Cerita Mendebarkan Biker VIVA.co.id Jelajah Himalaya (2)
Rabu, 27 Juli 2016 - 15:59 WIB
Sumber :
- VIVA.co.id/Dian Tami
VIVA.co.id - Perkenalkan, nama saya Dian Tami Kosasih. Saya merupakan jurnalis perempuan di VIVA.co.id, yang biasa mengisi rubrikasi otomotif. Saya akan berbagi pengalaman seru perjalanan di atas motor untuk menaklukkan Pegunungan Himalaya yang terkenal mengerikan dan tak bersahabat buat manusia.
Sejujurnya, perjalanan riding kali ini jadi pengalaman yang tak terlupakan buat saya. Sebab, saya merupakan peserta perempuan satu-satunya dari Indonesia dari tiga media Tanah Air yang diundang Royal Enfield. Selain itu, ini merupakan kali pertama saya menginjakkan kaki di tanah India, terlebih langsung ke medan ekstrem seperti pegunungan Himalaya.
Riding sendiri saya lakukan di hari kedua, setelah sehari sebelumnya diberikan kebebasan untuk akrab dengan iklim yang dingin di daratan Leh, India.
Saya harus bangun pukul 06.00 waktu setempat untuk menempuh perjalanan dari Leh menuju Khardung La atau puncak tertinggi Pegunungan Himalaya. Usai berkemas lengkap dengan pakaian riding, saya menemui gadis bertubuh mungil bernama Sarah.
Perjalanan VIVA.co.id riding jelajah Himalaya.
Dia merupakan pemimpin perjalanan kali ini. Dalam pengarahan yang dimulai pukul 08.00, saya bertemu dengan dua wanita yang berasal dari Kolumbia dan Thailand bernama Angie dan Nok.
Sarah mengatakan kepada saya bila perjalanan ini akan ditempuh dengan langsung menapaki puncak tertinggi dan akan dilanjutkan dengan menuruni Pegunungan Himalaya sampai Chandigard.
Setelah mendapatkan pengarahan, saya diberikan sebuah kunci dengan lambang RE. Ya, motor yang saya gunakan Royal Enfield Himalayan dengan pelat nomor DL 3S CZ6502 berkelir hitam.
Motor ini diketahui baru saja diluncurkan, dan tentu banyak orang yang mengincar ingin berada di balik setang menggila di jalanan. Syukur pun terucap, bisa menjadi orang yang mencoba menjajal motor gagah ini menjelajah Pegunungah Himalaya. Dengan cepat, saya kemudian mengikat tas berisikan perlengkapan perjalanan di jok belakang.
Perjalanan VIVA.co.id riding jelajah Himalaya.
Medan berat
Pukul 09.00, para biker yang seluruhnya wanita siap menempuh perjalanan sejauh 100 Kilometer dengan beragam motor Royal Enfield. Pertama kali yang terbayang dalam pikiran adalah perjuangan yang harus dihadapi, karena sebelumnya saya mencoba mencari informasi dengan membaca buku dan menonton video seputar rute yang akan saya lalui. Dari berbagai literasi, semua menggambarkan kengerian, jalanan di tepi jurang, meski ditemani pemandangan indah.
Benar saja, baru sekira 10 kilometer memuntir gas motor ini, kami sudah disuguhkan dengan pemandangan yang sangat luar biasa indah, surga dunia. Terdapat pegunungan tinggi dengan jalan berliku, sangat memanjakan mata bagi siapa saja yang melihatnya. Rasa khawatir, sejenak sirna.
Setelah menempuh perjalanan sekira 20 kilometer kami harus berhenti di sebuah pos pengecekan yang dijaga oleh aparat keamanan setempat. Bagi Anda yang berasal dari negara lain, jangan pernah lupa untuk mempersiapkan paspor dan identitas diri, karena kerap selalu dibutuhkan.
Perjalanan VIVA.co.id riding jelajah Himalaya.
Hamparan batu, pasir serta pegunungan dengan salju di atasnya selalu setia menemani perjalanan saya. Suhu udara yang mencapai 10 derajat celcius telah saya persiapkan dengan membawa perlengkapan safety gear dengan tambahan jaket tebal di dalamnya.
Tak terhitung banyaknya tikungan, jalanan berbatu dan pasir yang saya lalui. Medannya memang berat. Lebih dari setengah perjalanan, tubuh kurus ini harus berdiri di atas motor bongsor 400cc itu, agar lebih nyaman melalui medan berat itu.
Benar saja, medan berat membuat biker asal dari Thailand, Nok, tidak mampu mengontrol motornya dan harus terjatuh sebanyak dua kali. Namun saya berikan apresiasi padanya, karena dia nampak tak patah semangat, dan tetap melanjutkan perjalanan menaklukan Pegunungan Himalaya.
Setelah menempuh perjalanan selama empat jam, kami berhasil mencapai puncak tertinggi Pegunungan Himalaya dengan sepeda motor. Hamparan salju serta pegunungan terlihat jelas. Sebagai salah satu tujuan wisata, Khardung La ternyata tak pernah berhenti dikunjungi wisatawan dunia.
Perjalanan VIVA.co.id riding jelajah Himalaya.
Puas mengambil foto, video serta beristirahat dengan memakan cokelat kami melanjutkan perjalanan dengan menuruni Pegunungan Himalaya sekira pukul 13.00 waktu setempat.
Horor menyapa
Saat berjalan menuju penginapan, hambatan saya hadapi. Bagaimana tidak, rem pada sepeda motor yang saya gunakan tidak berfungsi. Waswas, tentu saja. Terlebih mekanik yang mengiringi perjalanan tak dapat memperbaiki motor yang saya gunakan. Saya akhirnya harus tetap melanjutkan perjalanan.
Berjalan dengan kecepatan rata-rata 40 sampai 50 kilometer per jam, saya harus ekstra hati-hati menghadapi jalan bebatuan menurun, apalagi banyak pengemudi roda empat yang menunjukkan perilaku pongahnya, tak mau mengalah.
Perjalanan VIVA.co.id riding jelajah Himalaya.
Bahkan, sebuah mobil yang membawa para turis hampir saja menabrak saya karena tidak mau mengalah dan mengambil jalan terlalu kanan. Seakan tidak peduli, sopir itu hanya melihat tanpa mengatakan maaf. Meski kesal, saya mencoba menahan diri dengan tidak memberikan komentar.
Perjalanan VIVA.co.id riding jelajah Himalaya.
Perut saya yang lapar membuat saya semakin ingin tiba lebih cepat. Namun apa daya, saat tiba diKhadung La justru kami tak menemui penjual makanan dan minuman satu pun di sana. Perjalanan pun berlanjut.
Perjalanan VIVA.co.id riding jelajah Himalaya.
Setelah menempuh empat jam perjalanan, akhirnya saya tiba di penginapan. Saya dengan empat rider tiba terlebih dahulu meski kami sempat mengambil jalan salah dan bertanya kepada penduduk sekitar.
Baca Juga :
Halaman Selanjutnya
Perjalanan VIVA.co.id riding jelajah Himalaya.