kecil yang cukup panjang. Usai menerjang sungai, saya harus berhenti di pos pengecekan dan memberikan data diri beserta paspor.
Kami lalu melanjutkan perjalanan dan mencoba mencari tempat makan karena sudah menempuh perjalanan hingga 6 jam. Sambil menunggu rider lainnya, saya memesan secangkir teh dan nasi dengan kari.
Seluruh rider akhirnya berkumpul setelah 45 menit menunggu. Saya beserta 6 rider lainnya harus melanjutkan perjalanan pertama setelah beristirahat sekitar 1 jam. Medan jalan yang semakin berat kami lalui. Terdapat 4 aliran sungai dan jalan sempit dengan batas jurang. Pallavi selaku penunjuk arah sempat mengalami masalah karena salah memilih jalur sungai sehingga harus mendapatkan bantuan.
Sampai di pos terakhir menuju Jispa, kami kembali memberikan paspor dan data diri. Jarak yang harus kami tempuh untuk mencapai penginapan yakni 5 kilometer dari pos penjagaan. Setelah menempuh 2,5 jam perjalanan dari tempat peristirahatan, kami akhirnya sampai pada pukul 18.30 waktu setempat. Matahari yang masih bersinar membuat saya bersyukur karena kami tidak harus melewati perjalanan di malam hari.
Baca Juga :
Sensasi Touring Bersama "Ali Topan Anak Jalanan"
Turing bersama Bucek Depp dan Edwin Bejo dari Makassar menuju Sengkang
VIVA.co.id
27 September 2017
Baca Juga :